[ASA, 15 tahun]
Asa ingin mendengarkan lebih lama. Sayangnya ingatan itu berhenti begitu saja.
Tiba-tiba ia merasakan sensasi seolah tubuhnya ditarik keluar. Ia mengenali perasaan ini, pertanda bahwa sesi 'mengintip memori' telah selesai.
Saat membuka mata, ia kembali berhadapan dengan Pak Davis. Dengan posisi yang sama sebelumnya—saling berjabatan tangan.
Asa buru-buru menarik tangannya, mengerjapkan mata beberapa kali. "Senang bertemu denganmu, Pak."
Pak Davis tampaknya tak menyadari keanehan apapun. Ia hanya mengangguk dan tersenyum. "Kau ingin menguji kekuatanmu? Apa yang bisa kubantu?"
"Eh," Asa bingung ingin menjawab apa. Ia sendiri tak mengerti kenapa Liana membawanya ke mari. "Aku—"
"Dia bisa membaca ingatan melalui kontak fisik," jelas Liana. Ia memicingkan mata, seolah tahu apa yang baru saja Asa lakukan. "Kami ingin menguji apakah kekuatannya juga berlaku ke makhluk lain selain manusia."
"Hah? Tunggu, apa ma—" Asa mengerjap bingung. Jadi ini alasan mereka di sini?
"Sungguh kekuatan yang unik. Katakan, Nak, kau tak berusaha membaca ingatanku barusan, kan?" tanya Pak Davis.
Asa menelan ludah gugup. Setelah memutar keras otaknya, akhirnya ia memilih untuk jujur. Karena jika ia mencoba berbohong, sepertinya akan langsung ketahuan.
"Eum ... aku baru membangkitkan kekuatan kemarin, jadi aku belum bisa mengendalikannya."
Asa bersiap mendapatkan teguran dan amarah. Tentu saja tak ada yang senang bila memorinya terekspos. Jika Asa menaruh dirinya di sepatu orang lain, tentunya ia akan marah begitu tahu ada seseorang yang memasuki kepala dan mengintip ingatannya.
Tapi di luar dugaan, Pak Davis malah tertawa. "Tenang saja, aku tak marah. Aku masih ingat saat dimana aku kesulitan beradaptasi dengan kekuatanku. Semua orang mengalaminya."
"Apa kekuatanmu?" tanya Asa penasaran.
Pak Davis mengedipkan sebelah matanya. "Mari kutunjukkan."
Mengikuti jejak Pak Davis, mereka melangkah lebih jauh melewati padang rumput, hingga tampak pepohonan yang cukup rindang. Asa mengira pohon-pohon itu palsu, hingga ia menyentuh salah satu dahan yang menjuntai. Ini pertama kalinya ia melihat pohon yang benar-benar hidup—selain di kelas dan buku yang dipinjami Dr. Neo.
Mereka berhenti di bawah salah satu pohon besar. Pak Davis meletakkan telunjuknya di depan bibir. Lalu ia mengeluarkan suara aneh, mirip desisan.
Tak lama muncul suara yang sama dari balik pohon. Seekor ular hijau seukuran lengan merayap turun. Ular itu terdiam sejenak, seolah mata merahnya tengah menilai orang-orang yang ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crome Project
Science Fiction"150 tahun yang lalu, terjadi bencana besar yang mengakibatkan peradaban manusia hancur. Perubahan ekosistem Bumi menginisiasi beragam mutasi pada makhluk hidup dengan kecepatan luar biasa, yang dikenal sebagai 'monster'. Pahlawan menyelamatkan umat...