10. Festival

125 19 1
                                    

Namun, ada masalah yang lebih mendalam. Setelah mengaktifkan kekuatan Death di USJ, Eizen tahu bahwa ia tak bisa lagi menggunakan quirk itu sembarangan. Seluruh kelas telah melihat sekilas kekuatan mengerikan tersebut, dan jika mereka mulai mengingat apa yang mereka lihat, rahasianya akan terbongkar. Untungnya, sebagai keturunan keluarga kekaisaran, Eizen memiliki akses ke teknologi kuno yang diwariskan turun-temurun—teknologi yang dapat menghapus ingatan orang-orang tertentu tentang hal-hal spesifik.

Kenangan yang Hilang.

Keesokan paginya, Eizen diam-diam mengaktifkan perangkat kecil yang dibawanya dari istana. Perangkat ini, meski terlihat usang, memiliki kemampuan untuk memanipulasi ingatan dalam radius tertentu. Dengan perasaan yang berat, ia memutuskan untuk menggunakan teknologi ini pada teman-teman sekelasnya. Seluruh kejadian di USJ, terutama yang melibatkan quirk Death, akan terhapus dari ingatan mereka.

Saat perangkat itu mulai berfungsi, waktu seolah melambat. Eizen bisa melihat dengan jelas wajah teman-temannya, terutama Midoriya, yang tampak begitu kagum padanya selama pertarungan. Namun, semua ingatan mereka tentang kekuatan gelap yang ia miliki perlahan memudar, seperti kabut yang tersapu angin.

Selesai menggunakan perangkat itu, Eizen merasakan beban di dadanya. Meski ia tahu ini adalah langkah yang perlu diambil, ada rasa bersalah yang tak bisa ia hindari. Menghapus ingatan orang-orang terdekatnya, bahkan demi kebaikan mereka, membuatnya merasa semakin jauh dari dunia yang ingin ia lindungi.

Panggilan Tersembunyi.

Di tengah ketenangan setelah serangan USJ, Eizen menerima panggilan rahasia dari seseorang yang sudah lama ia hindari—sepupunya di istana yang selama ini mencarinya sejak ia menghilang. Dia itu mengingatkan Eizen tentang kewajibannya. Keluarga kerajaan telah hancur, dan Jepang berada di ambang kehancuran. Tanpa seorang kaisar, mereka akan runtuh di bawah tekanan politik dan serangan dari musuh-musuh lama.

“Yang Mulia,” suara di ujung telepon terdengar dingin namun tegas. “Anda tidak bisa terus lari. Takhta menanti Anda. Jepang memerlukan pemimpin.”

Eizen mengepalkan tangannya. Di satu sisi, ia ingin terus menjalani kehidupan sebagai siswa biasa di UA, jauh dari segala tanggung jawab. Namun, di sisi lain, dia tahu bahwa perannya sebagai kaisar adalah hal yang tak bisa dihindari. Tanpa pemimpin, Kekaisaran akan jatuh, dan warisan keluarganya akan hilang selamanya.

Kembali ke Kelas.

Eizen kembali ke kelas keesokan harinya, dengan beban yang semakin berat di hatinya. Teman-temannya tampak normal, tidak ada yang mengingat insiden terkait quirk Death-nya. Midoriya, Iida, dan Uraraka tampak ceria, berbicara tentang latihan berikutnya. Tapi bagi Eizen, semuanya terasa asing. Rahasia besar yang ia simpan menjadikannya semakin terpisah dari dunia yang ia inginkan.

Di saat yang sama, Aizawa, yang secara diam-diam selalu memperhatikan Eizen, tampak curiga. Meskipun ingatannya tentang kejadian di USJ telah dimanipulasi, Aizawa memiliki insting yang tajam. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Eizen, tetapi tak bisa menjelaskan apa.

"Apa kau baik-baik saja, Eizen?" tanya Midoriya, saat mereka beristirahat di taman.

Eizen tersenyum tipis, berusaha menutupi keraguan yang berkecamuk di dalam hatinya. “Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah.”

Namun, dalam hatinya, Eizen tahu bahwa waktunya semakin singkat. Cepat atau lambat, ia harus kembali ke istana dan menghadapi takdirnya sebagai kaisar. Dan ketika saat itu tiba, ia tidak yakin apakah ia bisa kembali ke kehidupan di UA, atau bahkan kembali menjadi siswa biasa di antara teman-temannya.

Festival olahraga UA adalah salah satu acara paling ditunggu-tunggu oleh siswa. Seluruh sekolah berkumpul untuk menyaksikan pertarungan dan pertandingan yang memperlihatkan kemampuan para siswa. Suasana di kampus sangat meriah, dengan spanduk berwarna-warni dan suara sorak-sorai dari para penggemar yang memenuhi tribun.

PRINCE [BNHA] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang