05. cure

18 8 0
                                    

Jam makan siang.

Ellios mendadak pusing, ia memikirkan bagaimana cara ia akan menjelaskan kepada ayah mereka tentang Josephine yang bertengkar dengan teman sekelasnya. Ayahnya akan marah besar dan mereka akan dipukuli lagi, ayahnya akan menggapnya tidak bisa menjaga saudari perempuannya.

"Kau tidak makan siang?" Ellios membenarkan posisi duduknya saat George berjalan menghampirinya.

Bug!

Ellios terjatuh dari kursinya saat George memukul rahang anak itu. George lalu menarik kerah pakaian Ellios hingga ia kembali berdiri sebelum melayangkan satu pukulan lagi.

"Apa yang terjadi padamu?" Ellios menyeka sudut bibirnya yang berdarah. "Kau sungguh memukul orang lain tanpa alasan?"

"Bukankah itu yang kau lakukan pagi ini?" George menendang perut Ellios hingga membuatnya mundur beberapa langkah ke belakang. "Bagaimana rasanya? Kau melakukan hal mengerikan semacam ini kepada anak perempuan." imbuhnya.

Ellios mendecih. "Pada akhirnya kau memilih membela anak itu?" tanyanya.

Ellios menyingkirkan meja dihadapannya dan membalas pukulan George hingga membuat seisi kelas kewalahan untuk memisahkan keduanya. Siang itu, George mendapat luka baru pada pelipisnya, kepalanya terbentur ujung meja dan darah segar terus menetes dari sana. Ia juga kehilangan Ellios yang merupakan teman pertamanya, hubungan keduanya berubah menjadi rumit.

"Jangan mengatakan apapun pada Margaret, cukup dengarkan saja ketika ia marah." ujar George sebelum membuka pintu utama.

Margaret sedang memanggang roti saat dua anak dengan penampilan kacau tersebut datang menghampirinya, yang satu memegangi pelipisnya sementara yang satu lagi menunduk menyembunyikan luka pada sudut bibirnya.

"Kalian bertengkar?" Margaret melepaskan apronnya, cara bicaranya berubah tegas. "Aku sudah memperingatkan kalian untuk akur."

"Aku minta maaf, tapi ini sungguh tidak seperti yang Anda pikirkan. Luka-luka ini tidak ada hubungannya dengan tuan George." Claudette membungkukan tubuhnya.

"Lalu siapa yang akan menjelaskan situasi ini?" Margaret memandangi kedua anak itu sembari berkacak pinggang.

"Berikan saja kami hukuman, aku akan mengerjakan apapun yang Anda perintahkan." Ujar George pada akhirnya.

Margaret tampak putus asa. Ia lalu menghukum kedua anak itu untuk mencuci dan menjemur kain-kain yang menumpuk. "Kita akan tetap bicara setelah kalian menyeselaikan hukumannya." Jelas Margaret.

George melepaskan sepatunya sebelum memasuki bak kayu tempat Claudette mencuci kain-kain putih milik Margaret. Claudette mundur satu langkah ke belakang karena bak itu tidak cukup besar untuk diisi oleh dua orang.

"Injak dengan benar." Peringat Claudette saat George menginjak kain-kain tersebut dengan asal dan beberapa kali menginjak kakinya.

"Kau mengomentari caraku mencuci?"

Claudette menghela napas. "Maaf." ujarnya kemudian, ia terlihat tulus.

"Lupakan saja."

"Apapun alasanmu memukul Ellios siang ini, kuharap itu bukan karena apa yang telah anak itu lakukan padaku." gumam Claudette tanpa melihat George, kepalanya terus menunduk.

"Kau berpikir aku memukulnya karenamu?" George terkekeh. "Sepertinya kau punya rasa percaya diri yang tinggi." imbuhnya.

"Lalu apa alasannya?"

Geroge tidak menyahut. Ia menunduk untuk meraih air di dalam bak kayu menggunakan tangannya dan saat melakukan hal tersebut ia bisa melihat luka pada lutut Claudette yang masih basah dan memar pada kakinya yang sepertinya disebabkan oleh Ellios pagi ini. Claudette lalu menurunkan gaun bagian bawahnya yang sedari tadi ia pegangi saat menyadari apa yang sedang terjadi hingga ujung gaunnya basah terkena air.

"Jangan banyak bertanya, cepat selesaikan saja pekerjaanmu." George bicara sembari memercikan air ke wajah anak perempuan itu.

"Sebaiknya kau menunggu di bawah pohon, ini akan cepat selesai kalau aku mengerjakannya sendirian." ujar Claudette, George sungguh tidak memiliki bakat melakukan pekerjaan rumah tangga.

"Sebaiknya kau yang menunggu di sana." George kembali menginjak kain-kain di dalam bak. "Aku akan menyelesaikan ini dalam 10 menit."

Claudette menghela napas, keduanya lalu menyelesaikan hukuman mereka sembari beberapa kali berdebat dan Claudette menyimpulkan bahwa George sungguh membencinya. Claudette, ia merasa konyol karena sempat mengira anak angkuh itu memukuli Ellios karena membelanya.

Sore harinya George tertidur di kamarnya setelah berganti pakaian, tubuhnya mendadak panas dan ia melewatkan makan malam.

"Sudah mengobati lukamu?" Margaret bicara sembari menuangkan madu ke atas rotinya.

"Ah, luka ini." Claudette menyentuh sudut bibirnya. "Kelihatannya memang agak buruk, tapi sebenarnya tidak sakit." ujarnya.

Margaret menganggukan kepalanya. "Aku akan mengobatimu setelah ini."

Claudette memundukan kepalanya. "Maaf, aku tidak seharusnya terlibat dalam kekacauan."

"Aku ingin mendengar cerita darimu dan setelahnya memutuskan apa kau harus meminta maaf atau tidak."

Claudette meremas gaunnya, ia menatap Margaret dan jendela di belakang wanita itu terus menerus secara bergantian sembari menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakan apa yang ia lihat pagi ini atau menelan semuanya sendirian.

"Apapun yang kau lakukan, aku yakin itu adalah hal terbaik yang bisa kau lakukan."

Claudette menyerah, ia akhirnya memberitahukan Margaret dengan harapan wanita itu bisa menyelamatkan Josephine. Claudette bercerita dengan suaranya yang bergetar dan air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Jika Anda berada di posisiku, apa yang akan Anda lakukan?" Claudette mengigit bibirnya. "Saat ini aku merasa tidak bisa melakukan apa-apa."

Margaret menghampiri Claudette dan membawa anak itu ke dalam pelukannya. "Kau melakukan hal yang benar, Claudette. Aku akan mengurus sisanya, jadi berhenti merasa kau tidak bisa melakukan apa-apa."

Claudette membelas pelukan Margaret. "Terima kasih." gumamnya.

Margaret lalu mengobati luka Claudette. Margaret juga memeriksa tubuh anak itu dan ia mendadak kehilangan kata-kata. Hampir seluruh tubuh anak itu dipenuhi memar dan itu jelas bukan luka yang hanya didapatkan pagi ini. "Di mana kau mendapatkan semua ini?"

"Aku sudah tidak ingat, luka ini sudah lama sekali." Claudette membalas sembari menaikan kembali gaunnya.

"Kau mendapatkan luka mengerikan ini di sekolah?" Margaret menyentuh kedua pundak anak itu. "Masalah ini tidak akan selesai jika kau mencoba menutupinya."

"Aku benar-benar tidak ingat." Claudette mencoba menatap Margatet yang lebih tinggi darinya. "Beberapa luka aku dapatkan dari ibuku dan sisanya dari anak-anak di sekolah. Aku sungguh minta maaf, saat Anda mengirimku ke sekolah aku berjanji untuk tidak terlibat ke dalam masalah apapun, namun masalah terus datang dan pada akhirnya aku hanya bisa membuat repot karena tidak bisa mengatasi masalahku sendiri." imbuhnya.

tbc

the lost boy / lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang