01

18 5 6
                                    

SERI KETIGA DARI BOOK MAYARA DAN ZAYYAN.

GENRE SLICE OF LIFE, ANGST, MUNGKIN ADA BUMBU ACTION NYA DIKIT.

PERINGATAN: CERITA INI MENGANDUNG KONFLIK KELUARGA, TRAUMA, BAHASA YANG KASAR, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN PEMBACA BERUSIA 17 KE ATAS, KARENA CERITA INI SEDIKIT TIDAK RAMAH UNTUK ANAK-ANAK.

DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENYARING SEGALA INFORMASI. CERITA INI HANYALAH FIKSI SEMATA.

SELAMAT MEMBACA....

||• BAGIAN 01 •||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• BAGIAN 01 •||
.

.

.

Senin, 5 Januari 2004. Pukul 20.01. Di Kota Balarana bagian pusat.

Sesekali Rudi menguap, menyingkirkan beberapa anak rambut yang menusuk mata. Turun dari bus, kemudian melangkah melewati gang kawasan rumahnya. Di malam itu, Rudi baru saja pulang dari kantor. Bekerja di salah satu perusahaan besar yang berada di antara jajaran Kota. Mendapatkan gaji yang cukup lumayan untuk menjalani kehidupan.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Rudi akhirnya memasuki sekitar halaman rumah. Tetap berjalan maju dan menghampirinya. Di tengah kesunyian malam yang menenangkan, Rudi mengetuk daun pintu. Tiga ketukan terdengar. Dari balik pintu, seseorang menjawab dan membuka kunciannya dari dalam.

Pintu terbuka secara perlahan. Menampilkan seorang anak kecil berusia empat tahun yang menyambut kehadiran Rudi menggunakan pelukan hangat. Mengulas senyuman lebar sembari melontarkan tatapan ceria, dia bersorak kegirangan.

"Selamat datang, Ayah. Sean kangen!"

Rudi sedikit terkekeh, tidak terlalu terkejut di saat mendapatkan perlakuan seperti itu. Tatapan mata datar Rudi berangsur melunak. Dia sedikit membungkuk dan langsung menggendong anak kecil tersebut. "Aduh gemasnya. Sama, Ayah juga kangen Sean kok. Udah makan belum?"

Sean menggeleng. "Belum, soalnya kita memang sengaja nungguin Ayah. Kata Mamah, Ayah akan pulang cepat buat malam ini. Jadi, kita bisa mam bareng deh, hehe."

Rudi hanya sekilas ber-oh pelan, melanjutkan pijakan untuk memasuki rumah. Tak lupa baginya untuk mengunci pintu rapat-rapat. Dari arah dapur, Kemala menampakkan diri. Dengan secangkir kopi yang berada di antara genggaman tangannya, dia menghampiri posisi Rudi dan tersenyum simpul.

"Akhirnya kamu pulang juga, Rudi. Ini kopi buat kamu ya. Dan Sean, astaga anak ini, Ayah baru aja pulang kerja loh. Udah nempel aja kamu ya," Kemala sedikit mengomel. Menghunuskan tatapan datar kepada putranya.

Putra keduanya itu memang sangat menempel kepada Rudi. Tidak bisa dipisahkan sama sekali. Ketika Rudi mendapatkan kesibukan dalam pekerjaan dan pulang terlambat, Sean pasti akan menangis seraya mencari keberadaan Rudi. Hubungan antar mereka memang sangat dekat.

Malam yang MengerikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang