13

11 3 6
                                    

SERI KETIGA DARI BOOK MAYARA DAN ZAYYAN.

GENRE SLICE OF LIFE, ANGST, MUNGKIN ADA BUMBU ACTION NYA DIKIT.

PERINGATAN: CERITA INI MENGANDUNG KONFLIK KELUARGA, TRAUMA, BAHASA YANG KASAR, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN PEMBACA BERUSIA 17 KE ATAS, KARENA CERITA INI SEDIKIT TIDAK RAMAH UNTUK ANAK-ANAK.

DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENYARING SEGALA INFORMASI. CERITA INI HANYALAH FIKSI SEMATA.

SELAMAT MEMBACA....

||• BAGIAN 13 •||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• BAGIAN 13 •||
.

.

.

Rudi tidak memiliki banyak pilihan selain mengizinkan Kemala untuk bekerja. Demi masa depan anak-anak, salah satu dari mereka memang harus berkorban. 

Untuk menambah uang saku pemasukan, Rudi memutuskan untuk menjual rumahnya. Digantikan oleh rumah yang jauh lebih kecil. Hari ini adalah hari di mana mereka pindah.

Rudi meletakkan barang bawaan terakhir di atas meja ruang tamu yang berdebu. Menghela napas pelan. Sedangkan Kemala, dia berjalan di belakang Rudi dengan menuntun kedua putranya yang keheranan. 

Seandra mendongakkan dagunya, menatap Kemala menggunakan sorot mata penasaran. "Mamah, apa ini rumah baru kita?" 

Mengangguk sebagai jawaban, Kemala mengulas senyuman hangat kepada Sean. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja. "Iya, Sayang. Bagus kan rumahnya? Nggak terlalu besar sih, tapi nyaman buat kita tinggali." 

"Kenapa kita harus pindah? Sean lebih suka sama rumah yang lama," gumamnya lirih. 

Kemala terdiam, entah kenapa hatinya terasa sakit. Bingung hendak menjawab apa untuk menenangkan Sean yang kalut. Sebelum Kemala membuka mulut dan menimpali pertanyaan Sean, Rudi sudah lebih dulu memotong. Melirik datar. 

"Sudah, jangan banyak tanya. Kalian istirahat saja sana, Ayah sama Mamah mau beres-beres rumah dulu. Kemala, tolong antar mereka ke kamar." 

"Ah iya, ayo, Sayang. Kalian berdua pasti juga capek kan." Kemala bergegas menuruti perintah Rudi dan membawa kedua anaknya untuk memasuki kamar. 

Rumah baru itu tidak besar. Hanya sekadar memiliki dua kamar pribadi, ruang tamu, dapur kecil, dan satu toilet. Memang terlihat cukup menyedihkan, karena keadaan ekonomi keluarga mereka tidak akan pernah sama lagi seperti dahulu. Kehidupan mereka akan serba pas-pasan dan kekurangan. 

Rasanya seperti memulai dari awal lagi. Namun tak mengapa, Kemala akan tetap sabar dan berproses bersama Rudi. Selama mereka masih bersama, tidak ada hal yang perlu ditakutkan kan? 

Lagi pula Kemala sudah terbiasa dengan hidup sederhana. Kemala hanya perempuan biasa yang kesepian. Selama ini, dia hidup sebatang kara. Tidak memiliki orang tua, saudara, ataupun keluarga. Kemala berasal dari panti asuhan yang terancam bangkrut. Untuk memenuhi kehidupan pribadinya, Kemala harus berjuang sekuat tenaga dalam mencari uang. 

Malam yang MengerikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang