Bab 10

52 50 1
                                    

"Apa?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?!"

"WOW!"

"Benarkah? Apa kekuatanmu?"

"AKHIRNYA! SELAMAT ASA!!!"

Isy nyaris melompat dari kursinya. Ia berdiri dan merentangkan tangan, berniat memeluk Asa. Sebelum ia mendekat, Asa buru-buru mencegahnya.

"Tunggu dulu! Isy, jangan mendekat!"

Dengan raut bingung Isy kembali duduk di kursinya. Ia mengerucutkan bibir, bertanya dengan nada sedih, "kenapa?"

Asa menarik napas panjang sebelum menjelaskan. "Aku bisa melihat ingatan dari orang lain. Dan sepertinya ... kekuatan itu dipicu oleh kontak fisik."

"Kedengarannya keren!" ucap Fred dengan semangat. Ia menarik paksa tangan Aka yang sedang menyendok makanan. Hal itu membuat nasi yang tadinya hampir masuk ke dalam mulut jatuh berserakan.

"Hei!"

Fred tak mempedulikan teriakan protes yang ditujukan padanya. "Coba baca ingatannya."

Aka berusaha menarik tangannya kembali. "Tidak mau!" tolaknya dengan nada ketus.

"Ayolah! Aku mau lihat bagaimana kekuatan Asa bekerja!"

Navi tak mengacuhkan keributan yang terjadi. Ia mendekatkan diri ke arah Asa dan bertanya, "sejak kapan kekuatanmu bangkit?"

Asa yang tadinya menonton tingkah polah Fred sembari tertawa kecil, terkejut saat Navi bertanya. Ia lebih kaget karena melihat wajah Navi yang terlalu dekat dengannya. Asa berdeham, berusaha mengatur ekspresinya agar tetap netral.

"Tadi pagi. Setelah kelas Teori Pengenalan Monster. Aku tak sengaja berpapasan dengan seorang peneliti dan tiba-tiba saja itu terjadi. Kilasan memori muncul begitu saja."

Navi mengernyitkan dahi, tampak berpikir keras.

Asa ikut mengerutkan kening. Entah kenapa ia merasa Navi tak terlihat bahagia dengan berita ini. Malahan ia tampak kecewa. Navi juga tak memberi selamat padanya. Padahal, Asa pikir ialah yang akan tampak paling senang dibanding teman-temannya yang lain.

'Sepertinya aku yang terlalu berharap.'

"Apa yang kamu lihat?" tanya Nate. Tampaknya ia lebih tertarik dengan percakapan ini dibanding Fred dan Aka yang tengah beradu mulut.

"Itu ..." Asa terdiam. Pandangannya berubah menjadi tak fokus saat ia mengingat kejadian tadi pagi. "Aku berada di tubuh peneliti itu, bahkan mendengar suaranya saat dia bicara. Namun aku tak bisa melakukan apapun. Rasanya ... seperti menjadi penonton. Dia berada sebuah ruangan gelap dengan peneliti lain. Mereka menyuntikkan cairan pada sesuatu mirip ... monster. Aku tak yakin. Makhluk itu tak berwujud, hanya berupa tulang dan daging. Selain itu pencahayaannya sangat gelap hingga sulit melihat apapun."

Kini semuanya kembali terfokus pada Asa. Fred bahkan melupakan pertengkarannya barusan, dan mendengarkan dengan raut serius. "Peneliti? Apa mereka dari akademi?" tanyanya.

Crome ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang