"Bagaimana? Ada kemajuan?"
Suara itu berasal dari seorang gadis berambut coklat muda yang dikepang dua. Matanya yang berbinar berwarna coklat keemasan. Asa yakin bahwa mata ambernya sangat mirip dengan sinar matahari yang lembut, meski ia sendiri tidak pernah melihat matahari secara langsung.
Gadis di hadapannya sekarang adalah salah satu dari kelima teman yang ia miliki di akademi. Namanya Daisy, meski ia lebih suka dipanggil 'Isy.' Ia merupakan teman pertama Asa—mereka berteman sejak pertama kali dipindah ke area Beta. Di umur 11 tahun, Isy membangkitkan kekuatannya, yakni teleportasi. Ia dapat berpindah ke tempat manapun, asalkan ia pernah berada di tempat itu sebelumnya. Isy termasuk dari beberapa kadet yang kekuatannya berada di level A.
Asa mendongak, menghentikan kegiatannya mengaduk-aduk makan siang tanpa semangat. Ia menyunggingkan senyum kecil. "Seperti yang kamu lihat, Isy" jawabnya kemudian.
"Gagal lagi?" tanya Isy, rautnya tampak prihatin. Ia terhenyak di kursi sembari mendesah, lalu menyodorkan piring makanannya ke arah Asa. "Kalau begitu sebaiknya kamu makan ini. Dibanding makanan menyedihkan itu."
Asa menatap kombinasi steak, kentang, dan apel di piring porselen putih lalu membandingkan dengan sup hambar miliknya. Dilihat dari sudut manapun, tentu saja makanan untuk anak-anak di area Alpha jauh lebih baik.
Perbedaan fasilitas antara area Beta dan Alpha sangatlah jauh. Ibaratnya, para kadet di area Alpha adalah berlian, dan anak-anak di area Beta hanya seonggok besi murah. Di area Beta mereka semua tinggal dalam asrama dengan kamar sempit untuk masing-masing anak. Setiap hari harus mengikuti jadwal yang padat, dari bangun tidur hingga malam hari. Makanan yang disediakan juga seadanya.
Sementara area Alpha memiliki fasilitas yang jauh lebih memadai. Kamar yang luas, makanan enak, hingga jadwal yang lebih longgar. Semakin tinggi level kekuatanmu, makin besar fasilitas yang akan didapat.
"Aku menghargai niat tulusmu, Isy. Tapi bagaimana denganmu?"
Isy mengangkat kedua bahu. "Tidak masalah. Aku tidak begitu lapar." Namun sedetik kemudian terdengar bunyi gemuruh dari perutnya. Ia tersenyum malu seraya terkekeh, "sepertinya aku salah, hehe ...."
Asa tertawa lepas. "Apa kubilang, kan? Lupakan saja, bubur ini sudah cukup." Seolah ingin terlihat meyakinkan, ia menyendokkan bubur ke dalam mulut lalu berkata, "hmm ... rasanya lumayan."
"Kita semua tahu bubur itu tidak enak," keluh Isy sembari memanyunkan bibir. "Setidaknya, kamu bisa makan apel ini," imbuhnya kemudian.
Asa baru saja akan mengucapkan terima kasih, saat sebuah suara memotongnya.
"Kalian di sini?"
Keduanya serempak menoleh ke arah suara tersebut. Seorang laki-laki berambut coklat tua berjalan menghampiri. Wajahnya tampak ramah, terutama saat tersenyum. Ia memegang apel di salah satu tangan, sambil sesekali menggigitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crome Project
Science Fiction"150 tahun yang lalu, terjadi bencana besar yang mengakibatkan peradaban manusia hancur. Perubahan ekosistem Bumi menginisiasi beragam mutasi pada makhluk hidup dengan kecepatan luar biasa, yang dikenal sebagai 'monster'. Pahlawan menyelamatkan umat...