Sudah lebih dari 30 menit, Lastri duduk di halte, menunggu bis langganannya yang tak kunjung datang. Semenjak motor kesayangannya dijual Marwan untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya, hampir tiap pagi Lastri harus berangkat dari rumah jam setengah 6 pagi supaya bisa tiba di kantor jam 8. Namun entah kenapa hari ini hampir semua kendaraan umum tak terlihat. Sekalipun terlihat, pasti sudah penuh terisi orang.
"Mungkin karena BBM naik kali ya mbak... " Ujar seorang lelaki tua yang sedari tadi mencoba mengajak Lastri bercakap-cakap, "Jadi bisnya pada ngambek... Hehehe..." Tambahnya lagi. Dengan mata melotot ke arah payudara Lastri, lelaki tua membetulkan posisi selangkangannya.
"Iya kali pak..." Jawab Lastri tak peduli dengan apa yang lelaki tua itu sedang lakukan, "Dasar kakek-kakek cabul...". Dengan cuek Lastri terus menyantap sarapan paginya, sepotong lemper ayam yang baru saja ia beli di warung samping halte.
"Mbak orang kantoran ya? Pantes bajunya seksi sekali..." Tanya lelaki tua itu pantang menyerah. Melihat Lastri yang sama sekali tidak menggubrisnya, mata lelaki tua itu kembali jelalatan, memandang tubuh Lastri dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Pahamu bener-bener mulus mbak... " Bisik lelaki tua itu pelan sembari menggeser posisi duduknya ke arah Lastri. "Tetekmu juga besar sekali... Gimana kalau pagi ini kita jalan-jalan dulu? Yah sedikit bersenang-senang gitu..." Ucap lelaki tua itu sambil mencoba mengelus-elus paha putih Lastri. "Aku bisa membayarmu kok... Kamu tinggal pilih aja cantik, mau dibayar pake uang atau pake mr.pku ini..." Kata lelaki tua itu. Dengan santai lelaki tua itu mengambil tangan Lastri yang bebas lalu mengarahkannya ke batang mr.pnya yang sudah menegang dari balik celananya.
Melihat ulah lelaki tua yang kurang ajar itu kemarahan Lastri meledak-ledak.
"Heeeeh... BANGSAT... Pak Tua... Anda jangan kurang ajar ya... " Bentak Lastri keras sembari menarik tangannya dari genggaman lelaki tua itu. Saking kerasnya, orang-orang yang berada di sekitar halte seketika menengok ke arahnya, "Saya bukan wanita murahan... Dan saya nggak tertarik dengan uang kotor atau titit busukmu itu.... PERGI...!"
Merasa mangsanya ternyata melawan dan merasa malu, lelaki tua itu pun tak mau mengalah. Otak kotornya, segera memutar situasi. "Dasar LONTE... Wanita tak tahu diri... Semalam lo ngemis-ngemis minta dientot, minta kepuasan, minta uang... Eeehh... Begitu udah dikasih, sekarang malah berlagak lupa. INGAT... Semalam, lo ngentotin mr.p ini, mr.p ini yang muasin nafsu birahi lo... " Balas lelaki tua itu berusaha menjatuhkan harga diri Lastri. "Kalo lo mau minta uang lagi, jangan minta ama gw... Minta aja ama mucikari lo..." Kata lelaki tua itu sambil melangkah pergi.
"HEEEEII... BANGSAT... " Teriak Lastri makin marah, "SINI... KITA BELUM KELAR..."
"Gausah sok pura-pura deh mbak... Kalo jadi lonte ya lonte aja... Gausah jadi pembohong juga..." Teriak lelaki tua itu menutup pembicaraan dari kejauhan.
"Mimpi apa aku semalam... Sampai dikira pelacur gini... Ini pasti gara-gara baju sialan ini, orang jadi mengira aku wanita murahan." Gerutu Lastri sambil berulang kali menurunkan bagian bawah roknya, supaya tak banyak memamerkan paha mulusnya. "Sejak kapan sih baju-baju ini sudah pada kecil... Begitu Mas Marwan dapet duit, aku harus beli banyak pakaian baru..."
Sebenarnya, bukan baju Lastri yang menjadi sempit, tapi tubuhnya lah yang semakin gemuk. Mungkin karena ia sering ngemil, tubuh yang dulunya kurus sekarang berubah menjadi semakin semok. Dan karena hal itu, terkadang ia merasa kesulitan untuk menutup semua aurat tubuhnya.
Memang, di kantornya Lastri dituntut untuk dapat selalu tampil mempesona. Blouse plus blazer serta rok pendek dan heels, menjadi pakaian sehari-harinya. Jadi tak heran, jika ketika Lastri menunggu bis, ia selalu menjadi santapan mata-mata mesum setiap lelaki yang melewatinya. Rambut hitam panjang, wajah cantik menawan, bibir tipis yang selalu terlihat basah, serta kulit putih yang mulus, selalu dapat membuat Lastri seperti bunga diantara lebah, dikerubuti banyak lelaki. Terlebih ukuran payudaranya yang besar, pinggulnya yang semok dan kakinya yang jenjang, mampu menjadi senjata mematikan bagi setiap lelaki yang mendekat.
"Pagi mbak Lastriaaa... " Terdengar suara berat seorang lelaki dari arah belakang, " Pagi-pagi udah PANAS aja mbak..."
Merasa ada orang yang memanggil namanya, Lastri segera mencari tahu siapa pemilik suara berat itu, berharap bukan pria iseng lagi. "Ee... Eeeh Mas Seto..." Jawab Lastri begitu tahu si pemanggil itu adalah suami Siti, tetangga satu kontrakannya.
Tampan, tegap, berkumis tipis dan memiliki senyum menawan. Seketika, Lastri merasa terpana melihat ketampanan suami tetangganya itu. Walaupun mas Marwan tak kalah tampan namun entah kenapa pagi itu pesona seto mampu membuat Lastri melupakan suaminya.
"Kok belum berangkat mbak...? Tanya Seto lagi.
Sejenak, Lastri menatap Seto dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut jabrik berjambang, jakun besar, berjaket kain tipis dilapisi kemeja, celana kain dan sepatu kulit. "Jadi ini pria yang selalu membuat membuat berisik di rumah tetangga... Jadi seperti ini tampang lelaki yang selalu membuat puas Siti...?"
Melihat Seto yang sedang berada didekatnya, tiba-tiba Lastri teringat akan permainan cinta Seto dan Siti tadi pagi yang begitu mengganggu, teringat desahan orgasme Seto dan Siti yang dapat mereka raih berulang kali, teringat betapa Seto mampu membuat Marwan Emosi karena selalu dibanding-bandingkan.
"SILAKAN SAJA KAMU CARI mr.p-mr.p YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA mr.p-mr.p PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT
Sekilas Lastri mengingat kalimat kasar suaminya tadi pagi. "Oke Mas... Adek bakal lakuin semua itu..." Ucap Lastri dalam hati. "Jangan sampai kamu menyesal..."
Sakit memang hati Lastri ketika tadi pagi Marwan membentaknya dengan kalimat kasar seperti itu. Tapi, setelah berulang kali dipikirkan, apa untungnya bersakit hati melulu, lebih baik jika Lastri menyikapi sakit hati itu menjadi hal yang lebih menyenangkan untuk dirinya. "Okee... Adek bakal cari mr.p pria lain yang lebih bisa MEMUASKAN dahaga birahi Adek...".
"Loh.. Kok malah senyum-senyum sendiri... " Kaget Seto, "Mbak... Jangan melamun mbak... Haloo..." Sapa Seto sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Lastri.
"Ee... Ehhh.. Iya... Kenapa mas...?" Jawab Lastri kaget.
"Jangan melamun... Disini banyak copet... "
"Aaa... Apanya yang mau dicopet mas.... Wong aku orang yang nggak punya apa-apa..."
"Heeehh... Jangan gitu aah... Mbak masih punya banyak barang berharga loh..."
"Barang apaan mas...?"
"Itu..." Jawab Seto sambil menunjuk ke arah Lastri dengan dagunya.
"Hayoooo... Matanya nakal yaaa..." Jawab Lastri malu-malu, sambil berusaha menutup bagian payudaranya dengan blazer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelakuan Lastri (Cuck Story)
RomanceMalam itu, di sebuah daerah yang terletak di pinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, ha...