🐰
🐰
🐰
Sinar matahari pagi menembus masuk melalui kaca jendela yang tidak ditutupi gorden. Kelopak mata Dain mengedip sekian kali, berusaha menormalkan cahaya yang masuk ke sepasang netranya.Begitu melihat pemandangan didepan matanya, ia langsung melotot kaget. Ada Asa yang sedang tidur menghadapnya. Jarak mereka kurang lebih hanya sejengkal, tak ketinggalan tangannya yang memeluk Asa dan sebelah tangannya menjadi bantal kepala istrinya itu.
Pelan-pelan Dain menarik lengannya dari kepala Asa, wanita itu sedikit terusik lalu menggeliat dan memeluk Dain balik.
Dain mengumpat karena kesal gagal menarik tangannya. Dia beralih menatap sinis pasa Asa yang masih tertidur nyenyak, lama kelamaan tatapan itu menjadi tatapan termangu memandangi wajah Asa.
Jika dilihat-lihat menurutnya Asa cantik juga, dia juga sedikit menggemaskan. Tanpa sadar tangannya bergerak menyentuh pipi Asa. Telunjuknya menekan pipi Asa pelan sambil terkekeh pelan.
Jemari Dain kini beralih mencubit pipi Asa. "Bangun, nyenyak banget ya loe tidur disini?" Sindir Dain sambil menggerakkan cubitannya dipipi Asa.
Asa menepis tangan Dain dari pipinya, kelopak matanya terbuka perlahan.
"Siapa yg nyuruh loe tidur disini ,huh?"Sudah Asa duga bahwa suaminya itu pasti mengigau. "Loe sendiri"
Dain mendecih tak percaya, "mana mungkin" sangkalnya. "Cepetan bangun, pegel nih tangan gue loe jadiin bantal".
🦋
🦋
🦋"CHIKIITA, LOE TUH KEBIASAAN YA, GUE UDAH BILANG JANGAN NARO HANDUK BASAH DIKASUR. KOTOR CHIKI KOTOR, LOE MAU GUE PUKUL PAKE SAPU LAGI KAYAK KEMAREN HUH?" Amuk Ahyeon
"Ya ampun Yeon, ini masih pagi loe udah marah-marah aja, malu sama tetangga" ujar Chiquita sambil fokus pada gamenya.
"Heh curut. Kalo bukan loe yang buat ulah gue juga gak bakal marah-marah kayak gini" Ahyeon merampas ponsel suaminya itu dan membantingnya ke lantai karena merasa laki-laki itu tidak mendengarkan ucapannya.
"Yaelah yeon, perkara handuk doank. Kurang-kurangin loe ngomong kasar ke gue, gue suami loe. Tar kualat loe "
"Perkara handuk doank loe bilang? Kalo loe beneran suami gue. Loe cari kerja kek nafkahin gue bukannya maen game terus, cape tau gak gue tuh harus jadi tulang punggung, pulang kerja harus ngurus rumah juga, di hari weekend gini pun gue juga yang harus beresin rumah, sedangkan loe enak-enak maen game tiap hari" Ahyeon meninggalkan Chiquita dengan perasaan kesal.
"Sorry, yeon...."
Chiquita mengambil ponselnya yang berada dilantai karena tadi dibanting oleh Ahyeon.
🦌
🦌
🦌
Langit belum sepenuhnya terang tapi dua perempuan itu sudah berkutik sejak subuh di daerah kekuasaan mereka untuk memasak sarapan pagi."Hyein mau masak apa sih , daritadi banyak banget yang dikeluarin?"
"Katanya Rami mau ikut sarapan disini, makanya masaknya agak banyak. Ini aku mau bikin ayam geprek sama sayur bayam tapi gabisa caranya hehe"
"Oh, yaudah gue bantuin loe potong aja ya sayurannya. Kebetulan dulu gue pernah kerja di kedai ayam gitu, jadi masih ada lah sisa-sisa ilmunya yang gue ingat".
"Cerdas, muda, cantik, baik, hobi masak, jago beres-beres. Bang ruka beruntung banget ya? Ini alesan kenapa gue ka bisa jadi istri kaya loe Teh. Gue potong sayur aya butuh waktu seabad " Kata hyein sambil memandangi Pharita.
"Jangan yang bagusnya aja yang disebut, gue juga ceroboh, cengeng, pelupa, manja, lama dikamar mandi, nggak ontime, sering ambil barang tapi lupa nyimpen lagi. Gue Punya banyak kekurangan, hyein, apalagi jadi istri. Gue belum bisa kasih apa yang harusnya gue kasih sama Ruka". Jawaban itu membuat kening hyein mengerut. Hyein tampak berpikir keras untuk memahami maksud dsri kalimat terakhir yang baru saja Pharita ungkapkan.