Hugo tersenyum kecut, setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Orang-orang jadi selalu menatapnya. Marvel dan Kiano pun berusaha mengabaikan walaupun mereka juga risih jika Yugo ditatap seperti itu. Saat ini, bel istirahat sudah berdering sekitar 10 menit yang lalu. Siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas mereka. Yugo dan yang lain menunggu hingga kantin sepi.
"Dari siapa lagi?" Tanya Kiano membaca note dari loker Yugo.
Yugo mendapatkan susu pada lokernya. dan disitu ia juga mendaparkan catatan,
"diminum. Awas kalo dibuang lagi! (〒﹏〒) Itu susu paling enak di dunia
Bun."
Yugo menghela napas, sudah 2 Minggu ini ia mendapatkan susu seperti ini. Pada awalnya ia menerimanya dengan sukarela, Tetapi lama kelamaan ia merasa aneh. Ia pernah memberikan susu tersebut kepada Kiano dan sang empu pun dengan senang mengambilnya.
"Orang aneh kali ya, demen banget ngasih lo susu beginian." Ucap Marvel.
"Kalo Lo gamau, hehe.. kasih gue aja." Jawab Kiano dengan senyuman bodohnya.
Yugo pun memberikan susu itu kepada Kiano. Dan mereka berjalan menuju kantin. Ternyata kantin masih ramai, tetapi tidak seramai tadi awal bel istirahat. Yugo, Marvel, dan Kiano mengambil kursi di dekat stan bakso.
"Mang Koko, bakso-nya tiga". Ujar Marvel dan diberi anggukan oleh seseorang yang disebut Mang Koko.
Jika ada yang penasaran kenapa disebut mang Koko, karena mang Koko sendiri memiliki mata sipit dan kulit putih. Seperti orang cina. Anak-anak disana pun memanggilnya dengan mang Koko, dan dirinya pun tak mempermasalahkan jika ia dipanggil dengan sebutan itu.
"Tiga bakso sudah siap." Mang Koko mengantarkan makanannya ke meja Yugo dkk.
"Makasih mang, kapan-kapan kalo mang Koko punya niatan baik lagi.. bisa lah.. ekhem.. itu.. gratisin." Mang Koko terkekeh mendengar celetukan Kiano. Mulutnya memang sangat kebas.
"Siap, siap. Tapi nunggu kamu punya anak ya." Guraunya.
"Lah saya mau free child mang, gimana dong?" Kiano menggaruk tengkuknya.
"Child free, no. Bukan free child.". Jelas Yugo.
"Ya gausah nikah sekalian kamu," Marvel dan Yugo tertawa mendengarnya. Melihat Kiano dan Mang Koko berbincang membuat mereka tertawa. Kiano hanya cemberut dengan reaksi mang Koko.
"Mang denger-denger.. katanya acara festival depan bakalan ada yang nampil itu pakai alat musik, eh.. bialo?"
"Bialo? Apa njir?" Tanya Marvel pada Kiano dan Yugo.
"Bialo itu, alat musik. Yang ditempelin di leher itu kalo ga salah mang liat liat."
"Biola mang! Biolaaa!" Seru Marvel.
"Iya, iya, biola. Itu eh, neng yang tampil itu.. neng.. Liona ya? Yang cantik itu."
"Liona? Oh.. kelas MIPA 3." Tukas Kiano.
"Katanya neng liona jago ballet juga, duh mana Mang Koko pengen punya anak kayak si neng geulis itu." Mang Koko memang sudah memiliki istri, tetapi belum diberi keturunan saja. Marvel dan Kiano mengangguk-angguk kepalanya. Dan Yugo sudah menghabiskan baksonya sembari mendengarkan Mang Koko bercerita.
"Emang keliatan ambis banget sih. Bapaknya juga donatur sekolah sini ya otomatis anaknya harus unggul juga."
"Aduh, pelanggan lainnya sudah ngumpul. Mang Koko kesana ya! Nanti kalo mau nambah bilang aja." Ucapnya dan diberi acungan jempol dari Marvel.
Seketika suasana kantin kembali ramai, padahal istirahat akan berakhir 15 menit lagi. Yugo menatap sekeliling, tatapannya tertuju Liona yang sedang duduk di sebrangnya. Gadis itu tersenyum dan tertawa bersama teman-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Hater
Teen FictionYugo, seorang anak SMA yang memiliki kepribadian yang ceria. Tetapi, jika saja ia tidak mendapati trauma pada 2 tahun yang lalu semua nya akan baik-baik saja. Ia juga sangat membenci hujan, hujan adalah tempat dimana dunia serasa kosong, hampa dan...