Dain mengajak Ruka untuk bertemu di cafe dekat kantornya jam sembilan malam ini, namun sudah lewat dua puluh menit Ruka belum terlihat batang hidungnya.
Dain mengaduk kopi capuccino pesannya. Pembicaraannya dengan kakek tadi siang terlintas lagi dipikirannya.
"Dain, kakek punya hadiah buat kamu"
"Hadiah apa? Aku ga lagi ulang tahun loh kek"
Dain tiba-tiba melebarkan matanya sembari sebelah tangannya menutup mulut yang menganga. "Tuhkan aku bilang juga apa, kakek pasti udah mulai pikun. Ulang tahun aku kan 14 Agustus bukan sekarang kek".
"Sembarangan aja kamu kalo ngomong. Biarpun rambut kakek udah putih semua kayak gini, tapi ingatan kakek masih tajam" ucap kakek tak terima
"Iya deh, aku minta maaf. kalo bukan hadiah ultah terus hadiah apa donk?"
"Hadiah budget honeymoon buat kamu sama Ruka"
"Honeymoon?? Yakali kek aku sama bang Ruka honeymoon?" Ucap Dain sebelum kakek memukul lengannya
"Aww sakit kek""Dasar incu bagong, bukan gitu. Maksud kakek kalian honeymoon bareng sama pasangan Kalian masing-masing. Terserah mau Kalian kemana, masalah biaya biar kakek yang urus" kakek menjelaskan dengan antusias.
"Engga usahlah kek, aku sama Asa sibuk. Kakek tau sendirikan pekerjaan aku lagi banyak banget sekarang"
"Kamu tuh kerjaan terus yang dipikirin. Udah lupain aja urusan kantor. Serahin aja sama sekretaris kamu. Ruka juga udah kakek suruh ambil cuti. Sekalian kalian liburan. Gimana mau kan?"
"Yaa.. iya mau" . Dain iyakan saja meski sebenernya ia ingin menolak. Ia tidak ingin ketahuan hubungannya dengan Asa tidak sebaik yang kakek kira.
Ingatan pembicaraannya dengan kakek berakhir ketika Ruka sudah datang menghampirinya.
"Tumben ngajak ketemu diluar biasanya loe nyamperin ke rumah kalo ada yang mau diomongin"
"Kakek nyuruh kita double honeymoon"
"Bentar bentar maksud loe gimana?"
"Kakek ngasih hadiah kita buat ajak istri-istri kita honeymoon. Kakek tau loe sama istri loe ga pernah bulan madu kan sejak nikah? "
"Iya sih, tapi gimana kalo Pharita gamau?"
"Ya loe bilangnya liburan aja. Sama gue sama Asa juga kan"
"Oke deh nanti gue coba bilang. Rencananya mau kemana? "
" Nah itu makanya gue belum kepikiran, maunya sih yang deket-deket aja. Biar gak kelamaam cutinya. Loe ada usul gak. Bang?"
"Kalo Pharita kayaknya suka daerah pantai gitu"
"Yaudah gimana kalo Bali?"
"Boleh. Emang Asa suka pantai juga? "
"Gatau. Tapi gue yakin dia sih seneng seneng aja, apalagi kalo sama gue "
Setelah satu jam berunding, dan mengobrol sebentar. kakak beradik itu pun bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.
🐰
🐰
🐰
Sekali lagi Asa melihat jam di ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam , namun Dain belum juga pulang. Sekian menit terlewati, Dain akhirnya menapakkan kakinya diunit apartemen, ruang dapur yang masih menyala terang diantara ruangan lain yang sudah redup mengundang atensi Dain. Keningnya mengerut melihat keberadaan Asa yang tertidur di salah satu meja makan dengan lipatan tangan sebagai bantal."Sa.. hey bangun" dain menepuk pelan pundak Asa.
Kelopak mata Asa langsung terbuka. Kepalanya mendongak menatap orang yang sudah membangunkannya. Kedua bibirnya terangkat" Rora, kamu udah pulang?"