Seorang tukang pos tua berdiri bingung di sebelah kotak surat milik Margaret yang rusak dan dipenuhi tumbuhan jalar.
Margaret seorang penyendiri.
Ia kaya raya dan kesepian. Margaret hidup sendirian di rumah besar yang ia warisi dari suaminya yang sakit keras. Margaret cantik dan usianya masih awal empatpuluhan. Margaret adalah wanita yang menjunjung tinggi-tinggi harga dirinya, ia tegas dan disiplin. Margaret mahir mengurus ini dan itu tanpa bantuan orang lain sehingga beberapa pria yang sempat tertatik padanya menganggap dirinya angkuh, pria-pria itu hanya menginginkan wanita yang patuh dan pandai mengurus dapur alih-alih bekerja.
"Kotak surat itu rusak." ujar anak perempuan yang datang sembari membawa garpu tanah. "Sengaja tidak diperbaiki karena tidak ada surat yang datang selama satu tahun terakhir."
Anak itu bernama Claudette, ia hidup bersama ibunya yang gila dan ayahnya yang gemar minum-minum. Margaret yang merasa iba lalu memberinya pekerjaan dan mengirimnya ke sekolah agar anak itu punya mimpi yang baru.
Tukang pos tua mengangguk dan segera mengeluarkan satu surat dari dalam tasnya yang penuh. "Kau tinggal di rumah ini?" tanyanya tanpa menoleh.
"Anda bisa menitipkannya padaku, aku akan memberikannya nanti."
"Kalau begitu terima kasih." pria itu lalu pergi setelah merapikan tas suratnya.
Claudette menyandarkan garpu tanahnya pada pohon besar di pekarangan dan membawa labu yang tergeletak di sana bersama surat milik Margaret masuk ke dalam rumah. Margaret ada di dapur, wanita itu sibuk mengurusi selainya yang mendidih hingga membentuk gelembung-gelembung kecil.
"Ada surat untuk Anda, sepertinya penting." Claudette bicara sembari meletakan surat dan labu yang dibawanya ke atas meja makan.
Margaret melirik surat tersebut. "Aku akan membacanya nanti." balasnya.
Claudette mengangguk, ia lalu melepaskan topi dan sarung tangannya sebelum membantu Margaret menyiapkan makan malam. November adalah bulan yang dingin dan waktu menjadi lebih singkat di musim gugur.
"Aku penasaran bagaimana rasanya duduk bersama banyak orang di meja makan." Margaret bicara sembari mengoleskan mentaga pada rotinya.
"Aku juga penasaran seperti apa rasanya." Claudette membalas setelah ia duduk di hadapan Margaret dan satu-satunya yang bisa ia lihat dari jendela dapur yang dibiarkan terbuka lebar hanyalah tumpukan daun-daun kering yang menutupi pekarangan.
Margaret memandangi Claudette, ia diam-diam tersenyum tipis dan menaruh sepotong roti yang sudah diolesi mentega ke atas piring anak itu. "Kupikir makan berdua seperti ini juga tidak terlalu buruk." ujarnya. "Habiskan semua roti di piringmu, aku sudah menyisihkan beberapa untuk kau bawa pulang."
Claudette mengangguk dan memakan rotinya dengan damai sementara Margaret meraih surat di atas meja. Ia membaca surat tersebut dengan kening berkerut dan Claudette mendadak penasaran apa isi surat tersebut—semoga bukan kabar buruk. Ya, semoga saja.
"Siapa yang mengirim surat tersebut, Anda mengenalnya?" Claudette bertanya setelah Margaret memulai makan malamnya.
Margaret mengangguk. "Ya, seorang kerabat jauh di kota." balasnya. Setelah membaca seluruh surat tersebut Margaret menyimpulkan bahwa akan ada anak laki-laki yang datang dan menumpang di rumahnya selama beberapa waktu akibat keadaan kota yang kacau balau akibat perang. Seorang anak laki-laki kedengarannya cukup bagus dan mungkin akan agak sedikit merepotkan.
Lalu pada pagi yang damai di penghujung minggu itu Margaret membawa kereta kudanya menuju stasiun dengan Claudette yang duduk manis di sebelahnya. Margaret memakai gaun dengan kerah tinggi dan lengan gelembung yang bagus, ia cantik. Udaranya dingin dan bulan November mulai diselimuti kabut tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lost boy / lee haechan
FanfictionGeorge Chester adalah kerabat jauh pemilik rumah tempat Claudette menerima pekerjaan sebagai pengurus hewan ternak. Usia George baru 13 tahun saat itu, ia datang dari kota. Ia angkuh dan ia benci Claudette-anak ringkih yang ditugaskan untuk membant...