~A New Meeting~

1 0 0
                                    

New Meeting Part IV

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

[DI MANA SEMUA ORANG HILANG?]

Begitu dia melihat judul dengan huruf miring besar, Aria langsung menyadari apa yang terjadi. Ada rumor tentang perdagangan manusia di kekaisaran, di mana perbudakan dilarang. Hal-hal buruk terjadi di tempat-tempat tersembunyi seperti kasino mewah. Menjadi seorang pedagang budak di dalam kekaisaran adalah tindakan yang sangat bodoh dan tidak masuk akal.

Di ruang bawah tanah kasino-kasino ilegal ini, orang-orang yang diculik dikurung di balik jeruji besi dan dibius agar tidak bisa melarikan diri. Para wanita dijual sebagai budak seks, sementara pria dijual ke luar negeri untuk bekerja sampai mati.

Alasan dia bisa mengingat dengan jelas adalah karena Putra Mahkota telah mengungkap para penjahat ini, sehingga pengumuman publik besar-besaran tentang hal itu telah disampaikan selama beberapa waktu.

'Kasus yang diungkap oleh Putra Mahkota...' Aria berpikir. Dia melihat-lihat koran dan berusaha mencari kaitan, tetapi tidak ada yang terlintas di benaknya. Mengingat usianya yang masih muda, dia tidak merasa tertarik pada isu-isu semacam itu dan mengira bahwa semua itu hanyalah suara gaduh belaka.

Meskipun Aria mengetahui banyak tentang masa depan, sulit baginya untuk bisa berhubungan langsung dengan Putra Mahkota. Di masa lalu, meski kecantikannya mampu memikat banyak pria bangsawan di kekaisaran, dia bahkan tidak pernah melihat bayangan Putra Mahkota. Hidupnya berada di dunia yang berbeda dari Putra Mahkota, sehingga tidak ada kesempatan untuk berinteraksi dengannya.

Bagaimanapun, Aria merasa bahwa berteman dengan Sarah, yang kelak akan menjadi marchioness, sudah cukup untuk memastikan masa depannya aman. Selain itu, ada juga Oscar, pria yang akan segera ia temui, dan menjalin hubungan dengannya sudah merupakan langkah besar. Meskipun mungkin di masa depan ada kesempatan bertemu Putra Mahkota, saat ini bukanlah waktu yang tepat.

Dengan tubuh mungil dan usianya yang masih muda, tidak banyak yang bisa Aria lakukan. Jika dia berusaha menyusup ke kasino-kasino tersebut, dia hanya akan menarik perhatian penjaga keamanan yang mencurigainya. Karena itu, Aria memutuskan untuk menghapus kasus perdagangan manusia ini dari pikirannya.

"Nona, kita sudah sampai," kata Jessie, mengganggu lamunannya.

Setelah membaca sebagian koran dan merenung tentang masa lalunya, Aria menyadari bahwa mereka telah tiba di toko kelontong. Selain berita tentang perdagangan budak, tidak banyak informasi lain yang berguna baginya. Dia pun meletakkan koran itu dan turun dari kereta untuk masuk ke toko.

Di dalam toko kecil yang tua dan sempit, ada dua pria yang tampaknya pelanggan, serta seorang pria tua yang merupakan pemilik toko. Udara di dalam toko terasa pengap, terlebih lagi setelah Aria dan rombongannya masuk. Ruangan itu memang tidak luas, tetapi Aria tidak menunjukkan ketidaknyamanan di wajahnya.

"Selamat datang," kata pemilik toko dengan suara lembut.

Pemilik toko membuka matanya lebar-lebar seolah mengenali Aria. Mereka pernah tinggal di lingkungan yang sama ketika Aria masih miskin, sehingga mereka telah bertemu beberapa kali. Hanya Aria dan ibunya yang berhasil meningkatkan status sosial mereka dari lingkungan tersebut.

Berbeda dengan saat di butik, Aria sudah sering mengunjungi tempat ini untuk membeli barang sebelum statusnya naik. Namun, karena pemilik toko berasal dari keluarga sederhana dan merasa tidak berani berbicara padanya sebagai seorang bangsawan, dia hanya memberikan jam pasir yang sudah selesai itu dengan diam-diam.

Ketika Aria melihat tangan pemilik toko yang bergetar, dia menyadari bahwa pemilik pasti telah mendengar rumor tentang dirinya. Meskipun baru berusia empat belas tahun, rasanya lucu dan aneh bahwa dia kini menjadi subjek ketakutan hanya karena statusnya yang meningkat.

The Villaines Reverse HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang