Dua hari kemudian
Saturdays Coffee – Sophia's Office"Kau tidak bilang jika akan kemari." Sophia menutup pintu ruangannya sesaat menghampiri Rebecca yang tiba-tiba muncul di antara pengunjung.
"Aku butuh udara segar, maka dari itu aku mengunjungimu." Rebecca merebahkan punggungnya nyaman di sofa. "Bagaimana kafe? Kulihat banyak kursi yang terisi."
Sophia ikut mengisi sisi kosong di sebelah wanita itu. "Berjalan baik. Grafik pengunjung kita merangkak naik cukup signifikan sejak pembukaan tiga bulan lalu. Aku pernah mengirimkan laporannya padamu."
"Ya, aku sudah melihatnya sekilas. Benar yang kukatakan, kau adalah orang yang tepat untuk Saturdays Coffee." Ketika Rebecca memutuskan untuk mendirikan Saturdays Coffee, nama Sophia senantiasa terlintas dalam pikirannya untuk mengelola tempat ini. Padahal, kala itu Sophia sempat menolaknya karena masih bekerja di perusahaan lain. Namun, Rebecca tak pantang menyerah hingga berhasil membujuk sahabatnya itu.
"Kau memberiku tanggung jawab yang sangat besar. Aku hanya tak ingin mengecewakanmu."
"Kau tahu, selama sepuluh tahun persahabatan kita kau tidak pernah sekali pun melakukannya." Sepersekian detik setelah kalimat itu terlontar, Rebecca kembali meralatnya. "Tidak, kecuali satu hal. Hanya satu itu yang membuatku kesal karena kau tidak kunjung melakukannya."
"Apa?"
"Berkencan."
Sophia memutar bola matanya malas. "Astaga, Becca. Jangan memulainya lagi."
"Ayolah, Sophia. Mulailah mencari pria tampan kaya raya yang mau menikahimu. Jangan membiarkanku menuduhmu tidak menyukai lelaki."
"Hei, aku normal!"
Rebecca semakin berdecak kesal. "Maka dari itu segeralah mencari kekasih! Jangan terlalu menjadi pemilih, Sophia. Ingatlah belum lama ini kau mengabaikan seorang dokter muda, anak pemilik rumah sakit besar di Sydney. Dan kau tak terlihat menyesalinya...."
"Aku belum siap untuk menjalin sebuah komitmen, Becca. Aku tak ingin berakhir gagal seperti Kiara." Sophia menghela napas berat setiap kali mengingat kejadian yang menimpa rumah tangga sang kakak satu tahun lalu.
"Tenang saja, mantan kakak iparmu yang brengsek itu akan mendapat karmanya dan mati membusuk di dalam penjara. Berhenti menjadikan itu sebagai ketakutanmu, Sophia."
"Lantas, bagaimana kau dengan Daniel? Hubungan kalian baik-baik saja, 'kan?" setelah pertanyaan itu melesat, Sophia menyaksikan perubahan sendu di kedua mata Rebecca.
"Entahlah, dia sangat sibuk akhir-akhir ini." Rebecca mengamati cincin pemberian Daniel yang membalut jari manisnya. "Di momen seperti ini aku sangat menghindari pertengkaran. Sesuatu yang buruk bisa saja terjadi dan merubah keadaaan. Jadi, aku berusaha untuk memahaminya dan bersabar."
Sophia mengusap perlahan lengan sahabatnya. "Tak apa, aku yakin Daniel sedang mempersiapkan yang terbaik untukmu."
Keresahan mereka terhenti saat dering notifikasi muncul dari ponsel milik Sophia. Detik selanjutnya, bola mata wanita itu melebar sempurna kala membaca sebuah pesan masuk yang dikirim oleh Jeff.
"Aku dalam perjalanan menuju kafe. Mari kita diskusikan bersama."
"Ada apa?"
Sophia bangkit terburu-buru menuju meja kerjanya. "Aku harus menyiapkan dokumen."
¤¤¤¤
Audi R8 yang dikendalikan Jeff telah memasuki halaman kafe. Tidak sulit mencari keberadaan Sophia yang memilih posisi meja di dekat jendela yang mengarah langsung ke mobilnya. Beruntung wanita itu cepat menyadari kehadirannya. "Sophia. Sudah lama menunggu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Consequences
RomanceSophia terluka ketika menyadari bahwa cinta Jeff sudah habis untuk Alexa, sang mantan istri. Dilema antara memaksa bertahan meski risiko menderita atau melepaskan cinta pertamanya yang bertepuk sebelah tangan. ** Sophia mengiyakan permintaan Jeff un...