Bab 3

71 65 2
                                    

[ASA, 15 tahun]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ASA, 15 tahun]

Begitu mendengar suara dingin yang berasal dari belakang punggungnya, Fred langsung membeku. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia benar-benar ketakutan. Ia menatap teman-temannya dengan pandangan memohon untuk diselamatkan.

Melihat yang lain hanya terdiam, Asa berusaha untuk mencairkan suasana, "ia hanya bercanda. Bukan begitu, Fred?" tanyanya, diiringi penekanan di kalimat terakhir.

Fred berkata lirih, "sungguh, hanya bercanda."

"Minggir."

Satu perintah itu membuat Fred bangun secepat kilat. Setiap meja kantin di area Beta hanya dikelilingi oleh 4 kursi. Karena tidak memiliki tempat duduk, ia berdiri kaku di samping meja.

"Navi, kamu bisa ambil kursi sendiri," protes Asa, merasa kasihan pada Fred yang terlihat seperti dihukum.

Navi memiliki kekuatan telekinesis level S. Baginya, memindahkan kursi semudah dengan membalikkan telapak tangan. Namun ia hanya mengangkat alis, iris biru tuanya berkilat jahil. Ia menompang kepala sembari tersenyum miring, "tidak mau."

"Ahahaha ... tidak usah, tidak usah!" Fred tertawa canggung. Ia mengalihkan pandangan ke arah Aka. "Kau belum mengambil makananmu, kan? Ayo ambil bersama!"

"Aku bisa sendiri."

Tanpa aba-aba Fred menarik tangan Aka lalu menyeretnya ke arah lift. "Ikut saja!"

Kantin di akademi memiliki struktur yang unik. Pada bagian bawah terdapat kantin untuk area Beta, yang disebut sebagai Kantin Beta. Kantin ini didominasi oleh warna abu-abu suram, dengan meja-meja yang dikelilingi oleh kursi besi. Terdapat mesin makanan di tengah ruangan. Cukup dengan scan iris dan sidik jari, setiap anak dapat mengambil jatah makanan mereka. Di bagian ujung terdapat lift menuju lantai atas, yang merupakan Kantin Alpha. Bagian langit-langitnya berupa kaca transparan yang memisahkan antara kantin Beta dan kantin Alpha.

Bak langit dan bumi, perbedaan dua kantin ini sangat mencolok. Area kantin Alpha dilapisi oleh dominansi warna putih, dengan meja canggih yang dapat berubah bentuk, menyesuaikan banyaknya orang di meja tersebut. Alih-alih keras karena terbuat dari besi, kursinya empuk dengan tinggi yang dapat diatur. Makanan di sana diantar langsung oleh robot pramusaji. Selain rasa yang enak, setiap anak dapat menambah porsi makanan sesuka hati mereka.

Asa menghabiskan waktu 15 tahun menatap iri ke arah langit-langit, berharap suatu hari dapat bergabung bersama anak-anak Alpha lainnya. Beruntung ia memiliki teman-teman yang sangat berharga. Mereka sering meluangkan waktu untuk makan bersamanya di kantin Beta. Meski dikelilingi tatapan aneh dari kadet yang lain, mereka tampak tak peduli.

Memang terdapat peraturan tertulis bahwa kadet dari area Beta tidak boleh menginjakkan kaki ke area Alpha. Namun tak ada larangan untuk sebaliknya. Karena itu, meski ia tak bisa bergabung dengan teman-temannya, mereka yang memilih untuk turun dan bergabung bersamanya.

Crome ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang