5

4 1 0
                                    

   “Siapa loe?” tanya Clara dengan terus melangkah ke belakang dan menjauh dari bayangan itu.

Orang itu pun menyalakan sebuah senter dari ponselnya seraya berkata, “Clara!” Ucap orang itu.

Sontak suara itu membuat Clara mengangkat kepalanya dan langsung memeluk pria itu.

  “Kak Kelvin.” Ucap Clara seraya memeluk Kelvin dengan erat.

  “Kamu tidak kenapa-kenapa?” Tanya Kelvin seraya melepas pelukan adik kesayangannya itu.

  Clara menggeleng kepalanya sambil mengusap air matanya.

  “Ayo keluar dari sini!” ajak Kelvin.

Terlihat jika semua anak-anak telah pulang, karena memang waktunya sudah malam.

  Setiap langkah kakinya, Clara selalu menoleh karena takut ada seseorang yang mengikuti dirinya. Ketakutan sang adik membuat langkah Kelvin terhenti.

  “Ada Kakak, jangan khawatir,”

Clara pun mengangguk sebagai isyarat jika ia percaya dengan apa yang di ucapkan kakaknya.

Kelvin yang tahu adiknya amat ketakutan terus menggenggam tangan Clara dengan sangat erat. Keduanya terus berjalan dengan beriringan melewati setiap lorong sekolah yang sangat luas hingga akhirnya keduanya sampai di mana motornya Kelvin parkirkan.

  “Ayo naik!” pinta Kelvin yang sudah lebih dulu naik.

Clara pun menaiki motor sport milik kakaknya itu dan memeluk Kelvin sangat erat. Biasanya Clara tidak pernah memeluk Kelvin dengan sangat erat, namun kali ini Clara memeluknya seolah menunjukkan suasana hatinya yang begitu ketakutan.

  Sambil menyetir, Kelvin memikirkan siapa yang mengunci adiknya.

  “Tapi siapa yang akan berani berbuat hal seperti sama Clara, mungkin itu tidak sengaja, karena memang sudah waktunya pulang.” Pikir Kelvin pada dirinya sendiri.

  (Rumah keluarga Barclay)

Keduanya pun memasuki rumah mereka, di situ terlihat jika Pak Bobby juga ibu Santi sudah menunggu mereka di ruang tamu.

  Terlihat jika Pak Bobby sangat marah karena Clara pulang telat tak hanya pada Clara, Pak Bobby sangat marah karena Kelvin telah meminta penagihan uang atas nama perusahaan.

  Kelvin menghela napas menahan rasa kesal yang sudah dari tadi ia tahan, ia mungkin tak peduli jika orang tuanya itu memarahinya, namun ia sangat marah ketika Pak Bobby memarahi adiknya.

  “Clara, masuklah!” titah Kelvin.

 Clara pun mengangguk dan melangkah pergi ke kamarnya.

  “Dasar anak tidak tahu sopan santun,” sungut Pak Bobby.

 “Papa hanya tahu kesalahan yang kamu perbuat, tanpa Papa tahu alasannya, asal Papa tahu, Clara terkunci di toilet sedari siang tadi,” sungut Kelvin.

  “Apa?” tanya ibu Santi terkejut.

  “Kalian mana peduli dengan hal seperti itu, padahal kalian tahu jika Clara sangat butuh kasih sayang dari kalian,”

  “Tapi kami bekerja untuk kalian juga,” jelas pak Bobby.

  “Jika Clara sangat menyombongkan diri dengan apa yang dia punya, itu juga karena kalian, kalian selalu menganggap uang di atas segalanya.” Sungut Kelvin kemudian melangkah pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Cinta Di Bawah Dendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang