10. all about you

6 1 0
                                    

Claudette tahu bahwa siang itu ia akan kembali terseret ke dalam kekacauan saat Irina menghampiri tempat duduknya dengan berlinang air mata.

Ruang kelas kosong dan suara tawa anak-anak yang sedang bermain salju di lapangan terdengar samar-samar.

Claudette menaikan sebelah alisnya. "Apa lagi kali ini?" tanyanya jengah.

Irina terus menangis sembari menggam kue jahe di tangannya hingga kue tersebut hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. "Apa yang kau katakan pada George?" tanyanya.

"Ke mana arah pembicaraan kita?" Claudette memijit pelipisnya, ia penasaran kapan ia bisa menghabiskan makan siangnya sembari duduk dengan tenang.

"Kau tahu aku membuat kue jahe itu dengan susah payah dan George marah hanya karena aku menitipkannya padamu." Irina berujar dengan sedih dan tangisnya kembali pecah. "Kau yang menyuruhnya untuk melakukan itu?"

"Kenapa kau tidak bertanya langsung padanya?" Claudette beranjak dari kursinya. "Jangan libatkan aku dalam masalah kalian." imbuhnya.

"Dasar perempuan jahat." Irina memandangi punggung Claudette yang pergi meninggalkannya. "Kau melakukan ini karena kau juga menyukainya?"

"Lihat betapa menyedihkannya dirimu, Claudette. Bagaimana bisa seorang perempuan miskin mendambakan George Chester yang sempurna?" Imbuh Irina.

"Kau sudah selesai bicara?" tanya Claudette tanpa menoleh dan ia sekali lagi menghela napas ketika melihat Philip berdiri di ambang pintu. Apa kali ini ia akan dipukul lagi?

"Minta maaf pada Irina." Ujar Philip.

"Kau mendengar bagaimana ia mengataiku dan kau ingin aku yang meminta maaf?"

"Irina menangis dan berkata seperti itu karena kau melukai perasannya."

"Menurutmu aku tidak terluka mendengar ucapannya hanya karena aku tidak menangis?" Claudette berujar sembari melewati Philip. "Beritahu Irina untuk tidak menyalahkan orang lain atas cintanya yang bertepuk sebelah tangan." imbuhnya lagi.

Siang itu Claudette merasa sedikit tenang karena Phillip tidak memukul atau menganggunya, namun masalah lain muncul ketika latihan untuk drama natal dimulai. Irina menangis dengan dramatis dan berkata bahwa ia tidak ingin memerankan peran urama, semua anak-anak menggerombolinya dan mencoba menenangkannya. Griselda ikut membujuk anak perempuan itu dan berkata tidak ada waktu untuk mengganti pemeran utama. Ia terus saja menangis hingga George yang membujuknya.

"Entah kenapa aku jadi sedikit tidak menyukainya setelah melihat tingkahnya kali ini." Ujar Serena sembari memakai topi sihirnya sementara Josephine yang duduk di sebelahnya hanya menanggapi dengan amggukan kepala.

"Ellios memberitahuku kalau siang ini Irina menyatakan perasaanya pada George." Ujar Josephine. "Barangkali ia begitu karena George menolaknya, ia juga mengembalikan kue yang Irina berikan."

Serena memegang pundak Josephine dan mendekatkan wajahnya. "Kenapa George menolak anak perempuan secantik Irina? Padahal selama ini aku kira ia juga menyukai Irina." ujarnya. "Ia pasti sudah gila."

"Apa menurutmu orang seperti George Chester mau pusing memikirkan tentang anak perempuan?" Josephine menarik sedikit sudut bibirnya. "Kalaupun ada anak perempuan yang menarik perhatiannya, aku yakin bukan Irina orangnya." imbuhnya.

"Lalu siapa?"

Josephine mengangkat pundaknya. "Barangkali seorang yang bahkan tidak akan pernah kau bayangkan sebelumnya?"

Serena menjauhkan tubuhnya dan mengamati satu persatu anak perempuan di dalam ruangan tersebut dan ia segara menggelengkan kepalanya saat matanya berhenti pada Claudette. "Tidak, tidak mungkin anak itu." ujarnya sembari tertawa.

Josephine ikut tertawa dan menepuk pelan pundak Serena. "Lupakan saja, aku hanya bercanda." ujarnya.

Josephine lalu menghampiri Claudette yang duduk sendirian di sudut ruangan, ia terlihat mengantuk dan bosan. "Aku mempelajari resepnya saat aku tidak datang ke sekolah beberapa waktu lalu." Josephine menaruh cokelat dan cookies berbentuk hati ke atas meja anak perempuan itu.

"Minta tolong pada Ellios saja atau berikan langsung pada orangnya." ujar Claudette, ia tidak ingin terlibat dengan George dan anak perempuan yang menyukainya lagi.

"Apa?"

"Bukankah cokelat dan cookies ini untuk George? Berikan saja langsung selagi ia masih ada di sini." jelas Claudette, sudah cukup Irina yang mendatanginya sembari menangis dan nyaris mengacaukan drama natal mereka.

Josephine mengerucutkan bibirnya. "Kau menyamakanku dengan Irina?" tanyanya. "Aku membuat cokelat dan cookies itu untukmu sebagai permintaan maaf karena sudah memukulmu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya saat itu."

"Kau bisa membalasku kalau mau." imbuh Josephine sungguh-sungguh.

Claudette meraih cokelat dan cookies yang dihias dengan pita merah muda tersebut. "Tidak, terima kasih. Aku tidak mau membuat Ellios marah karena aku memukul saudarinya. Cokelat dan cookies ini sudah cukup."

"Terima kasih, Claudette."

Claudette mengangguk sembari tersenyum tipis. "Kuharap rasanya tidak buruk." ujarnya.

"Aku yakin ini akan menjadi cokelat dan cookies terbaik yang pernah kau makan." Jospehine ikut tersenyum, ia senang karena Claudette mau menerima permintaan maafnya yang terlambat.

Suana hati Claudette perlahan membaik akibat hadiah kecil yang diberikan Josephine. Hari itu ia banyak tersenyum ketika membantu Margaret menyiapkan makan malam meskipun George Chester terus mengomentari pekerjaannya dengan ketus dan selalu menyuruhnya melakukan ini itu setiap kali melihatnya senggang.

"Apa ada hal baik yang terjadi?" tanya Margaret.

Claudette mengangguk. "Siang ini Josephine memberiku cokelat dan cookies yang ia buat sendiri." Ujarnya.

Margaret ikut tersenyum sembari menaruh semangkuk besar sup tomat ke tengah-tengah meja makan. Margaret lalu meminta Claudette untuk menganggil George agar anak laki-laki itu bergabung di meja makan dan sepanjang makan malam ia hanya sibuk menyisihkan sayur dari dalam piringnya.

"Apa Claudette membuatmu kesal?" Tanya Margaret ketika Claudette sudah kembali ke rumahnya, wanita itu melirik George sembari mengeringkan piring sisa makan malam.

"Kenapa Anda berpikir begitu?"

"Claudette terlihat kewalahan karena menghadapimu hari ini." Margaret melepaskan apronnya. "Bukan begitu cara menarik perhatian anak perempuan. Ia hanya akan semakin membencimu kalau kau memperlakukannya seburuk itu." imbuhnya.

"Aku tidak sedang mencoba menarik perhatian anak perempuan itu." Balas George ketus.

Margaret tersenyum dan mengeles puncuk kepala George dengan lembut. "Sepertinya aku salah paham." ujarnya.

"Tapi bagaimanapun aku berharap kau memperlakukan Claudette dengan baik. Jangan menyusahkannya hanya karena ia tidak bersikap seperti yang kau inginkan. Claudette tidak pernah mengeluh tapi bukan berarti ia menyukainya. Claudette punya harga diri yang tinggi, ia bukan anak perempuan yang gemar merengek jadi jangan memaksanya untuk bergantung pada kita. Kau tahu bagaimana kuatnya anak itu, ia pasti bisa mengatasi masalahnya dengan baik."

"Tapi hari itu ia marah karena aku mendatanginya alih-alih anak perempuan yang menganggunya." gumam George sembari pergi meninggalkan dapur.

tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the lost boy / lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang