Hari mulai malam, sekitar pukul sembilan, ketika aku melihat Hime-chan datang ke kedai dengan langkah lelah. Wajahnya tampak muram, sama seperti beberapa kali terakhir dia mampir.
Sejak perang berakhir, Hinata selalu tampak sedikit... terpisah dari dunia. Seperti ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Tak seperti dulu, saat dia dengan semangat menyukai Naruto.
Entah apa yang terjadi setelah perang itu, yah, kutahu bahwa ia kehilangan Neji, aku pun masih berduka jika mengenang pemuda pendiam berambut panjang itu. Sudah satu tahun lamanya ia pergi, tapi rasanya gadis ini semakin ingin menjauh dari semuanya, seakan-akan hidupnya sudah tak lagi memiliki jangkar.
Aku menyapanya dengan ramah seperti biasa, dan dia membalas dengan senyum tipis, hampir tak terlihat. Dia duduk di bangku yang biasa, jauh di pojok, tempat yang sepi dari keramaian Konoha. Aku mulai menyiapkan ramen favoritnya tanpa perlu bertanya, karena sudah lama aku mengenal gadis ini.
Tak lama setelahnya, Kakashi dan Yugao masuk. Keduanya langsung terlihat, meskipun suasana kedai sudah cukup lengang. Kakashi, seperti biasa, dengan wajah yang tampak lelah tapi tetap tersenyum di balik masker, sementara Yugao masih dengan tatapan sedih yang tak pernah sepenuhnya hilang dari matanya.
Mereka berdua mengambil tempat di meja, tak jauh dari Hinata. Obrolan segera mengalir di antara mereka, dan topiknya kali ini cukup menarik: ujian Chuunin yang akan datang di Kirigakure. Aku menyimak dari balik meja, mendengar bagaimana Kakashi menjelaskan bahwa Sasuke dan Naruto akan berangkat ke Kirigakure untuk ujian tersebut. Sebenarnya, di antara Konoha Twelve, hanya dua bocah itu yang belum menjadi Chuunin. Sedikit ironis, mengingat betapa kuatnya mereka.
Hinata mendengarkan dengan tenang, mengangguk sesekali. Aku bisa melihat sedikit kegetiran di matanya saat nama Naruto disebut. Aku tahu dia punya perasaan untuk Naruto dulu, tapi entah kenapa sekarang, sepertinya ada sesuatu yang berubah. Mungkin perang itu terlalu keras pada mereka semua.
Kemudian, tanpa peringatan, Kakashi melontarkan pertanyaan yang cukup mengejutkan. “Bagaimana soal perjodohanmu, Hinata?”
Aku berhenti mengaduk kuah ramen sejenak, penasaran ke mana arah pembicaraan ini. Kakashi melanjutkan dengan santai, seolah itu adalah topik biasa, “Banyak lamaran yang masuk ke kantor Hokage untukmu. Tapi aku tahu klanmu pernah bilang mereka tak tertarik. Apalagi kau baru 18 tahun. Masih muda.”
Hinata tampak sedikit kaget dengan pertanyaan itu, dan wajahnya memerah. Dia mencoba menghindari tatapan Kakashi, mengalihkan pandangannya ke mangkuk ramen di depannya.
“Apakah kau sudah punya kekasih?” Kakashi bertanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut. Yugao hanya menatap diam, mungkin mengerti bagaimana canggungnya situasi ini.
Hinata menggeleng pelan, sambil menjawab dengan suara yang hampir tak terdengar, “Aku belum... Saat waktunya tiba, klan yang akan mengatur semuanya.”
Aku bisa merasakan ada kesedihan dalam suaranya, meski dia berusaha keras menutupinya. Hime-chan yang dulu selalu tersenyum cerah, kini seakan hidupnya dikendalikan oleh beban yang terlalu berat. Dia tak lagi memiliki semangat yang sama.
Aku tahu, dulu dia sangat menyukai Naruto. Semua orang di desa tahu itu. Tapi sejak perang berakhir, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Bukan hanya soal Naruto. Ada sesuatu yang lebih dalam, seakan-akan dia sudah kehilangan arah, atau mungkin dia ingin lari dari dunia ini.
"Ah, Hime-chan," pikirku sambil menyajikan ramennya di meja. "Aku berharap kau menemukan kembali semangatmu suatu hari nanti."
Kakashi tidak melanjutkan topik itu lebih jauh. Dia hanya tersenyum tipis di balik maskernya dan mengganti pembicaraan, mungkin merasa sudah cukup menekan Hinata dengan pertanyaannya tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ICHIRAKU RAMEN
Fiksi PenggemarSiapa yang paling tahu rahasia tiap penduduk Konoha? ANBU? Bukan! Hokage? Bukan! Siapaaaaa? Teuchi-Jichan! Siapa yang sangka kalau Teuchi-Jichan yang baik hati ini adalah mata-mata terhebat yang pernah dimiliki Konoha? Mulai dari wajah Kakashi, sam...