"LEE DAIN, CEPETAN ELAH, ENTAR KETINGGALAN PESAWAT ANJIR" teriak ruka dari luar saat menunggu Dain yang tak kunjung keluar rumah.
Dua pasangan ini akan beberapa menit lagi akan terbang ke Bali.
"SABAR WOY, GULUNGAN SEMPAK GUE ILANG INI, SA BANTUIN NGAPA?"
"MAKANYA LOE NYIMPEN BARANG YANG BENER, INI GUE UDAH SEPULUH KALI KELILING LOH".
"Ini kalo masih lama aku masuk duluan aja ya" ucap Pharita yang sudah lelah berdiri diluar mobil yang akan mengantar mereka. Ia meninggalkan Ruka yang sedang misuh-misuh
"Lama banget sih tuh anak, kebiasaan. Lagian sempak doank disana juga banyak yang jual, apa susahnya beli yang baru" gerutu ruka yang sudah mulai kesal
" WOY CEPETAN, UDAH ENTAR LOE PINJEM PUNYA GUE AJA"
🐼
🐼
🐼
Dain baru saja memasukkan koper miliknya dan milik Asa keatas kabin pesawat. Dan duduk disamping Asa yang tiba-tiba diam dan mengepalkan tangannya.Saat mendengar suara yang mengingatkan semua penumpang untuk siap-siap, karena pesawat akan segera lepas landas. Refleks tangannya meraih tangan Asa yang terkepal sangat kuat Bahkan Dain melihat Asa menahan nafasnya dan memejamkan matanya. Dia benar-benar ketakutan.
Dan saat tangannya dipegang oleh Dain, ia menatap Dain dengan raut wajah bingung.
"Gue pinjem tangannya, pesawat pas landas tuh emang nyeremin ga sih?"
"Loe udah dikasih tau bunda ya? Kalo gue punya trauma naik pesawat kan?" Tanya Asa sambil tertawa, pasalnya tadi ia mendengar ibunya menelpon Dain.
Dasar bocah, gue kan niatnya nyoba buat gak menyinggung ketakutan loe. Loe malah ketawa
"Mumpung loe udah tau, sekalian gue izin meluk loe selama terbang ya" ucap Asa sambil menyenderkan kepalanya di bahu Dain.
"Sa...?"
"Gue beneran takut Ra, suerr...gue gak lagi modus kok, gue butuh seseorang buat gue peluk"
Anjirr!! Asa loe paham ga sih kalo sekarang gue tegang banget, ini kenapa gantian jadi gue yang tahan nafas? Oke tenang Dain loe cuma merasa bertanggung jawab karena bawa anak orang. Loe harus pastiin dia pulang dan pergi dengan selamat aja
"Ra, gue tidur ya? Semalem hyein sama Ahyeon berisik banget nonton drakornya. Gue ga bisa tidur semaleman"
Dain tidak bisa ngomong selama Asa memeluk dirinya.
"Gue boleh tau parfum loe ga? Wanginya nenangin"
Lima menit kemudian Dain mendengar deru nafas Asa yang beraturan ditambah dengkuran halus. Dain akhirnya bisa bernafas lega, seenggaknya Asa tidak lagi mengusik lehernya.
Dain mengambil selimut yang sedari tadi ia pangku dan menyelimutinya tubuhnya dan Asa. Tidak lupa mengecilkan AC yang berada diatas mereka. Dan menutup jendela yang berada disamping kanan dirinya.
Setelah dirasa suasana ini akan membuat tidur Asa nyenyak, justru sekarang Dain yang merasa mendadak ngantuk parah. Tangannya tanpa sadar menarik tubuh Asa agar lebih dekar dengan dirinya dan menjadikan kepala Asa sebagai sandaran pipinya.
🦌
🦌
🦌
Ketika sudah benar-benar mendarat, Ruka dan Pharita lebih memilih menunggu orang-orang keluar pesawat duluan. Meski sering mengambil first class atau business class, ruka memang jarang turun terburu-buru. Ia merasa mual dan sedikit sakit kepala sepertinya terkena jet lag, Pharita hanya melepaskan sabuk pengaman dan langsung mematikan airplane mode diponselnya."Asa nanya kita udah turun belum"
Pharita langsung antusias mengajak Ruka untuk segera turun, dia sudah membuat janji dengan Asa untuk melihat pertunjukan tari Kecak. Padahal Ruka ingin cepat-cepat ke hotel untuk istirahat.