4

5 1 0
                                    

   “Siapa orang itu?” gumam Clara dalam hatinya.

Setelah jam istirahat, mereka pun mulai diskusi dengan satu geng nya di ruangan istirahat pribadi mereka. Mereka mulai bertanya-tanya satu sama lain.

   “ini salah loe Clara,” sungut Monic.

   “Loe nyalahin gue?”

   “Kan waktu itu ide loe,” lanjut Monic

   “Tapi kalian juga terlibat,”

   “Tapi karena loe yang nyuruh,”

  “Sudah, Kenapa kalian jadi berantem sih,” lerai Gerald.

   “Seharusnya yang harus kita pikirkan tentang siapa orang ngirim pesan itu,” sambung Anya.

Terlihat Afgan hanya diam, tanpa memberikan respons apa pun dengan perselisihan mereka.

Monic mengedipkan mata pada Gerald, sebagai bentuk ketak pahaman mengapa Afgan hanya diam sedari tadi.

   “Biarkan saja,” ujar Gerald pelan.

***

Setelah berhasil di kalahkan, Kelvin sangat terobsesi untuk dapat bertemu dengan gadis bernama Ara itu. Seorang gadis yang menurutnya sangat berbeda, seorang gadis yang mahir mengendarai mobil, dan juga motor, namun tentunya Kelvin masih memiliki dend*m karena Ara pernah menabraknya dan meninggalkan dirinya di jalan.

Oleh sebab itulah Kelvin setiap malam, ia berusaha datang ke area balapan, namun ternyata Ara tidak pernah datang lagi.

   “Kita pulang saja, gadis bernama Ara itu sepertinya tidak datang ke sini,” ucap Marvel.

   “Tapi gue masih penasaran sama cewek itu,”

  “Jangan terlalu penasaran,”

   “Kenapa?”

   “Nanti jadi cinta loe.” Ledek Marvel seraya memakai helmnya.

  “Ngacok.” Balas Kelvin seraya juga memakai helmnya.

Setelah berhari-hari tidak pulang, Kelvin pun akhirnya pulang setelah beberapa hari yang lalu ia membuat perusahaan ayahnya mengeluarkan uang sebesar Rp 50 juta.

  “Kamu masih berani pulang?” tegur Pak Bobby.

   “Papa, jangan marah-marah, anak kita baru pulang,” pinta Ibu Santy.

   “Mama tahu dia sudah menggunakan perusahaan untuk keperluan pribadinya,” sungut Pak Bobby.

   “Papa mau minta ganti, nanti tunggu jika Kelvin menang balapan.” Balas Kelvin seraya melangkah pergi menuju kamarnya.

Pak Bobby hanya tertegun melihat kelakuan putranya itu.  Ia seakan frustasi menghadapi kedua anaknya yang selalu membuatnya emosi.

    “Papa yang sabar ya, nanti tekanan darah Papa naik,” ujar Ibu Santy kembali.

Keduanya pun kembali duduk, untuk meredakan emosi suaminya, Ibu Santy menanyakan soal proyek barunya, yang menurutnya sepertinya sang suami sangat yakin bisa puas dengan hasilnya.

    “Bella itu gadis yang sangat cerdas, on time pokoknya dia gadis yang luar biasa, seandainya Kelvin kelakuannya benar, Papa akan jodohin mereka,”

   “Papa tidak jodoh-jodohin,”

   “Ya mana mungkin Bella mau sama Kelvin, kelakuannya saja begitu,”

   “Ya sudah Papa istirahat.” Putusnya seraya membawa jasnya yang memang belum sempat ia taruh saat pulang kerja.

  Ibu Santy pun mengikuti langkah suaminya sambil membantu membawa tas kerjanya.

Cinta Di Bawah Dendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang