Bab 9: Perbatasan yang Tegang

3 2 1
                                    

Bab 9: Perbatasan yang Tegang

“Lebih mudah memulai perang daripada mengakhirinya.” — Gabriel García Márquez

Setelah tanggal 7 April, meski konflik antara Rusia dan Ukraina masih berlanjut hingga hari ke-936, intensitasnya mulai mereda. Namun, ketegangan di udara tetap terasa. Romanov dan pasukannya, kini ditugaskan menjaga perbatasan dan berpatroli di sana, sebuah tugas yang tampak lebih ringan dibandingkan pertempuran-pertempuran brutal yang mereka alami.

Langit gelap dihiasi purnama yang bersinar dingin, memantulkan cahayanya pada tanah yang tandus dan medan perang yang mulai tenang, itu tampak berusaha menipu mereka bahwa bahaya sudah pergi. Meskipun pertempuran tampak menjauh, di pikiran setiap prajurit ada rasa waspada. Kedamaian ini akan rapuh, seperti angin yang dapat berubah kapan saja. Angin berembus pelan, membawa aroma tanah. Pasukan berpatroli dalam keheningan di bawah sinar bulan, mengamati horizon yang tak pernah bisa sepenuhnya dipercaya.

Dalam situasi di mana perang telah mereda tetapi ancaman serangan balik masih ada, Romanov memilih untuk melakukan inspeksi langsung ke beberapa pos patroli atau pos penjagaan di sekitar perbatasan. Bertujuan untuk, mengecek secara langsung kesigapan para prajurit yang berjaga, apakah mereka tetap waspada dan menjaga protokol.

Kehadirannya secara langsung bisa meningkatkan moral pasukan di lapangan, terutama setelah mengalami pertempuran sengit, ini menunjukkan bahwa pemimpin mereka terlibat aktif dan peduli dengan kondisi mereka, dan Romanov bisa mendengar situasi dan kondisi langsung dari prajurit di lapangan selain laporan tertulis yang dikirim dari pos-pos patroli, memberikan wawasan lebih akurat tentang apa yang terjadi.

Kendaraan berlapis baja ringan bergerak dengan hati-hati pada malam itu, di dalamnya, terdapat operator kendaraan, Sersan Boris, dan 1 tamtama untuk mengawal Romanov dan memastikan keamanannya. Selama perjalanan, suasananya begitu tegang. Hanya ada suara angin dingin yang terdengar di telinga mereka, sesekali diskusi kecil antara Boris dan Romanov.

Setelah perjalanan yang dipenuhi kegelisahan, Romanov dan pengawalnya tiba di pos patroli utama di perbatasan. Romanov segera menjatuhkan kakinya ke tanah dan mendekati pos. Pos berdiri kokoh, dinding-dindingnya tersusun dari kantong pasir yang tinggi. Pandangan mata segera tertuju pada warna cokelat tua kantong pasir yang memudar, bercampur dengan jaring kamuflase yang berada di atas dengan fungsi menyamarkan pos dari pandangan musuh, terutama dari udara. Menara kecil di sudut pos menonjol, mengawasi medan di kejauhan. Di atas menara, seorang prajurit mengamati dengan teropong, siluetnya samar di bawah langit yang telah lama memerah oleh senja.

Suara senapan mesin yang terpasang di tripod berderak sesekali, meski belum ada tembakan. Kadang, suara radio terdengar di dalam bungker utama, menyela kesunyian. Di luar pos, ada kawat berduri yang membentang mengelilingi perimeter sebagai penghalang bagi musuh. Juga mungkin ada ranjau tersembunyi di sekitar pos untuk memperlambat atau menetralkan serangan mendadak. Prajurit patroli bergerak di sekitar perimeter dalam interval waktu yang sudah ditentukan, memastikan keamanan dan memberikan laporan jika ada tanda-tanda aktivitas musuh. Bunyi langkah-langkah prajurit patroli yang bergerak di sekitar perimeter hampir tidak terdengar di tanah yang kering, kaki-kaki mereka ringan dan terlatih.

Beberapa prajurit yang sedang beristirahat merasakan dinginnya malam merayap melalui seragam mereka, namun tetap berjaga, tak ada yang benar-benar santai. Suasana mencekam terasa jelas, seakan udara pun penuh waspada. Di beberapa sudut, prajurit yang sedang istirahat duduk di atas kantong pasir atau bersandar di dinding sambil tetap memegang senjata mereka.

Kehadiran Romanov yang berwibawa, menyita beberapa perhatian dari para prajurit. Begitu Romanov memasuki pos, para prajurit yang bertugas di pos segera bersiaga. Mereka berdiri tegap dan memberi hormat sebagai bentuk penghormatan pada Kapten.
Saat memasuki pos, bau tanah basah dan logam senjata menyergap hidung Romanov, bercampur dengan aroma asap dari obor elektrik yang menyala redup di beberapa sudut. Rasa kering di mulut mungkin diabaikan oleh para prajurit, terlalu terbiasa dengan kondisi ini.

Setelah mereka memberikan hormat, Romanov memberi instruksi untuk mengendurkan sikap. “Istirahatkan,” perintahnya dengan tenang dan tegas di waktu yang bersamaan. Ini perintah agar para prajurit bisa kembali ke posisi istirahat yang lebih santai namun tetap siaga.

Mata Romanov langsung tertuju pada perwira yang berdiri tegap dengan jarak formal darinya. “Laporan situasi segera.”
Zurislav menarik napas panjang. “Tidak ada aktivitas mencurigakan selama patroli malam terakhir, namun beberapa prajurit melaporkan mendengar suara tembakan di kejauhan.”

Tangannya segera mengambil peta kecil yang ada di meja, lalu menunjukkan peta itu pada Romanov. Telunjuk Zurislav menuding salah satu posisi. “Hipotesisnya, suara tembakan berasal dari sana.”

Romanov terdiam beberapa detik. “Perkuat pertahanan di sektor utara, patroli ditambah setiap dua jam. Koordinasikan dengan tim penembak jitu di bukit. Siapkan unit cadangan untuk rotasi malam ini.”

Zurislav mengalihkan pandangan dari Romanov sementara, untuk mencerna perintahnya. “Akan segera dilaksanakan.”


***


Waktu berjalan, tengah malam telah datang, suhu tidak sedingin sebelumnya karena musim semi sudah memunculkan dirinya pada bulan April. Suara langkah kaki pelan dan peralatan militer sesekali terdengar saat mereka bergerak, ada obrolan pelan di antara para prajurit. Saat dia berjalan bersama pengawalnya, dia memantau situasi. Selama patroli, jika situasi aman dan tidak ada ancaman langsung, dia menggunakan kesempatan untuk melonggarkan sedikit ketegangan dengan berbincang ringan.
Empat prajurit melihat Romanov yang mendekat, mereka segera memberikan hormat. Romanov membalas hormat dengan singkat, lalu menurunkannya, begitu juga dengan ke 4 prajurit tersebut. Dia berjalan beriringan mereka, pengawalnya menjaga jarak.

“Bagaimana menurut kalian, apakah suasana sudah benar-benar tenang?” celetuk Romanov dengan santai, tetapi nada dinginnya tidak hilang.

Liev menjadi yang pertama merespons. “Rasanya aneh, Tovarisch Kapten, beberapa hari ini kita hampir tak melihat gerakan musuh.”

“Itu yang harus kita antisipasi. Jangan lengah.”

Ke 4 tamtama tersebut mengangguk sambil menggumamkan, “Tak tóchno.”

Fyodor terlihat lebih pucat dari biasanya, menarik perhatian Romanov. “Kau.” Kepala Romanov menoleh ke Fyodor.

“Kau bisa melanjutkan atau tidak?” Alih-alih bertanya tentang kesehatan atau kesejahteraan, Romanov lebih fokus pada kemampuan Fyodor untuk terus bertugas.

Fyodor menjawab jujur. “Merasa sedikit pusing, Tovarisch Kapten, aku bisa melanjutkan tugas jika diperlukan.”

Liev memutar bola matanya, dia masih mengingat keluhan Fyodor beberapa menit lalu saat yang mengatakan dia merasakan pusing, mual, dan kelelahan yang ekstra.

“Tahan saja. Tidak ada waktu untuk masalah kecil. Kembali bekerja,” Romanov membalas dengan tenang dan tajam.
“Baik.”

“Kau lelah, Fyodor?”

Fyodor menghela napas dalam-dalam. “Apa bedanya? Kau dan aku sudah lelah sejak dulu, bahkan sejak ... saat keluargamu dan keluargaku terlibat-” Fyodor menghentikan ucapannya.

“Ah, maaf, itu tidak seharusnya keluar.”

Mata Romanov sedikit membelalak. “Maksudmu apa dengan ‘terlibat’?” tanyanya dengan suara tenang yang berbahaya. Tiga prajurit lainnya, mundur setelah mendengar nada Romanov.

The Thin Line of Duty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang