07. late autumn

11 2 0
                                    

Margaret berdiri menunggui tuan Roelfs di depan ruangan William sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Kalung-kalung mutiara yang melinggar pada lehernya berkilau tekena cahaya matahari yang menerobos masuk menerangi lorong sunyi pagi itu. William mendapatkan satu pukulan pada wajahnya setelah tuan Roelfs mendengar apa yang menjadi penyebab pertengkaran Josephine dan Claudette, laki-laki itu kehilangan kendali.

"Jangan menghukum Josephine jika Anda tidak ingin hal semacam ini kembali terulang, jangan biarkan ia mencari-cari perhatian seorang ayah pada orang lain." Margaret membenarkan posisinya. "Aku akan meminta George meminta maaf dengan benar pada Ellios, aku akan memastikan ia meminta maaf dengan cara seorang bangsawan. Jadi kuharap Anda melakukan hal yang sama, karena Claudette juga sama berharganya, ia juga anak perempuan seperti Jospheni, aku juga akan menjaganya sebagaimana Anda menjaga Josephine." imbuh Margaret sebelum pergi meninggakan tuan Roelfs.

Margaret kembali ke kediamannya dan ia kembali sibuk dengan menu makan malam hingga Claudette dan George pulang. George memasuki kamarnya setelah menyapa Margaret dan Claudette buru-buru membantu wanita itu membuat adonan roti.

"Apa Jospehine akan baik-baik saja?" Claudette bicara sembari menutup adonan roti di hadapannya menggunakan kain.

"Apa kau masih mencemaskannya?" Margaret melirik Claudette, anak perempuan itu memasang raut wajah tidak peduli. "Ia pasti baik-baik saja." Imbuh Margaret.

Claudette mengangguk. Ia tidak lagi membahas Josephine, ia mengubah topik dengan membicarakan tentang musim dingin yang sudah ada di depan mata. Suhu udara di musim dingin benar-benar buruk dan segala sesuatunya berubah menjadi sangat merepotkan-salju yang menumpuk di pekarangan rumah, jalan yang licin dan hal-hal buruk lainnya.

"Pastikan kau tidak kedinginan selama musim dingin." Margaret memasukan selai buah beri yang sudah dingin ke dalam toples kaca.

"Berkat mantel yang Anda beri,"

George yang baru bergabung di dapur berjalan melewati Cludette dan dengan sengaja menabrak pundak anak perempuan itu. "Cepat selesaikan adonan rotimu." ujarnya memotong ucapan Claudette.

Claudette melihat George sembari menarik salah satu kursi yang kosong hingga menimbulkan suara decitan. Ia lalu memasang apronnya yang sedikit kebesaran sebelum mulai membentuk adonan roti di hadapannya.

"Berhenti membicarakan soal mantel." George menatap Claudette yang duduk di seberangnya.

"Aku ingin berterima kasih dengan benar pada Margaret, apa yang salah dari itu?" balas Caludette, ia belum mengucapkan terima kasih secara lagsung pada wanita itu.

"Aku sudah memberitahunya. Jadi berhenti membicarakan itu, kau hanya akan membuatnya tidak nyaman jika terus membahasnya." George menendang pelan kaki Claudette. "Paham tidak?" tanyanya mendesak.

Claudette mengangkat kepalanya. Ia telihat kesal namun pada akhirnya ia hanya menghela napas. "Iya, aku paham." balasnya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Margaret bertanya sembari bergabung di meja makan.

"Ia bertanya tentang pelajaran yang tidak ia mengerti di sekolah." sahut George, ia menaikan sebelah alisanya ketika Claudette menatapnya tidak setuju.

"Tuan Chester juga bertanya apakah ia bisa membantu memberi makan kuda sore ini." Ujar Claudette.

"Kedengarannya itu bagus." Margaret tersenyum cerah. "Sepertinya kalian lebih akrab daripada yang aku bayangkan."

Kemudian sembari menunggu Margaret selesai menganggang roti dan memasak sup jamur. George pergi ke belakang rumah untuk memberi makan kuda peliharaan Margaret bersama Claudette. George membawa seember penuh wortel dengan wajahnya yang kusut sementara Claudette berpura-pura tidak tahu bagaimana suasana hati anak laki-laki itu.

"Berikan dua wortel untuk masing-masing kuda. Aku akan pergi memasukan domba ke dalam kandang."

"Kau tidak takut kuda kan, tuan Chester?" imbuh Claudette.

George menunduk untuk melihat Claudette yang harus mendongak untuk manatapnya. Luka pada sudut bibir anak perempuan itu nyaris sembuh dan rambut panjangnya yang bergelombang dibiarkan jatuh terurai. George melihat pantulan dirinya dalam mata Claudette dan hal tersebut membuat perasaanya berubah tidak nyaman.

Claudette yang pendiam menyuarakan rasa sakitnya lewat tatapan matanya.

"Aku akan membiarkanmu kali ini." ujar George sembari berlalu menghampiri kuda di belakang Claudette.

Claudette lalu pergi meninggalkan George untuk memasukan domba ke dalam kandang dan beberapa saat setelahnya ia kembali sembari membawa tiga apel merah. Ia membersihkan satu apel yang dibawanya menggunakan gaunnya yang panjangnya hanya beberapa jari di bawah lutut.

"Aku tidak akan melakukan hal semacam ini lagi, kupikir aku agak sedikit kelewatan." ujar Claudette sembari memberikan apel yang sudah selesai ia bersihkan pada George.

George menaruh embernya yang kosong. "Bagus kalau kau sadar." balasnya, ia menerima apel tersebut dan ikut duduk di atas tumpukan jerami.

Claudette memeluk kedua lututnya dan memakan apel miliknya dengan tenang. Ia memiringkan kepalanya untuk memandangi George yang tidak memakan apelnya. "Kembalikan kalau kau tidak suka." ujarnya dengan mulut penuh.

George membuang muka dan memakan apel tersebut. "Jangan serakah, masih ada satu apel yang tersisa." gumam George. "Aku ragu kau punya makanan yang tidak kau suka." imbuhnya kemudian.

"Aku tidak suka kentang."

Claudette beranjak dan menepuk-nepuk belakang gaunnya yang kotor terkena jerami.

George lalu melakukan hal yang sama. "Kenapa kau tidak pernah makan malam di rumahmu?" tanyanya sembari mengambil sisa jerami pada gaun anak perempuan tersebut.

"Ayahku pulang ke rumah hanya untuk membuat kekacauan sementara ibuku tidak mengenaliku." Claudette berbalik menghadap George. "Apa aku membuatmu tidak nyaman? Atau kau merasa aneh karena duduk di meja makan yang sama dengan anak perempuan dari keluarga miskin?"

George menghela napas. "Berhenti menyimpulkan segala sesuatunya sendirian." ujarnya sembari berlalu pergi.

"Kau sudah berbaikan dengan Ellios Roelfs?" tanya Claudette.

"Kenapa kau penasaran?"

"Ia menghampiriku siang ini dan bertanya tentang hal yang kusukai."

Geroge berhenti melangkah dan Claudette melakukan hal yang sama. Kedua anak itu berdiri di antara bunga krisan yang tumbuh membentuk gerombol-gerombol kecil.

"Kau memberitahunya?"

"Tidak." Claudette membalas cepat. "Ia merasa bersalah dan ingin memberikan sesuatu tapi aku menolaknya."

"Bagus, kau harus menolak setiap kali ada anak laki-laki yang menawarkan sesuatu padamu. Kau masih terlalu kecil untuk memikirkan tentang laki-laki."

"Menurutmu kau sudah besar?" Claudette memutar bola matanya. "Kau hanya tiga tahun lebih tua dariku. Ellios melakukan hal tersebut hanya karena merasa bersalah, ia tidak seperti yang kau pikirkan."

George mengetuk kening Claudette dengan jarinya. "Jangan membantah saat orang yang lebih tua memberitahumu." ujarnya.

tbc

the lost boy / lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang