04

17 5 5
                                    

SERI KETIGA DARI BOOK MAYARA DAN ZAYYAN.

GENRE SLICE OF LIFE, ANGST, MUNGKIN ADA BUMBU ACTION NYA DIKIT.

PERINGATAN: CERITA INI MENGANDUNG KONFLIK KELUARGA, TRAUMA, BAHASA YANG KASAR, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN PEMBACA BERUSIA 17 KE ATAS, KARENA CERITA INI SEDIKIT TIDAK RAMAH UNTUK ANAK-ANAK.

DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENYARING SEGALA INFORMASI. CERITA INI HANYALAH FIKSI SEMATA.

SELAMAT MEMBACA....

||• BAGIAN 04 •||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• BAGIAN 04 •||
.

.

.

Pukul 19.29 malam. 

Sepasang kakinya menapak di antara lantai halaman rumah. Dengan membawa box kardus, Rudi menggunakan salah satu tangannya untuk mengetuk pintu sejenak. Sayup-sayup, Rudi mampu mendengar suara tangisan dari dalam rumah. Tidak salah lagi, itu pasti tangisannya Sean. 

Entah apa yang anak itu inginkan, sepertinya Sean memang sedang rewel-rewelnya. Pintu terbuka, menampilkan Kemala dengan kondisi lesu. Wajahnya terlihat letih, pakaiannya berantakan dan sedikit kotor akibat terkena noda-noda makanan.  

"Hai, Rudi. Maaf ya kalau aku menyambutmu dengan penampilan seperti ini." Sebelum Rudi melontarkan pertanyaan, Kemala sudah lebih dulu menyela. Mempersilakan suaminya agar bergegas masuk. 

Rudi mengangguk. Mulai melangkah masuk ke dalam kawasan rumahnya. Kondisi rumah sedikit berantakan. Lantai juga sepertinya belum sempat disapu oleh Kemala. Kira-kira seharian ini apa yang terjadi pada mereka ya?

"Ayah!" suara Sean menyapa keberadaan Rudi. Terdengar terisak. 

Dia berjalan mendekati Rudi, meminta perhatian. Dengan sepasang mata yang sembab, Sean memeluk Rudi secara perlahan. 

"Ayah, Mamah jahat." Dia mengadu. 

Rudi refleks mengernyit, keheranan. Lantas ekor matanya melirik kepada Kemala. Sedangkan Kemala, dia hanya sebatas mendengus menahan kesal. Lalu berjalan pergi dan menaiki anak tangga tanpa mengucapkan kata sepatah pun. 

Ada apa ini? 

"Kita duduk dulu ya, Sayang. Habis itu, kita bicara, oke?" karena bingung ingin merespon apa, pada akhirnya Rudi memutuskan untuk memulai pembicaraan dengan Sean. Setelah selesai, dia akan berbincang lebih jauh bersama Kemala. 

Rudi meletakkan box kardus itu di atas meja ruang tengah, duduk di sofa sembari menghela napas pelan. Tubuhnya terasa lelah, tapi Rudi juga tidak bisa diam saja ketika memandangi Sean dalam keadaan seperti ini. Rudi mengangkat Sean untuk duduk di pangkuannya. Tatapan mereka berjumpa. Jari-jemari Rudi perlahan menyentuh bawah mata Sean dan menyekanya lembut. 

Malam yang MengerikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang