~Changed Future~

0 0 0
                                    

Changed Future Part IV

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

'Itu toko kelontong,' pikir John.

Toko itu adalah tempat mereka dulu datang untuk mengambil jam pasir. Melihat lampu di dalamnya mati, John menduga toko tersebut mungkin sudah tutup. Ia teringat kata-kata Aria saat terakhir kali mereka berada di sana.

'Dia mengatakan bahwa pemilik toko tidak dapat menggunakan tiket lelang itu. Bagaimana Nona Aria bisa tahu tentang hal itu?' pikirnya. Aria pernah menyebutkan bahwa ada rumor tentang Viscount Lupre, namun John heran karena tidak ada kabar seperti itu di kekaisaran. Dia telah bertanya-tanya tentang hal itu untuk berjaga-jaga. Ia bertanya-tanya dari mana Aria mendengar rumor-rumor yang tidak diketahui oleh siapa pun.

Dengan penuh kehati-hatian, John berjalan mendekati toko kelontong itu. Toko tampak sepi dan tampaknya sudah tutup, namun ia berpikir bahwa mungkin lelaki tua pemiliknya masih berada di dalam. Beberapa orang sering membangun kamar kecil di belakang toko mereka dan tinggal di sana. John berharap itulah yang terjadi. Ia tidak yakin apakah lelaki tua itu akan memberinya informasi apa pun, tetapi lelaki itu sudah mengenalnya. Mengingat toko tersebut dekat dengan kasino, kemungkinan besar lelaki tua itu melihat sesuatu yang penting.

"Apakah ada orang di sini?" John mengetuk pintu toko umum yang tampak tutup beberapa kali, namun tidak ada respons.

'Apakah usahaku sia-sia?' pikirnya dengan sedikit kecewa.

Meski begitu, ia merasa masih ada harapan. Setelah mengetuk beberapa kali lagi, tiba-tiba terdengar suara derit dari dalam toko, diikuti langkah kaki yang pelan.

"Kami tidak buka!" terdengar suara dari balik pintu.

"Saya hanya ingin bertanya sesuatu. Saya akan memberikan Anda lima puluh shilling jika Anda mau menjawab," jawab John cepat.

Suara detakan kecil terdengar ketika pintu mulai terbuka. Wajah lelaki tua yang tampak gelap mengintip dari balik pintu yang hanya terbuka sedikit. Ia membiarkan setengah wajahnya terlihat, sementara tangannya terulur melalui celah pintu. John mengeluarkan lima puluh shilling dari sakunya, memperlihatkannya di tangan. Setelah memastikan jumlahnya benar, lelaki tua itu akhirnya bertanya dengan penasaran, ingin tahu apa yang sebenarnya ingin John ketahui.

"Jangan terlalu waspada. Terakhir kali, aku datang ke sini sebagai tamu," kata John dengan tenang.

"Kau pernah datang menemuiku sebelumnya?" Lelaki tua itu memandang John dari atas ke bawah, seolah mencoba mengingat wajahnya, namun tampaknya tidak terkesan. Namun, ekspresinya langsung berubah ketika John menyebutkan bahwa ia adalah bagian dari rombongan yang datang untuk mengambil jam pasir.

"Tiket lelang!" seru lelaki tua itu, matanya melebar karena ingatan mendadak.

"Kau mengingatnya? Aku adalah salah satu ksatria yang mendampingi wanita waktu itu," John menjelaskan.

"Ah, ya, tentu saja. Silakan masuk," ujar lelaki tua itu dengan ramah, membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan John masuk. Ia menyiapkan ruang untuk tamunya dan dengan cepat menyuguhkan secangkir teh hangat. John, menghargai keramahan itu.

"Saya mengikuti saran wanita itu dan menjual tiket lelang saya. Berkat itu, saya bisa menyelamatkan toko ini. Saya harus melunasi pinjaman yang saya gunakan untuk membeli tiket tersebut," lelaki tua itu menjelaskan, terlihat sedikit lega.

"itu bagus," jawab John dengan anggukan kecil.

"Kau tidak datang bersama wanita itu kali ini?" tanya lelaki tua itu dengan penasaran.

The Villaines Reverse HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang