SMA Surabaya
Indonesia- Surabaya 07.15Jam pelajaran sedang di mulai, Rasya selaku bangku depan urutan kedua merasa di perhatikan itu sedikit risih dan tidak nyaman. Ia berusaha menguatkan lagu di earphone nya. Nihil ia semakin tak fokus pembelajaran.
"Rasya lepas earphone kamu, kamu males dengerin penjelasan ibu?" Wali kelas turun tangan, dengan sigap wali kelasnya mencabut earphone miliknya.
"Maaf bu, saya izin ke UKS. Mau ngambil obat merah, lutut saya berdarah" Tunjuk Rasya kepada tempurung lututnya, meskipun itu bekas luka sewaktu kecil yang sudah kering, tiba tiba lututnya menabrak kursi ya jadinya berdarah. Padahal itu cuman gimmick buat keluar kelas.
"Aduh ngapain lagi sih kamu, yaudah cepetan. Siapa yang mau nemenin Rasya? Ini sampe nembus celana nya soalnya" Kini dua orang mengangkat tangan, yaitu Zenanda dan satu gadis pendek dengan rambut terurai bebas.
"Saya sama Zenanda saja, bu izin." Zenanda di tarik cepat oleh Rasya, akhirnya ia bebas dari kelas itu.
"Lo mau bolos kah? Pake alasan gitu" Rasya melirik Zenanda yang tengah menatap lututnya lalu menggeleng.
"Kaga, gue ngerasa ada yang ngeliatin mulu. Kek nya cewe yang angkat tangan tadi deh, tapi bukan tipe gue" Zenanda memutar bola matanya malas, "Ya iyalah, tipe lo udah di borong Ashala" Rasya terkekeh melanjutkan langkah yang sedikit menyeret ke arah UKS.
***
-UKS ~~
"Eh kak Ashala, pas nih kak. Nih lutut nya Rasya berdarah. Ada obat merah?" Wakil ketua OSIS itu tampak sedang melihat anak-anak PMR baru untuk melayani yang sakit. "Eh? Iya ini ada, lanjutkan praktek kamu. Sini Sya" Tentu saja jantung nya berdegup kencang.
"Kenapa harus ada Ashala sih, gue masih salting yang kemaren" Batin nya.
"Ini kenapa Sya? Luka nya besar banget" Rasya tersenyum sembari mengeluarkan cucuran keringat di dahi nya.
"Ini waktu dulu aku di dorong sama tuh anak ke aspal, dan aspal nya waktu itu lagi bolong, jadi deh gini sampe sekarang. Terus membekas" Zenanda hanya cengengesan.
"Parah ini, kamu disini sampe istirahat aja. Aku beliin kamu makanan" Zenanda berpura-pura batuk, tentu saja membuat Rasya menambah keringat di dahinya. Pasal nya kemarin kejadian di rooftoft, Zenanda mendengar percakapan antara dirinya dan Ashala.
"I-iya kak Ashala, maaf ya ngerepotin kamu" Ashala mengangguk sembari tersenyum manis.
"Engga kok, oh ya kalian gausah manggil pake embel-embel 'kak' deh. Ke Masya sama yang lain juga. Kita udah deket kok" Kedua nya tersenyum, toh mereka sewaktu membicarakan tentang Ashala dan yang lain tidak memakai embel-embel tersebut.
"Siap, Ashala."
***
Bel istirahat terdengar di alat pendengaran keduanya, sekarang mereka berdua berdebat siapa yang akan membeli makanan. "Gue aja, kan lutut lu sakit bego!" Pekik Zenanda menunjuk lutut Rasya.
"Gue gapapa! Udah kita langsung aja ke kantin berdua" Zenanda tetap Zenanda, pemuda itu tak ingin kalah berdebat dengan Rasya. "Pokonya kaga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FRANS!SCO! [END]
Roman d'amour"Aku menyukaimu, sangat." Mengenalkanmu dan menceritakanmu itu tak ada habisnya, sama seperti rasa ini. **** Susah ya bergulat dengan perasaan yang tak tau kapan terjadinya, aku hanya mengenal bahwa aku secinta itu padamu, Ashala Fransisco. Wanita...