16

10 3 7
                                    

SERI KETIGA DARI BOOK MAYARA DAN ZAYYAN.

GENRE SLICE OF LIFE, ANGST, MUNGKIN ADA BUMBU ACTION NYA DIKIT.

PERINGATAN: CERITA INI MENGANDUNG KONFLIK KELUARGA, TRAUMA, BAHASA YANG KASAR, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN PEMBACA BERUSIA 17 KE ATAS, KARENA CERITA INI SEDIKIT TIDAK RAMAH UNTUK ANAK-ANAK.

DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENYARING SEGALA INFORMASI. CERITA INI HANYALAH FIKSI SEMATA.

SELAMAT MEMBACA....

||• BAGIAN 16 •||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• BAGIAN 16 •||
.

.

.

Hari berikutnya disambut dengan cuaca yang cerah. Sinar mentari yang terik, terasa hangat ketika menyentuh permukaan kulit. Banyak orang-orang berlalu lalang untuk melaksanakan aktivitas harian. Ada yang sibuk memasang tenda dan menyiapkan barang dagangan untuk dijual kepada khalayak umum. Ada pula yang berolahraga dan berlarian di antara trotoar. 

Jarum panjang jam dinding telah sempurna menunjuk ke arah angka tujuh. Waktu yang sesuai untuk mengajak kedua putranya jalan-jalan ke taman dan menikmati udara pagi. Agar mereka juga mendapatkan stimulasi dari cahaya matahari yang mengandung vitamin D. Hal tersebut sangat bagus untuk tumbuh kembang mereka. 

"Habiskan makanannya. Kalau nggak habis, kita nggak jadi jalan-jalannya." Rudi memandangi kedua putranya secara bergantian, kemudian mengesap kopi hitam yang mengepul panas. Memperingatkan mereka agar menghabiskan jatah makanan masing-masing. 

Kemala sudah pergi bekerja sejak pukul enam tadi. Dia telah menceritakan semuanya. Tentang kegiatan wawancara yang telah Kemala alami hingga pengumuman hasilnya. Dan sekarang, dia harus menjalani tes terakhir untuk bisa menjadi karyawan di perusahaan itu. 

Raeksa telah menghabiskan makanannya. Piringnya bersih tanpa menyisakan apa pun. Dia meraih gelas yang berisikan susu stroberi. Teguk demi teguk dia jalani dengan hati-hati. Sedangkan Sean masih menyisakan beberapa suap lagi. Seluruh gerakan yang dihasilkan oleh mereka berdua, tak pernah lepas dari pengawasan Rudi. 

Kedua iris mata kemerahannya itu menghunuskan tatapan datar. Sama sekali tak menampilkan segurat emosi sedikitpun. Karena suasana di dapur sangat hening, pada akhirnya Rudi memutuskan untuk mengajak mereka berbincang. 

"Enak nggak sayur sama ayam gorengnya?" tanya Rudi. Kali ini, dia memberikan atensi yang lebih terhadap Raeksa. Karena Sean masih disibukkan oleh aktivitas sarapannya. 

Raeksa tersentak pelan di saat mendengar pertanyaan Rudi yang ditujukan kepadanya. Patah-patah, dia mengangguk canggung. Membalas tatapan Rudi dengan sorot mata kaku. "Enak kok, Yah. Makanannya enak." 

Rudi mengernyit sejenak. Tentu saja dia menyadari tabiat Raeksa yang aneh. "Oh ya?" 

Raeksa kembali mengangguk. Lebih tegas dibanding sebelumnya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malam yang MengerikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang