Bab 8: Perwira dan Tamtama

6 3 2
                                    

Bab 8: Perwira dan Tamtama

“Kesetiaan berarti selalu bersama, entah itu saat duka, damai, atau maupun perang.” — Nelson Mandela

Ketajaman pada mata Romanov sedikit pudar, gerakan tangannya juga agak melambat. Seringai licik muncul di bibir Sersan Boris setelah melihat gerak-gerik Romanov yang menunjukkan ciri-ciri kelelahan, dari nada bicaranya dan cara Romanov berinteraksi, Boris bisa menebaknya. Walau begitu, perwira yang lain tidak menyadari hal itu, Romanov memang berperan hebat saat menyembunyikan perasaannya, tetapi Boris memiliki kemampuan untuk membaca seseorang seperti membaca buku.

“Sudah lelah, Tovarisch Kapten?” goda Boris.

“Hanya bosan,” jawabnya singkat, masih mempertahankan nada dinginnya.

Zurislav memutuskan untuk bergabung ke pembicaraan. “Kau ini sedang terlalu banyak pikiran? Atau apa?” Dia mengangkat alisnya dengan bercanda.

Romanov mendengus, tidak suka dengan bagaimana mudahnya Boris dan Zur menilai gerak-geriknya. “Tidak juga.”

Sementara perwira yang lain, hanya menyimak obrolan, beberapa dari mereka bahkan tidak menyadari perubahan Romanov.

“Baiklah, ganti topik,” ucap Romanov dengan nada sinisnya.

Mereka melanjutkan berbincang ringan sambil menikmati secangkir kopi panas, beberapa masih menganalisis operasi yang baru selesai, sementara lainnya berbagi cerita ringan tentang momen-momen tertentu selama operasi atau kehidupan di luar dinas.


***

Setelah debriefing di pagi hari, suasana di markas mulai bergeser ke ritme yang lebih tenang namun tetap penuh kesibukan. Beberapa prajurit segera bergegas ke barak untuk beristirahat sejenak atau. Di luar, suara langkah kaki berat dari sepatu bot berbaur dengan obrolan ringan di antara prajurit yang akhirnya bisa sedikit lebih santai setelah tekanan operasi yang baru mereka jalani. Sementara itu, kendaraan militer mulai dibersihkan dan diperiksa kembali, memastikan semua dalam kondisi prima untuk tugas selanjutnya.

Tugas Romanov belum selesai. Setelah tim medis memberikan laporan kesehatan pasukan dalam bentuk tertulis yang mencakup data tentang kondisi kesehatan prajurit yang terluka, status perawatan, prognosis, dan apakah mereka siap untuk kembali bertugas atau perlu waktu pemulihan lebih lanjut, Romanov memutuskan untuk mengunjungi medbay-- suatu ruangan di suatu institusi, tempat persediaan medis dasar disimpan dan perawatan medis dapat diperoleh.

Cahaya lampu di ruangan medis terasa menyilaukan setelah berjam-jam terpapar medan perang yang gelap dan berdebu. Beberapa prajurit terbaring di ranjang, terbungkus perban dan selimut tipis. Di sudut ruangan, Volkova duduk di ranjang, jari-jarinya gemetar saat mencoba membuka botol air. Suara pelan alat monitor medis menjadi satu-satunya tanda kehidupan di tengah keheningan yang menggantung.

Romanov menemukan targetnya, Volkova! Dia perlahan mendekati ranjang Volkova.

"Hai, Tovarisch Kapten, ada apa?” Senyuman tipis yang khas, terbentuk di bibirnya.

“Masih seperti biasa, ya?” Romanov menghela napas, lalu semakin mendekat.

Bola mata Romanov menatap kaki Volkova yang terluka. “Bagaimana kondisi patah tulang di kakimu?”

Volkova mengikuti tatapan Romanov. “Hanya sebuah goresan, pasti akan sembuh dalam 2 minggu.”

“Aku menunggumu dengan keadaan siap bertugas, Volkova.”

The Thin Line of Duty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang