~Changed Future~

0 0 0
                                    

Changed Future Part III

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jika Aria mampu, lebih baik dia yang melakukannya lebih dulu. Dengan cara itu, dia bisa mencegah Mielle naik ke posisi sosial yang lebih tinggi. Saat Aria menelusuri ingatannya untuk mengingat orang-orang yang mendukung Mielle, dia tiba-tiba tersentak mendengar seseorang memanggil namanya.

"... Ya?" tanya Aria sambil tersadar.

"Kamu kelihatan begitu tenggelam dalam pikiran. Aku tadi bertanya, sudah berapa lama kamu belajar menyulam?" ujar seorang wanita muda, dengan nada penasaran.

"Oh, masih sekitar sebulan lagi," jawab Aria santai.

"Ya ampun! Jadi, kamu bisa menguasainya hanya dalam waktu satu bulan?" seru wanita muda itu, terkejut.

"Sebenarnya, saya sedang memperbaikinya. Baru sekitar dua minggu," Aria menambahkan dengan senyum tipis.

Sarah, yang baru saja menaruh sapu tangannya kembali ke dalam kotak, melangkah masuk dengan bangga. Rasa puas tampak di wajahnya karena gadis yang ia sayangi mendapat pujian. Sungguh mengharukan melihat seorang gadis baik dan manis, yang selama ini disalahpahami oleh banyak orang, kini dinilai dengan baik.

"Jika kalian berkenan, lain kali aku akan menyiapkan sulaman lainnya untuk kalian semua," kata Aria dengan penuh semangat.

"Apakah menurutmu itu tidak merepotkan?" tanya salah satu gadis muda, ragu.

"Tidak! Sama sekali tidak. Itu satu-satunya hobiku. Sebaliknya, aku malah senang," jawab Aria dengan antusias.

Kata-kata manis Aria itu semakin menghangatkan hati para gadis muda di sekitarnya. Naluri protektif mereka, yang dipicu oleh penampilan Aria yang tampak mungil dan polos, semakin menguat. Meskipun usia mereka tidak terpaut jauh, sikap Aria yang lembut membuat mereka merasa perlu melindunginya.

Gadis-gadis di usia pertengahan belasan cenderung mudah terpengaruh oleh kata-kata yang manis, namun sekali mereka meyakini sesuatu, pendirian mereka sulit goyah. Kali ini, keyakinan mereka terhadap Aria mulai mengukuh menjadi kepercayaan penuh.

"Kalau begitu, bolehkah aku memintamu membuatkan sulaman lain untukku lain kali?" tanya salah satu dari mereka dengan antusias.

"Tentu saja!" jawab Aria dengan senyum cerah.

"Oh, dan kalau kau ingin membeli gaun di masa depan, ikutlah denganku. Aku kenal seorang desainer yang membuat gaun sangat elegan. Aku yakin ada banyak gaun yang cocok untuk Lady Aria."

"Bolehkah aku ikut juga? Aku kenal baik dengan sebuah butik yang menjual gaun-gaun cantik," tambah gadis lainnya, tak mau kalah.

Tanpa disadari, gelar "Lady Roscent" telah berubah menjadi "Lady Aria" di antara mereka, dan setiap gadis muda yang hadir seakan berlomba untuk melakukan sesuatu untuk Aria yang malang, meskipun bagi Aria sendiri hal itu terasa konyol.

"Menurutku, sebaiknya kita adakan pertemuan berikutnya di luar. Ada toko makanan penutup yang sering aku kunjungi. Macaron di sana terkenal dengan tekstur lembut yang meleleh di mulut," usul seorang gadis lainnya.

"Kurasa aku mengenalnya. Aku pernah mendapat satu sebagai hadiah, dan rasanya memang luar biasa," sahut yang lain.

Tawa riuh pun terdengar di taman saat mereka berbagi cerita tentang makanan penutup favorit masing-masing. Mereka mulai saling menanyakan jadwal untuk menentukan waktu pertemuan berikutnya secepat mungkin. Aria, yang melihat kesempatan ini, ikut bergabung dengan senang hati.

Saat mereka hampir menyepakati tanggal untuk pesta berikutnya, seorang wanita muda yang sebelumnya hanya mendengarkan dengan cermat tiba-tiba maju dan berkata, "Bukankah agak berbahaya jika kita bertemu di luar? Ada beberapa kejadian buruk akhir-akhir ini."

The Villaines Reverse HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang