11

11 2 3
                                    

SERI KETIGA DARI BOOK MAYARA DAN ZAYYAN.

GENRE SLICE OF LIFE, ANGST, MUNGKIN ADA BUMBU ACTION NYA DIKIT.

PERINGATAN: CERITA INI MENGANDUNG KONFLIK KELUARGA, TRAUMA, BAHASA YANG KASAR, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN PEMBACA BERUSIA 17 KE ATAS, KARENA CERITA INI SEDIKIT TIDAK RAMAH UNTUK ANAK-ANAK.

DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENYARING SEGALA INFORMASI. CERITA INI HANYALAH FIKSI SEMATA.

SELAMAT MEMBACA....

||• BAGIAN 11 •||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• BAGIAN 11 •||
.

.

.

Rudi berjalan di antara gelapnya malam. Beberapa orang tampak berlalu lalang di sekitar sana. Ada yang membeli makanan, ada yang saling mengobrol, dan lain sebagainya. Ya, di sekitar sana memang terlihat ramai. Namun sayangnya, Rudi tetap merasakan kekosongan dan kehampaan yang luar biasa. 

Dagunya sedikit menunduk, pijakan kakinya juga goyah. Dengan langkah yang terseret-seret, Rudi berjalan tanpa arah menuju pusat Kota. Entah apa yang akan Rudi lakukan untuk malam itu, dia hanya ingin mengasingkan diri. Menjauh untuk sesaat agar Rudi tidak semakin menyakiti Kemala dan anak-anaknya lagi.

Namun sepertinya, Rudi juga tidak memiliki tujuan apa pun. Tidak tahu harus pergi ke mana dan apa yang harus dia lakukan untuk sekarang. Rudi sungguh-sungguh tidak mempunyai gambaran yang jelas untuk menerawang masa depan. Buntu sekali, ya?

"Hhh, rasanya kayak mau mati." Rudi membuang napas berat, mengacak rambut dengan kasar.

Tidak ada motivasi atau rasa semangat yang menggerogoti hatinya. Beberapa kali, terbesit sebuah ide gila yang senantiasa melintas pada pikirannya. Mencoba untuk menghasut dan mengikis kewarasan yang dimiliki oleh jiwa Rudi. 

"Apa aku...mati saja ya sekarang?" gumam Rudi pada dirinya sendiri. Sorot mata datar yang terlihat kosong. Menatap lurus ke arah depan. 

Kalau seandainya Rudi mati, seluruh masalah pasti akan berakhir bukan? Kemala juga pasti merasa bahagia. Terbebas dari jeratan ikatan Rudi. Raeksa juga pasti akan senang. Tidak akan ada lagi orang yang akan berteriak marah dan mengatur mereka. Suasana di dalam rumah itu pasti akan membaik dan berangsur damai. 

Tidak ada gunanya juga kan jika dirinya itu bertahan hidup? Toh, kehadiran Rudi selalu disalahkan. Tidak ada satu pun usahanya yang dihargai oleh mereka. Di mata mereka ya Rudi memang selalu dianggap salah. 

Rudi merenung. Di detik-detik terakhir sebelum dia memutuskan, dari arah depan sana Rudi melihat sesuatu. Sebuah tempat yang tampak ramai sekali. Lampu kelap-kelip yang senantiasa menghiasi sekitar. Banyaknya pengunjung yang berhambur masuk ke dalam tempat tersebut. Sebagai orang yang cukup mengerti tentang dunia malam, Rudi mengenali tempat itu. 

Malam yang MengerikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang