09. ginger bread

13 1 0
                                    

Gresilda adalah orang yang dipilih langsung oleh tuan Huston untuk bertanggung jawab dalam drama natal kali ini, wanita itu memilih cerita tentang dua bersaudara Hansel dan Gretel yang merupakan anak dari pemotong kayu miskin yang kemudian diculik oleh seorang penyihir yang tinggal jauh di hutan, dalam sebuah rumah yang terbuat dari kue, manisan dan permen.

"Kau sungguh ingin mengambil peran sebagai permen tongkat, Claudette?" tanya Gresilda meyakinkan Claudette yang akan mengambil kostumnya.

Claudette mengangguk. "Tolong berikan kostum milikku." ujarnya sopan.

Claudette berniat kembali ke sudut ruangan setelah menerima kostumnya tapi Serena menghalangi jalannya.

"Permen tongkat itu terlihat sempurna untuk pecundang sepertimu." bisiknya mengejek.

"Kau juga terlihat bagus dengan topi sihirmu, Serena." Claudette tersenyum tipis. "Kau pasti tidak perlu berlatih terlalu keras untuk memerankan peran itu, kan? Kau sudah bagus bahkan tanpa latihan." imbuhnya.

"Kuharap tidak ada pertengkaran selama kalian di bawah pengawasanku." peringat Griselda dari depan kelas. "Aku akan sangat berterima kasih jika kalian mau bekerja sama."

George yang sedang berbicara dengan Irina yang menjadi pemeran utama bersamanya melihat ke arah Claudette saat mendengar peringatan Griselda, anak perempuan itu menghindarinya sejak hari itu tapi untungnya ia kembali terlihat baik-baik. Satu-satunya hal yang aneh darinya hanyalah cara berjalannya, barangkali kakinya terluka di suatu tempat.

"Kau tidak menyapanya?" tanya Irina, suaranya lembut dan ia terus menyelipkan helai-helai rambutnya ke belakang telinga.

"Biarkan saja." George berdehem pelan. "Sampai di mana kita tadi?" imbuhnya.

"Bagaimana jika aku mengepang rambutku? Apa terlihat aneh?" tanya Irina.

"Lakukan saja semaumu."

George dan Irina, keduanya terlihat sempurna. Irina yang cantik disayangi seisi kelas. Serena yang jahat bahkan tidak bisa membantah saat peran utama yang sangat diinginkanya diberikan pada anak perempuan itu.

"Bukankah ia dari keluarga kaya?" Seorang anak laki-laki yang memakai kacamata mengajak Claudette bicara. "Aku Walter." imbuhnya.

Claudette mengangguk. "Aku tahu, aku sering melihatmu membaca buku saat jam makan siang." ujarnya.

"Ia sungguh berasal dari keluarga kaya?"

"Siapa yang kau bicarakan."

"George Chester. Ia memakai pakaian yang dijahit oleh butik paling terkenal di pusat kota, butik itu hanya melayani keluarga bangsawan kaya. Mantel yang kau pakai juga berasal dari butik itu. Aku mendengar semua ini dari pembicaraan anak perempuan di kelas kita." Jelas Walter.

"Ah, mantel ini?" Claudette menyentuh mantelnya. "Margaret mendapatkan ini dari butik di pusat desa." gumamnya pelan.

"Kau mengatakan sesuatu?"

Claudette menggeleng dan Walter beberapa kali mengajaknya mengobrol. Ia juga menawarkan kue kering yang dibawanya dan Claudette menolak dengan alasan tidak terlalu suka makanan manis.

"Kenapa George selalu melihat ke sini?" tanya Walter sembari membersihkan remah-remah kue di sudut bibirnya.

Claudette melihat ke tempat George berdiri bersama Irina. "Biarkan saja, ia begitu karena membenciku." ujarnya.

"Benarkah?" Walter menaikan sebelah alisnya. "Aku justru berpikir sebaliknya." imbuhnya.

Segalanya berjalan dengan baik sekaligus melelahkan siang itu. Claudette merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk kembali ke rumah Margaret untuk melakukan pekerjaannya yang menumpuk.

"Kau ingin pulang?"

Claudette melirik sekilas Irina yang berdiri di sebelahnya, ini pertama kalinya anak itu mengajaknya bicara.

"Kau memerlukan sesuatu?" tanya Claudettte sembari mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

"Apa George Chester menyukai kue jahe?" tanya Irina sembari terus tersenyum manis.

"Tidak tahu." Claudette membalas jujur. "Tanyakan saja langsung padanya."

Irina mengibaskan tangannya di depan wajah. "Tidak perlu." ujarnya kikuk. "Apa kau bisa memberikan kue jahe ini untuknya?"

"Ia akan senang kalau kau memberikannya langsung." tolak Claudette.

Irina meraih tangan Claudette dan meletakan dua keping kue jahe di sana. "Tolong, ya? Aku membuatnya sendiri, aku juga membuat satu untuk kau cicipi." Ujarnya.

Dan sore itu Claudette pulang membawa dua keping kue jahe yang satu di antaranya hancur akibat ia simpan di dalam saku mantelnya. Margaret sedang merajut ketika Claudette menyapanya dan berkata ada sesuatu yang harus ia berikan untuk George. "Beritahu George untuk membawa selimut kotornya saat ia turun nanti." Margaret bicara sembari membenarkan letak kacamatanya.

"Biar aku saja yang membawakannya." balas Claudette sebelum menaiki anak tangga di belakangnya.

Claudette masuk ke dalam kamar George setelah anak laki-laki itu mengijinkannya. "Aku ingin mengambil selimut kotor." ujarnya.

"Aku menumpuknya di sana." George mengarahkan pandangannya pada keranjang pakaian kotor di sudut ruangan.

Claudette mengeluarkan satu kue jahe yang masih bagus dan memberikannya pada anak laki-laki itu. "Irina ingin aku memberikan kue itu padamu." ujarnya sembari berlalu mengambil selimut kotor.

"Claudette." George berdiri di hadapan Claudette yang wajahnya tertutupi tumpukan selimut. "Sampai kapan kau akan menghindariku?"

"Aku tidak sedang menghindari siapapun." balas Claudette sembari melewati anak laki-laki itu.

George menarik sebelah tangan Claudette hingga membuat selimut yang dibawanya jatuh ke lantai. "Lihat, kau selalu melakukan ini setiap kali aku mengajakmu bicara."

Claudette menarik kembali tangannya. "Memangnya apa yang ingin kau bicarakan dengan orang yang pernah kau suruh untuk berpura-pura tidak mengenalmu?"

"Bukankah kau tahu kalau sekarang bukan waktunya untuk membahas itu?"

"Aku akan pergi sekarang kalau tidak ada hal mendesak yang ingin kau bicarakan." Claudette menunduk untuk mengambil selimut kotor yang jatuh di lantai namun George menginjak ujung selimut tersebut. "Apa ini menyenangkan bagimu?" tanyanya sembari mendongak.

"Ia temanmu?"

"Siapa lagi yang kau bicarakan?"

"Anak laki-laki yang siang ini duduk bersamamu. Apa ia temanmu?"

"Apa hubungannya denganmu kalau ia adalah temanku?" tanya Claudette.

George mundur beberapa langkah ke belakang. "Kau bisa tersenyum padanya, tapi kenapa kau sangat kaku dan canggung saat bersamaku?"

"Apa aku pernah mempermasalahkan kau yang sangat sopan pada Irina tapi sangat ketus padaku?"

"Siapa orang pertama yang akan kau mintai tolong saat kau kesulitan? Apa kau akan mendatangi anak laki-laki itu alih-alih aku?"

Claudette mendesah pelan. "Kau tahu kalau kau sangat kekanak-kanakan hari ini?"

"Kau tidak bisa memilih?"

"Aku akan menyelesaikan masalahku sendiri. Jadi berhenti mendebatkan masalah ini dan aku akan senang kalau kau kembali memperlakukanku seperti saat pertama kali kau datang ke rumah ini."

George tersenyum sinis. "Kau yakin tidak akan merasa kerepotan kalau aku kembali memperlakukanmu seperti dulu?" tanyanya.

tbc.

the lost boy / lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang