~The Villainess Turns The Hourglass~

3 1 0
                                    

The Villainess Turns The Hourglass Part I

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Angkat kepalanya." Atas perintah Cain, rambut Aria yang berserakan di lantai diambil dan diangkat.

Rambutnya yang basah oleh darah, diangkat ke udara oleh tangan kasar. Rambut pirang Aria yang dulunya indah dan berkilau kini berada dalam kondisi yang lebih buruk daripada bulu kusut babi yang baru saja berguling-guling di dalam lumpur.

"Apakah kamu tahu dosa-dosamu?" tanya Cain.

"..."

Aria tidak memiliki tenaga untuk menjawab. Bahkan jika dia masih memiliki sedikit energi, dengan lidahnya yang terluka, mustahil baginya untuk membalas. Lidahnya yang putih, abu-abu, dan bernoda garam itu dipenuhi dengan rasa sakit yang tak tertahankan, dan bahkan tidak memberinya kesempatan untuk menyesal. Aria menutup matanya, yang terasa sulit karena pembengkakan akibat banyaknya memar yang telah dideritanya. Mata itu pernah menggetarkan hati banyak pria, tetapi sekarang telah menjadi seperti mata ikan busuk. Meskipun dia merasa dikhianati dan pahit, tidak ada tempat untuk pergi, dan Aria hanya bisa menunggu Sang Pencabut Nyawa untuk mengambil hidupnya.

"Kakak, ada satu hal terakhir yang ingin kukatakan kepada Kak Aria," ujar Mielle, protagonis yang sering menjadi korban kejahatan Aria.

Dia tersenyum, mengisyaratkan bahwa dia sudah memaafkan Aria, dan mengatakan bahwa dia tidak terluka parah setelah didorong jatuh dari tangga dan bahwa dia baik-baik saja meskipun telah diberi racun Orang-orang yang berkumpul di sana merasa kasihan padanya.

Cain menggelengkan kepalanya dan berkata "Tidak."

"Tolong, saya harus mengatakan ini," Mielle memohon.

Bagaimana dia bisa begitu baik hati kepada gadis jahat yang telah mencoba menyakiti dan membunuhnya? Tidak ada seorang pun yang bisa menolak permohonan penuh air matanya. Akhirnya, Cain memberikan izin, dan Mielle, yang tampak rapuh seperti bunga liar, berjalan mendekati Aria. Bahunya tampak terhimpit oleh kesedihan yang mendalam.

"Kata-kata ini, yang telah kusimpan selama ini, kuperuntukkan bagi saudara kita. Karena mungkin ini adalah kesempatan terakhir... saya merasa harus memberitahumu ..." Mielle perlahan menghapus air matanya dan berlutut di lantai.

Tindakan mendadaknya itu mengejutkan para penonton. Mereka hampir ingin menghentikannya, tetapi Mielle memberi isyarat kepada mereka bahwa semuanya baik-baik saja. Kemudian, dia mendekatkan bibirnya ke telinga Aria seolah-olah ingin menyampaikan pesan terakhir yang sakral.

"Dasar perempuan bodoh. Bermain-main dengan para wanita bangsawan... Apakah itu menyenangkan?"

Mata Aria melebar, terkejut dengan kata-kata yang baru saja ia dengar. Perlahan, dia memutar kepalanya yang kaku dan bengkak ke arah Mielle yang tersenyum dengan tulus, namun mengerikan. Aria berkedip cepat, tidak dapat memahami omong kosong yang baru saja dia dengar. Lidahnya yang hancur menghalanginya untuk mengajukan pertanyaan.

Mielle melihat ekspresi Aria dan melanjutkan, "Wanita-wanita yang menyuruhmu melakukan semua perbuatan jahat itu adalah pelayanku. Semuanya dirancang untuk membuatmu terlihat jahat. Semua ini demi hari ini."

"...!"

"Saya memberitahumu ini karena ini adalah saat-saat terakhirmu. Saya sudah ingin membunuhmu sejak kamu dan ibumu yang naif muncul. Jika memmungkinkan, dengan cara yang paling menyakitkan. Keluarga kami menanggung malu karenamu. Bagaimana kamu berani, seperti serangga, merayap di sini tanpa tahu posisimu? Hahaha!"

The Villaines Reverse HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang