hyein sedang duduk di salah satu bangku cafe sambil mengaduk jus jeruk dihadapannya. Pikirannya melanglang buana ke empat hari yang lalu, hari itu hyein dan Asa sedang lari pagi keliling komplek sambil mengajak Bentley bermain.
"Udah mikirin jawaban buat Rami?" Tanya Asa begitu mereka istirahat dibangku taman.
"Lebih dari itu, gue malah mikirin gimana reaksi Rami kalo nikah sama gue" hyein menjawab sambil memandangi langit yang menyinari wajahnya yang berkeringat.
"Kenapa emangnya dengan Rami?"
"My life is too complicated". Hyein memandangi wajah sahabatnya itu lekat " keluarga gue, masalalu gue, dan juga kondisi gue".
"Mereka bukan lagi keluarga loe semenjak suami loe meninggal. Dan semua punya masalalu. Seburuk apapun masalalu kita ,kita punya hak buat ngeraih masa depan. Dan kondisi loe? Bukannya loe udah menjalani semua saran dokter bahkan sampe sekarang kan?"
"Gue engga tau, ucapan ibu selalu terngiang-ngiang ditelinga gue" hyein mengingat ucapan ibu mertuanya yang selalu berkata bahwa tidak ada seorang laki-laki yang mau menerima hyein karena kondisinya.
"Itu karena mertua loe ngga mau loe nikah lagi, gue udah pernah bilangkan ,mertua loe cuma butuh gaji suami loe. Kalo loe nikah lagi otomatis gaji suami loe dihentikan. Mereka mau makan pake apa kalo bukan dari gaji suami loe kan?"
"Faktanya ucapan ibu ada benarnya, engga ada yang mau menerima gue kondisi gue"
"Kalo begitu loe harus cari suami yang bisa menerima loe apa adanya, dan Rami orangnya. Dia bahkan sayang banget Bentley. Berhentilah mengalah dengan keadaan, loe juga berhak egois terlebih kalo itu buat kebahagiaan loe".
Lamunan Hyein terputus ketika seorang pria duduk dihadapannya. Pria itu memakai jas berwarna hitam dan dasi serta kemeja putih sebagai dalaman. Paduan yang elegan dan sangat pas melekat ditubuh atletisnya.
"Udah lama nunggu?" Sapa pria itu
"Ahh iya, engga , baru nyampe kok Ram" jawab hyein gugup. Merasa Malu karena ketahuan sedang terpesona dengannya. Untungnya tidak ada air liur yang menetes.
Hyein pernah bertemu dengan Rami baru dua kali, hyein pikir pria itu pria sederhana biasa karena selalu memakai kaos polos dan jaket jeans ketika bertemu. Tapi apa yang dilihatnya sekarang jauh berbeda.
"Oke pertama-tama gue mau ngucapin terima kasih karena loe udah bersedia buat ketemu sama gue. Loe juga mungkin udah dikasih tau sama Asa kenapa gue minta ketemu sama loe, gue serius dengan ucapan gue di telepon waktu itu Hye".
"Lagian loe kerasukan apa sih Ram, tiba-tiba ngajakin gue nikah? Kayak udah kenal lama banget loe sama gue. Enteng banget tuh mulut"
"Gue juga gatau hyein, tiba-tiba pikiran pengen nikah sama loe dateng gitu aja. Tapi setelah gue ketemu dan main sama Bentley gue makin yakin pengen nikahin loe dan pengen jadi ayah buat anak loe. Loe maukan nikah sama gue,?"
"Gue gatau Ram, loe belum kenal gue sepenuhnya. Gue ga yakin loe bakalan nerima gue apa adanya apa engga setelah gue ceritain kondisi gue".
"Gue ga peduli hyein, gue udah terlanjur sayang sama kalian berdua. Tolong terima gue ya. Kita hadapi semuanya bareng-bareng"
"Oke, ayo kita nikah Ram, tapi loe janji kalo loe ga akan pernah menyesal sama keputusan yang loe pilih hari ini".
🐼
🐼
🐼
Dua Minggu berlalu Asa jarang bertemu dengan Dain di apartemen bahkan ia sedang menginap di rumah Hyein. Suaminya itu sering disibukkan dengan pekerjaan yang akhir-akhir ini sedang banyak dari biasanya.Saat pagi mereka tidak sempat bertemu karena Asa berangkat ke rumah sakit terlebih dahulu. Asa hanya sempat membuatkannya sarapan dan meninggalkan selembar sticky notes bertuliskan kata semangat menjalani hari atau semacamnya. Saat malam Dain pulang larut dan Asa sudah tidur, begitulah siklus setiap harinya.