06. margaret

16 8 0
                                    

Pada penghujung minggu yang berangin tersebut Claudette menjemur kembali kain-kain yang ia cuci bersama George kemarin hari.

Claudette pergi ke rumah Margaret di pagi hari saat libur. Ia membantu wanita itu mengurusi banyak hal, dimulai dari memberi makan hewan ternak, mengumpulkan telur, menjemur pakaian, dan memanen apel di kebun.

Claudette berdiri di antara kain-kain yang bergelombang tertiup angin sembari memandang ke kamar George, anak itu kembali melewatkan sarapannya.

"Apa kau bisa membantu mengantarkan sarapan untuk George dan memastikan ia menghabiskannya?" tanya Margaret saat Claudette datang ke dapur sembari membawa keranjang berisi telur di dalam dekapannya.

Claudette mengangguk ragu. "Aku tidak yakin ia mau mendengarkanku tapi aku akan berusaha." ujarnya sembari mengambil piring berisi roti beserta telur dan daging asap di atas meja.

"Aku datang untuk mengantar makanan." Cladette mengetuk pintu di depannya. "Aku akan masuk sekarang." imbuhnya.

George duduk di atas tempat tidurnya, ia melirik Claudette sebelum kembali membuang muka dan melihat keluar jendela. "Taruh saja di meja itu." ujarnya.

Claudette menaruh piring yang dibawanya ke atas pangkuan George, ia tidak mendengarkan perintah anak laki-laki itu. "Margaret ingin aku memastikan agar kau menghabiskan sarapanmu."

"Aku akan memakannya sebentar lagi, cepat singkirkan ini, Claudette." George memandangi anak itu dengan tajam.

"Tidak mau, kau habiskan saja sekarang agar aku bisa langsung mencuci piring kotornya."

"Margaret harusnya mempekerjakan anak perempuan yang manis dan penurut alih-alih anak perempuan bermulut ketus yang tidak memiliki ekspresi." George bergumam sembari menggigit rotinya, ia mengunyah roti tersebut dengan lambat sembari memandangi Claudette yang berdiri di sebelah kasur, ia lalu diam-diam terkekeh. George ingin Claudette berdiri lebih lama di sebelahnya, setidaknya membuat kaki anak perempuan itu terasa pegal cukup untuk membuatnya membayar perbuatannya yang sudah memaksa George menjejalkan makanan ke dalam mulut.

"Kau lelah?"

"Tidak."

"Kalau begitu terus berdiri di sana sampai aku mengosongkan piringku."

Claudette mendesah pelan, kedua tangannya di sembunyikan di belakang tubuhnya dan ia beberapa kali melirik luka pada pelipis George, luka itu lebih dalam dari yang ia bayangkan.

"Cepat ambil piring ini, aku sudah selesai." Ujar George ketika ia merasa sudah terlalu lama membuat Claudette berdiri.

Caludette mendekat untuk mengambil piring yang sudah kosong tersebut dan ia tidak sengaja melihat obat herbal di atas meja kayu yang sepertinya tidak George gunakan untuk mengobati lukanya.

"Kau sudah mengobati lukamu?"

George menaikan sebelah alisnya. "Kenapa kau bertanya?" tanyanya sembari menyibak selimut yang sedari tadi membungkus tubuhnya.

Claudette menaruh piring yang dibawanya ke atas meja dan meraih obat herbal yang diletakan di sana. Ia lalu berdiri di depan George yang duduk di pinggiran tempat tidur hingga membuat anak laki-laki itu membatalkan niatnya untuk berdiri.

"Kau harus mengobati lukamu."

"Kau saja yang melakukannya." George mendongak untuk melihat wajah Claudette yang kini sedikit lebih tinggi darinya itu.

"Apa?"

"Kalau tidak mau melakukannya maka jangan cerewet tentang luka di wajahku."

"Beritahu aku kalau sakit, aku akan mengoleskan pelan-pelan." Claudette membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya. "Sepertinya luka ini akan meninggalkan bekas, pastikan setelah ini kau mengobati lukamu dengan benar." imbuhnya sebelum meniup obat herbal yang sudah selesai ia oleskan.

the lost boy / lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang