[ Bab 18 ] Don't touch my brother

131 9 1
                                    

Setelah menghabiskan biskuitnya, Delusion pun turun dari kasur dan pergi keluar kamar untuk berkeliling apartemen itu.

"Akira, bolehkah aku berkeliling?"

Dia bertanya, tapi tidak ada jawaban. Apartemen itu terasa sunyi seolah hanya ada dia seorang.

"Sepertinya Akira sedang keluar, kalau begitu aku akan berkeliling sendiri."

Delusion pun mulai berkeliling kamar apartemen itu. Dia memeriksa dapur, kamar mandi, dan balkon. Dia tidak mau memeriksa kamar Akira karena menurutnya itu tidak sopan, masuk ke kamar seseorang tanpa izin.

Kemudian Delusion pun duduk di sofa living room. Lalu dia melihat sebuah foto yang menarik perhatiannya. Dia pun berjalan menghampiri laci dan mengambil bingkai foto yang ada di atas laci itu. Foto itu berisi Akira yang terlihat lebih muda dan seorang laki-laki dewasa disampingnya.

Dia menatap foto itu selama beberapa detik sebelum pintu terbuka, memperlihatkan Akira yang membawa beberapa tas belanjaannya di ambang pintu.

"Aku kembali. Delusion, aku membelikan mu beberapa baju."

"Sungguh? Seharusnya kau tidak perlu repot-repot."

"Heh, memangnya kau ingin memakai rok dan gaun ku?"

"Tidak sih, tapi terimakasih sudah membelikannya untukku."

Akira mengangguk. Lalu Delusion pun ingat kalau dia penasaran dengan laki-laki yang ada di foto yang dipegangnya. Jadi dia memutuskan untuk bertanya pada Akira langsung.

"Akira, siapa laki-laki yang ada di foto ini? Aku tau gadis ini adalah kau saat masih lebih muda, tapi siapa laki-laki disamping mu ini?"

"Oh, itu. Itu kakak laki-lakiku. Wajah kami mirip kan? Hehe."

"Jadi ini kakak mu... Tapi, kemana dia sekarang?"

"Ah, dia sudah meninggal. Dia meninggal karena menyelamatkan ku saat aku hampir tertabrak truk."

Mata Delusion melebar, wajahnya dipenuhi keterkejutan dan rasa sedih.

"Turut berdukacita... Kau pasti sangat sedih karena kakak mu pergi meninggalkan mu."

"Itu benar. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada yang tau takdir. Tapi saat dia masih hidup, dia adalah kakak yang baik, perhatian, dan penyayang. Aku sangat menyayanginya! Dialah yang menjaga ku sejak aku kecil. Aku berharap dia masih hidup sampai sekarang, tapi kurasa itu mustahil. Aku akan menaruh pakaian-pakaian mu."

Kemudian Akira pergi ke kamar Delusion untuk menaruh pakaian-pakaian yang telah dibelinya. Delusion pun menatap foto itu lagi.

"Hubungan persaudaraan Akira terlihat sangat baik. Aku juga ingin punya hubungan persaudaraan yang baik seperti itu... Tapi aku tidak ingin Childe meninggal juga. Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Ekspresi nya menjadi penuh tekad. Kemudian Akira kembali.

"Pakaian mu sudah ada di lemari semua. Aku ingin memasak untuk makan malam. Kau menonton TV saja."

"Hei, aku tidak ingin menjadi beban. Berikan aku tugas juga."

"Hm... Baiklah, bersihkan saja debu di lantai dengan penyedot debu."

"Baiklah, itu mudah."

Delusion pun segera mengambil penyedot debu dan mulai membersihkan debu-debu yang ada di lantai. Akira pun pergi ke dapur dan mulai memasak, tapi sesekali dia melirik Delusion dan mengangkat alisnya.

"Aku benar-benar tidak menyangka orang yang ada di apartemen ku saat ini adalah Delusion. Sungguh mustahil, tapi kenyataan."

Gumam Akira dan dia terkikik sebelum melanjutkan memasaknya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satu dibagi dua [Tartali/Tartachi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang