Chapter 07

42 7 0
                                    

Hari ini menjadi salah satu hari yang paling melelahkan untuk Jeff. Diawali dengan pengunduran diri Maria yang Jeff terima lewat sambungan telepon. Lalu disusul dengan masalah proyek pembangunan resort yang mengharuskan Jeff pergi tanpa sekretarisnya ke sudut kota yang jaraknya jauh dan cukup memakan waktu.

Kemudian di ujung hari, deretan pesan dan panggilan tak terjawab dari Sophia menyambut kekhawatiran Jeff saat menyalakan ponsel yang sejak tadi siang kehabisan daya. Jeff baru menerima kabar jika Kai demam tinggi kala jarum jam hampir menyentuh angka sebelas malam. Sangat terlambat.

Pemandangan Kai yang terbaring di ranjang, juga Sophia yang terduduk di lantai beralaskan karpet membuat hatinya sesak. Terlebih ketika mendapati tangan mungil milik Kai menggenggam erat tangan Sophia, perasaan bersalah dan menyesalnya semakin meluap. Seharusnya Jeff ada di samping Kai ketika anak itu merasa kesakitan, tapi apa daya dia tidak bisa melakukannya.

Berbalik mundur, Jeff kembali ke lantai bawah membawa sebotol wine yang di harap bisa sedikit menangkan pikirannya. Entah sudah berapa kali Jeff mengisi ulang gelasnya hingga cairan dalam botol itu tersisa setengah.

"Kau sudah pulang."

Sophia berdiri menjulang di depan Jeff, surai hitamnya tergerai bebas bersama dengan wajah bangun tidurnya. Detik selanjutnya Jeff tersadar, wanita itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti yang pagi tadi ia lihat. Terbayang di benaknya betapa kalutnya Sophia ketika menghadapi situasi tersebut seorang diri.

Saat melihat lampu gantung dari ruang keluarga masih menyala, Sophia mengurungkan niatnya untuk ke kamar. Sophia mengira Jeff belum pulang, ternyata ia menemukan pria itu termenung dengan penampilan kacaunya.

"Kau sudah makan? Mau aku buatkan sesuatu? Tadi aku tidak sempat memasak makan malam." Sophia teringat belum sempat mengisi perutnya, kondisi Kai membuat napsu makannya hilang.

"Bagaimana Kai?" tanya Jeff dengan suara nyaris hilang.

Sophia menempati sisi kosong di sebelah Jeff kemudian menjabarkannya singkat. "Dokter sudah memberinya obat penurun panas. Semoga besok pagi kondisinya sudah jauh lebih baik." Sepulang sekolah, Kai sudah mengeluh tidak nyaman dengan badannya. Puncaknya saat sore hari, Kai merengek dan menangis dalam pelukan Sophia dengan suhu tubuh yang sangat panas.

"Terima kasih, Sophia. Maaf karena aku tidak membalas pesan dan menjawab panggilanmu." Jeff mengusap wajahnya gusar, jarinya menyusup ke sela-sela rambut hitamnya. "Hari ini pikiranku terbagi-bagi. Aku benar-benar tidak memikirkan apa pun selain pekerjaan."

"Aku mengerti, Jeff. Beruntung Maria menuliskan nomor telepon dokter di buku agenda yang dia berikan padaku. Jadi, Kai bisa dengan cepat di tangani." Attention to detail, padahal Sophia hanya menggantikan Maria selama dua pekan tetapi semua hal yang Maria lalukan selama enam tahun tercatat lengkap dalam agenda tersebut. Sungguh luar biasa.

"Kau juga harus menaikkan gaji Maria ketika dia kembali."

Pandangan Jeff masih tertuju pada wanita yang juga tengah menatapnya dengan segaris senyum di bibir merahnya.

Bagaimana reaksi Sophia jika mengetahui Maria mengajukan pengunduran diri? Bagaimana reaksi Sophia ketika Jeff memintanya untuk tetap menjadi pengasuh Kai? Bagaimana jika Sophia menolak?

Jeff menekan pangkal hidungnya diikuti helaan napas berat yang bisa jadi Sophia mendengarnya. Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya berdenyut.

Jeff mengubah posisi, membaringkan tubuh lelahnya yang masih terbungkus kemeja hitam di atas sofa, dengan kepalanya yang bersandar di pangkuan Sophia. Jeff sudah bisa menebak wanita bermanik hazel itu akan terkejut, tapi ia tidak peduli. Dengan lembut, Jeff meraih salah satu tangan mungil milik Sophia, menggenggamnya erat—persis seperti yang putranya lakukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ConsequencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang