Bab 24

538 0 0
                                    

"Iya dong Mas.. Ya masa iya bapak mau ngajak gituan ama dek Lastri..." bohong Pak Utet, "Kalaupun Neng Lastri mau, pasti mr.p bapak sudah langsung muncrat duluan... Hak hak hak..."

"Hahahaha... Bapak bisa aja...."

"Hak hak hak... Beruntung banget tahu mas, punya istri secantik Neng Lastri...."

"Belum tau aja kamu Marwan, jika istri kebangganmu sudah sering aku jebolin gawang kenikmatannya dengan mr.pku... Hakhakhak.." Tawa Pak Utet dalam hati.

"Yuk pak.. Kita jalan..." Ajak Lastri yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah, "Mas.. aku jalan dulu ya..." Ucap Lastri sambil mencium tangan Marwan.

"Ehh.. sudah siap toh Neng...?"

"Iya Pak...Kita sudah lumayan telat nih... "

"Hak hak hak.. Gimana nggak telat kalo mau berangkat Neng Lastri minta disodok-sodok dulu..." kata pak Marwan bercanda.

"Idih.. Apaan sih pak Utet... Hihihi..." Timpal Lastri.

"Hahahaha.. Bapak bisa aja...." Balas Marwan, "Eh iya dek... Ntar aku mau pergi sama Pak Darijo ke kota, kayaknya ada pemborong yang nyari tanah. Jadi sepertinya mas malam ini nggak pulang. Yah moga-moga tembus..."

"Iya mas... Aku nggak apa-apa kok..." Jawab Lastri.

"Hehehe. Okelah kalo begitu.... Titip istri saya ya pak... Tolong dijagain biar nggak digodain laki-laki mesum... Hehehe"

"Baik Mas... Mari... Bapak jalan dulu..." Pamit Pak Utet sopan.

"Aku jalan dulu ya Masss.."

"Ati-ati di jalan..."

***

Dari kejauhan, tampak sepasang mata yang menatap Lastri dan Pak Utet dengan pandangan serius. Tubuhnya telanjang bulat dengan kulit yang basah karena keringat. Nafasnya menggebu-gebu, seolah baru saja lari marathon.

"Ternyata... Dibalik sosok cantikmu yang anggun dan mempesona, kamu menyembunyikan sifat nakal yang sangat menggoda..." Bisik pemilik sepasang mata itu yang terus mengikuti semua gerak gerik Lastri.

Sambil mengelap kaca nako dan tebok yang ada didepannya, sosok itu berusaha menghilangkan bekas pencapaian puncak kenikmatan dan nafsunya yang baru saja ia lampiaskan dengan cara membetot mr.p besarnya hingga ia orgasme.

"Kamu benar-benar nakal ya Mbak... " Kata sosok itu lagi sambil terus membersihkan cipratan spermanya yang mengenai tembok dan kaca nako ruang tamunya.

"Amat sangat nakal..."

***

"Hai mbak...Gimana kabar...?"

Sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk ke inbox Lastri. Pesan singkat dari Seto maryadi, suami dari Siti Rumina.

"Eh Seto.. Aku baik-baik saja kok..." Balas Lastri singkat.

"Maaf ya mbak tentang kejadian kemarin..." Pesan Seto lagi.

"Hihihi... Iyaa..."

"Sepertinya aku terlalu kelewatan mbak..."

"Halah... santai saja Set...Mbak nggak apa-apa kok..."

Sebenarnya Lastrilah yang harusnya berterima kasih pada Seto. Gara-gara melihat photo mr.pnya, Lastri bisa mempunyai mainan baru yang bisa memuaskan dahaga birahinya setiap saat. Mainan itu adalah mr.p Pak Utet. Yah, walaupun kelihatannya mr.p Pak Utet tak sebesar mr.p Seto, tapi paling tidak, mr.p lelaki tua itu lebih besar dari milik mas Marwan.

"Enggak mbak... Aku harusnya minta maaf...."

"Haduuh...Apaan sih Set... Udah udah. Nggak usah dipikirin lagi kali... Hihihi...".

"Aku khawatir kamu marah mbak. Soalnya beberapa hari ini kamu sama sekali gak ngabar-ngabarin aku..." Jelas Seto, "Apalagi sekarang kalo aku lihat... Kamu sudah punya gandengan baru.."

"Gandengan baru...?" Tanya Seto penasaran.

"Iya... Bapak-bapak tua yang setiap hari selalu datang kerumahmu pagi-pagi...."

"Owalaaaah.... Itu mah Pak Utet." Jelas Lastri, "Dia cuma bantuin aku nganter jemput ke kantor aja kok.... Nggak lebih" Bohong Lastri. Tak mungkin ia menceritakan kenakalan dirinya dengan Pak Utet.

"Tukang ojek...?"

"Hihihi.. Iya deh... Tukang ojek.."

"Masa cuman tukan ojeh sih mbak...? Kok sepertinya kamu mesra sekali ama lelaki tua itu...?"

"Hihihi... Cembuuruuu nih yeee..." Goda Lastri.

"Hmmm Enggak sih.. Belom..." Jawab Seto sok tak peduli.

"Hihihi... Beneran nih nggak cemburu...?"

"Hmmm. Dikit sih.... Hehehehe..." Kata Seto mengaku," Tapi walau cuman ojek, belakangan ini aku jadi nggak bisa nganter bidadariku mbak. Aku kangen ama bidadariku yang cantik..." Puji Seto mulai melancarkan jurus rayuan mautnya.

"Halaaaah... Mulai deh... Gombalnya keluar...."

"Beneran mbak. Aku kangen pelukanmu....."

"Hihihi... Bilang aja kamu pengen ngerasain empuknya tetek besarku... Iya khaaaaann..? Ngaku ajalaaah... Hihihi...." Celetuk Lastri vulgar.

"Hehehehe.... Iya sih.... Kangen empuknya...."

"Lagian... Kamu sendiri juga nggak pernah ngabarin aku.."

"Iya mbak maaf.... Khan udah aku bilang tadi... Aku pikir, aku agak keterlaluan ketika mengirim photo mr.pku ke kamu.. " Jelas Seto lagi, "Karena setelah itu, mbak sama sekali tak pernah membalas pesan-pesanku lagi...".

"Kamu ternyata perhatian sekali ya Seto..." Batin Lastri. Sebenarnya bukan Lastri yang tak mau membalas. Melainkan ia benar-benar tak memiliki waktu untuk bisa bermesum ria dengan handphonenya lagi. Terlebih dengan adanya Pak Utet di sekitarnya yang selalu meminta jatah ketika mereka sedang sendiri di kantor.

Kelakuan Lastri (Cuck Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang