Bab 2: Awal Invasi

32 10 25
                                    

Bab 2: Awal Invasi

“Perang tidak hanya melibatkan kekuatan militer, tetapi juga kekuatan moral.” — Dwight D. Eisenhower

Salah satu prajurit lain segera berlari mendekati Zurislav, Romanov menghentikannya. “Jangan bodoh! Tetap di posisi kalian!” Romanov menahan emosinya, berusaha tetap fokus di tengah kekacauan. Ia tahu tak ada waktu untuk menyelamatkan rekannya yang terluka parah atau mungkin tewas.

Kaki Romanov perlahan kembali dalam pijakan. Mendongak sekilas, dia melihat objek yang melesat ke arah salah satu helikopter yang ditumpangi oleh salah satu kapten. Umpatan kotor keluar dari mulutnya saat raungan roket mendering di telinga. Ekor asap putih mengepul, rudal menghantam badan helikopter. Di kepala Romanov, mulai terbayang skenario yang tak diinginkan. Banyak potensi buruk. Bagaimana jika helikopter mengalami kerusakan pada rotor? Rotor rusak maka helikopter kehilangan kontrol dan jatuh. Persentase kematian pada pilot dan kru juga tak terelakkan, sial.

Dia memutuskan untuk fokus ke kompi yang dia pimpin. Dia kembali menatap ke alat komunikasinya yang terhubung dengan Zurislav. “Letnan Zur, ini Kapten Romanov. Anda mendengar saya?” Setelah beberapa detik, tak ada jawaban.

“Saya ingin mendengar suara Anda, Letnan.”
Romanov mencoba mendapatkan respons, dia memanggil Zurislav lebih dari tiga kali, tetapi tak ada respons. Kapten harus melapor ke komando yang lebih tinggi.

Lewat backpack radio, dengan mikrofon serta tombol komunikasi terhubung melalui kabel ke bagian depan tactical vest, Romanov mulai berbicara dengan nada darurat. “Komandan, ini Bravo 1-6, melaporkan. Kami kehilangan kontak dengan Peleton 3 di sektor Alpha. Diduga terkena serangan artileri musuh. Posisi terakhir mereka di koordinat 36U 4473 54718, waktu kejadian sekitar 4 menit yang lalu. Permintaan arahan, over.”

‘Komando’ merujuk kepada Mayor sebagai komandan langsung. ‘Bravo 1-6’ adalah panggilan, setiap unit memiliki kode unik untuk komunikasi radio yang aman. Sementara, ‘koordinat 36U 4473 5418’ mengacu pada bagian dari sistem penentuan lokasi dalam medan pertempuran atau area operasi militer. Koordinat biasanya digunakan untuk merujuk ke posisi tertentu di peta. Sistem ini membagi peta menjadi kotak-kotak kecil atau grid dengan angka horizontal dan angka vertikal. Koordinat bandara Antonov Gostomel adalah 50°35′27″N 30°12′27″E, jika dikonversikan ke dalam Military Grid Reference System/MGRS) maka koordinat menjadi 36U 4473 5418.

Tak lama, Romanov mendengar suara atasannya yang berbicara lewat radio. “Bravo 1-6, ini Komando. Segera laporkan situasi. Status peleton Letnan? Apakah masih mempunyai visual di hanggar?” tanya Mayor, mencoba menilai situasi dengan pengumpulan informasi.

“Letnan dan tim terkena artileri, asap tebal menutupi pandangan, tak ada komunikasi dari mereka.”

“Tidak ada waktu, jika Letnan tak bertahan, lanjutkan operasi tanpa mereka. Amankan hanggar. Kami akan mengirimkan artileri balasan. Segera ambil alih pimpinan sebelum tim cadangan datang, tidak cukup waktu untuk pergantian komando dengan perwira yang lebih jauh, over.” Mayor menekankan bahwa waktu adalah kunci dalam operasi ini.

Tak tóchno,” jawab Romanov terakhir kali. ‘Tak tóchno’ setara dengan bahasa Inggris ‘affirmative’, merujuk ke ‘ya’ dalam militer. Tiba-tiba, suara bising dari langit kembali terdengar, serangan udara datang. Helikopter Ka-52 melintas di atas mereka, meluncurkan roket ke arah artileri Ukraina yang tersembunyi di kejauhan. Rahang Romanov mengencang. Romanov mencoba mengambil alih saluran komunikasi yang sebelumnya digunakan Letnan Zurislav. Setiap kelompok beroperasi dengan frekuensi radio yang berbeda. Romanov segera menyetel radio ke saluran yang sesuai.

“Peleton 3, ini Kapten Romanov. Ada yang masih bisa mendengar?”

Tak lama, muncul suara dari radio. “Kapten, ini Volkova! Posisi di barat hanggar, terkena serangan artileri. Ada yang terluka. Kami terjebak. Apa perintah selanjutnya?” balas salah satu dari mereka dengan genting.

“Bagaimana dengan musuhnya? Ada informasi tentang Letnan Zurislav?”

“Visibilitas rendah, sulit untuk mengetahuinya. Kami juga tidak bisa menghubungi Letnan.”

Romanov mengambil napas berat. “Baiklah. Titik kumpul di belakang hanggar, 300 meter dari posisi kalian. Lapor situasi jika ada masalah atau korban tambahan. Jangan panik. Saya akan mengambil alih pimpinan.”

“Saya ulangi, titik kumpul di belakang hanggar, 300 meter, untuk seluruh peleton 3 yang masih mendengar saya.”

Tubuh Romanov langsung terjun ke aksi, bergerak dan merunduk menuju titik kumpul yang ia perintahkan sendiri. Matanya menyapu setiap sisi yang dapat dia jangkau dan selalu mencari tahu keadaan di sekitarnya sebelum dia melewati jalan. Langkah terburu-buru terdengar di setiap arah, dan kedua sisi masih saling bertukar peluru dengan sengit. Sebisa mungkin, Romanov memperhitungkan pergerakannya selanjutnya, dia tak bisa mengambil risiko tinggi— semenjak masih kehilangan kontak dengan Letnan Zur.

Sekitar 35 detik berlalu, Romanov mencapai titik berkumpul dan melihat prajurit lainnya yang sudah menunggu. Sekilas, dia merasa lega. “Lapor kondisi. Bersiap untuk instruksi selanjutnya bagi yang masih bisa bertempur,” perintahnya dengan tegas.

“Lima dari 16 yang berkumpul, terluka parah. Untuk sisanya, masih mampu bertempur.”

Kerutan tercipta di kening Romanov. “Hanya 16 yang berkumpul? Dari 30 anggota keseluruhan?” Dia menghela napas panjang. “Baiklah, setelah pertempuran mereda, harus segera dilakukan pencarian.”

Romanov menunjuk 2 prajurit yang terluka ringan. “Kalian, awasi mereka yang terluka parah dan segera berlindung. Hindari area terbuka. Awasi pergerakan musuh yang terlihat dan segera lapor jika ada yang berubah.”

Tak tóchno, Kapten,” jawab 2 prajurit yang ditunjuk oleh Romanov.

Mata Romanov menatap satu-persatu prajurit yang tersisa. “Berdiri.”

Semua prajurit yang terluka ringan, berdiri dengan cepat sesuai perintah Romanov. Dia menganalisis mereka, memastikan bahwa mereka benar-benar siap untuk instruksi selanjutnya. “Keadaan senjata dan amunisi? Ada kerusakan?”

Nikák net, Kapten,” jawab salah satu dari mereka.

Nikák net’, setara dengan bahasa Inggris ‘negative’  yang berarti ‘tidak’.

Sebelum Romanov melanjutkan instruksi, suara dari radio menarik perhatiannya.“Kapten Romanov, di sini Letnan Ivan. Peleton 2 menguasai sisi timur hanggar. Musuh terpukul mundur dan posisi aman sementara. Apa perintah selanjutnya?”

Dia segera menekan tombol radio. “Tetap di posisi dan pastikan tidak ada yang keluar masuk. Bersiap untuk menahan kemungkinan serangan balasan dari arah utara.”

Romanov kemudian membagi prajuritnya ke dalam beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberikan perintah yang jelas: ada yang harus menyusup diam-diam dan memukul musuh yang kemungkinan menempati wilayah yang harus mereka amankan, ada yang menutupi pergerakan dengan tembakan dari jauh, ada pula yang siap meluncurkan serangan jika musuh muncul.

Percakapan singkat tentang strategi telah selesai, mereka harus terjun kembali ke aksi.  Waktu adalah musuh mereka di sini. Semakin lama mereka menunggu, semakin besar potensi bala bantuan musuh datang dan mereka memperkuat posisi. Akhirnya, sinyal datang lewat radio. “Aman. Tidak ada musuh yang terlihat di sekitar rute kalian menuju hanggar,” ujar seorang prajurit dari regu bertugas mengintai.

“Kita bergerak sekarang!” tegas Romanov, dia terpaksa turun ke lapangan karena keadaan darurat seperti ini.

Mereka bergerak menuju sisi barat hanggar dengan cepat dan hati-hati. Begitu mendekati bangunan, mereka merunduk rapat dengan dinding yang retak. Pecahan puing-puing di mana-mana. Pintu masuk semakin dekat dan mereka memastikan tak ada jebakan atau bom yang dipasang musuh.

The Thin Line of Duty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang