05

13 3 3
                                    

SERI KETIGA DARI BOOK MAYARA DAN ZAYYAN.

GENRE SLICE OF LIFE, ANGST, MUNGKIN ADA BUMBU ACTION NYA DIKIT.

PERINGATAN: CERITA INI MENGANDUNG KONFLIK KELUARGA, TRAUMA, BAHASA YANG KASAR, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN PEMBACA BERUSIA 17 KE ATAS, KARENA CERITA INI SEDIKIT TIDAK RAMAH UNTUK ANAK-ANAK.

DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENYARING SEGALA INFORMASI. CERITA INI HANYALAH FIKSI SEMATA.

SELAMAT MEMBACA....

||• BAGIAN 05 •||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• BAGIAN 05 •||
.

.

.

Rudi selalu berusaha untuk memahami segalanya. Menghargai setiap keputusan dan mencukupi seluruh kebutuhan dari anggota keluarganya. Rudi mengira, dia sudah cukup baik dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawab. Namun ternyata seluruh usahanya tetap kurang di mata Kemala.

Di malam itu, Rudi dan Kemala berdebat. Perdebatan itu cukup panjang hingga pada akhirnya Rudi sendiri yang mengakhiri. Emosinya hampir saja meledak. Karena tak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi, Rudi memutuskan untuk tidur di kamar anak-anaknya. Sesuai dengan janjinya kepada Sean.

Di antara keheningan malam yang gelap, Rudi berbaring sembari memandangi langit-langit kamar dengan sorot mata datar. Perkataan-perkataan Kemala kembali hadir, menggema di dalam benaknya. Menghantui hati Rudi yang terasa gusar. Apakah dia salah dalam mendidik anak-anaknya?

Padahal selama ini, Rudi sudah berusaha untuk menjadi Ayah dan suami yang baik. Rudi sama sekali tidak berniat untuk pilih kasih atau memanjakan mereka. Jikalau anak-anaknya berlaku nakal atau susah diatur, Rudi juga senantiasa berlaku tegas. Dalam hal rumah, Rudi juga tidak pernah ikut campur atau berkomentar tentang apa saja yang telah dilakukan oleh Kemala.

Rudi tidak pernah menuntut istrinya untuk memaksakan diri. Kebutuhan rumah dan biaya hidup juga seluruhnya Rudi yang menanggung. Apakah semua itu tidak cukup untuk mereka?

"Hhh, sialan," Rudi mengumpat lirih. Jemarinya naik, memijat permukaan kening yang pening.

Sepertinya, Rudi tidak akan pernah bisa memejamkan kedua mata dengan tenang walau hanya sesaat sekalipun. Di malam itu, Rudi akan sepenuhnya terjaga hingga hari berikutnya datang. Diiringi oleh rasa bersalah yang menyakitkan.

***

Satu minggu telah berlalu cepat. Rasa lelah dan tekanan yang dirasakan oleh Rudi semakin menjadi-jadi. Dia kekurangan waktu istirahat dan tuntutan pekerjaan yang tinggi. Hari demi hari, Rudi jalani dengan sabar. Walau terkadang, Rudi tetap saja kelepasan dan memarahi anggota yang lain.

Seperti hari ini.

"Apa-apaan ini? Kenapa hasilnya bisa amburadul? Astaga, kalian ini paham dengan konsepnya tidak sih? Semuanya kan sudah saya jelaskan!" Rudi berseru marah, menatap tajam kepada mereka yang bekerja.

Malam yang MengerikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang