Rogue Mate - Bab 8

271 17 0
                                    

Beta Eliot terbelalak mendengar itu.
Mate?
Telinganya tidak salah dengar bukan. Kemarahan dimata Sergio bahkan masih belum meredup. Masih merah menyala. Eliot akhirnya bersimpuh dihadapkan Alpha-nya itu saat menyadari sesuatu.

"Maafkan saya, Alpha."

Kedua tangan Sergio mengepal di samping tubuh. Kepalanya panas sekali. Ingin rasanya Sergio memotong lidah Beta Eliot yang telah beraninya menyebut matenya seorang jalang. Namun, untungnya Sergio masih bisa mengendalikan diri. Dia masih cukup waras untuk menarik dirinya sendiri menjauh dari Beta Eliot dan pergi meninggalkan ruangan itu.

***

Allysa membuka kedua matanya saat silau dari cahaya matahari memantul mengenai wajahnya. Kemudian saat ia menyadari ada seseorang yang menempati kursi duduk di kursi sofa dekat ranjang, sepenuhnya kedua bola mata Allysa terbangun. Ngantuk itu pergi begitu saja setelah melihat Zoia.

"Zoia?" Allysa jelas terkejut melihat keberadaan wanita itu. Apalagi dengan penampilannya yang masih awutan-awutan di balik selimut tebal ini. Bahkan Sergio masih berbaring pulas di sebelahnya. Tidak terusik sama sekali dengan silau cahaya matahari yang menerpa.

"S--sejak kapan kamu di sini?"

"Sejak pertama kali aku melihat kalian berdua bercinta." Allysa tahu itu merupakan sebuah sindiran. Namun, Allysa tidak menyangka kata-kata seperti itu sudah cukup menyakitinya karena keluar dari mulut Zoia.

"Aku ingin bicara, berdua saja denganmu Ally." Zoia kemudian berdiri dari sofa dan pergi meninggalkan kamar itu. Allysa menoleh kearah Alpha Sergio sejenak sebelum memutuskan turun dan mengenakan pakaiannya sebelum menyusul Zoia.

Awalnya Allysa tidak mengerti kenapa Zoia mengajaknya ke tempat asing. Lalu saat mereka tiba di sebuah tempat pemakaman, tatapan Allysa pun jatuh pada gundukan tanah yang terdiri dari tiga papan nama di atasnya.

"Ini adalah keluargaku. Kakakku, Ayah dan ibuku."

Kedua bola mata Allysa panas mendengar itu. Allysa tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia yang kehilangan seluruh anggota keluarganya. Allysa bahkan baru sadar kalau dia telah pergi dari rumah terlalu lama. Tiba-tiba Allysa merindukan keluarganya kini.

"Seperti yang kau lihat, mereka semua telah pergi meninggalkanku seorang diri." Zoia berjongkok, menatap ketiga makam itu bak seorang anak kecil. "Aku sudah tidak memiliki siapa pun Allysa. Hidupku sebatang kara kini."

Zoia meneteskan air matanya diatas tanah pemakaman itu. Allysa yang masih berdiri terpaku tidak tahu harus mengatakan apa. Lebih memilih membiarkan Zoia bercerita.

"Kau bisa bayangkan betapa menyedihkannya hidupku." Zoia terisak. Menghapus air matanya dengan punggung tangan meskipun dirasa percuma, karena air matanya jatuh lagi. "Sementara kau... Kau masih memiliki segalanya, Ally. Keluargamu masih lengkap dan begitu menyayangimu."

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku, Zoia."

"Aku mau kau kembalikan Sergio padaku." Zoia tiba-tiba berdiri, menatap Allysa dengan wajah berlinang air mata. Kedua tangan Allysa mengepel mendengar hal itu. "Sergio. Dia milikku. Satu-satunya yang kupunya saat ini."

"Sergio bukan barang yang--"

"Kau tahu Sergio bukan barang. Lantas kenapa kau merebutnya dariku Ally."

Plak.

Tanpa sadar Allysa melayangkan satu tamparan mengenai pipi Zoia. Wajah Zoia sampai tertoleh kesamping, perih merasakan pipinya sendiri.

Rogue MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang