A Blossom of New Beginnings

77 6 0
                                    


Tahun 2014 adalah tahun yang penuh perubahan bagi Rahadian Sundara, atau biasa dipanggil Adi. 

Di usia 17 tahun, dia seharusnya bersenang-senang sebagai siswa kelas 3 SMA, namun nasibnya berkata lain. 

Cedera bahu kiri parah yang dialaminya saat berlatih renang membuatnya terpaksa meninggalkan impiannya sebagai atlet. 

Hari-harinya kini terasa hampa. Dia merasa seolah terjebak dalam rutinitas yang monoton, antara rumah dan sekolah karena sesi latihan kini tak lagi ada.

Rutinitasnya sebagai atlet dulu membuat Adi kerap absen dari kegiatan sekolah. Inilah yang membuatnya tak memiliki teman karena jarang berinteraksi dengan mereka. 

Hanya ada satu sahabat yang tersisa di sampingnya, Indra. Teman sekelasnya itu sangat ambisius ingin menjadi musisi, tapi obsesi Indra pada band-nya membuat Adi merasa semakin kesepian.

Di saat Indra larut dalam latihan, Adi hanya bisa menghabiskan waktu sendiri, merindukan masa-masa saat dia bersaing di kolam renang dan merayakan setiap kemenangan.

Di saat Indra larut dalam latihan, Adi hanya bisa menghabiskan waktu sendiri, merindukan masa-masa saat dia bersaing di kolam renang dan merayakan setiap kemenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Seperti biasanya, suasana rumah Adi selalu terasa lebih sunyi di setiap akhir pekan. Adi duduk di meja makan, menatap sepiring nasi dan lauk yang sudah dingin.

Pagi ini ayahnya tampak lebih buru-buru dari biasanya. Dia bergegas menuju warung tongseng dan sate kebanggaannya. Selain karena jumlah pelanggan akan selalu melonjak di Sabtu dan Minggu,  dia juga harus mengurus pesanan yang akan dikirim hari ini. 

"Adi," panggil ayahnya, suara penuh rasa tanggung jawab, "Tolong belikan bunga ya. Kemarin kan ibumu ulang tahun tapi kita belum sempat ke makam. Sore ini kita ke sana ya habis ayah urus pesanan". 

Awalnya, Adi merasa malas. Urusan membeli bunga cuma ayahnya yang paham karena beliau biasa melakukannya. 

Tapi, melihat ayahnya yang tampak sibuk, Adi merasa iba juga. "Ya udah, nanti aku ambilin," jawabnya sambil beranjak dari meja.

"Kamu tau kan toko bunga langganan ayah di Blok D itu?" tanya ayahnya. Adi mengangguk karena pernah sekali menemani ayahnya membeli bunga.

"Nanti kamu bilang ke karyawannya, mau beli bunga yang biasa dipesan Pak Gun. Mereka hapal kok yang biasa ayah pesan. Jangan lama-lama ya, biar nggak kesorean kita ke makam ibu," kata ayahnya sambil berlalu menuju mobil untuk berangkat ke warung satenya. 

Adi mengangguk meski di dalam hatinya ia merasa malas. Dia tahu betapa ayahnya rutin melakukan ini setiap tahun untuk mengenang ibunya. 

Setelah mengenakan jaket, dia berjalan keluar, berusaha mencari toko bunga yang biasanya mereka kunjungi.

Namun, ketika sampai di toko bunga tersebut, dia menemukan pintu toko tertutup rapat. "Tutup?" gumamnya dengan nada kecewa. 

Dia tidak ingin membuat ayahnya menunggu lebih lama, jadi ia memutuskan untuk mencari alternatif lain. "Mungkin ada toko bunga lain di sekitar sini," pikirnya sambil melangkah pergi.

The Second Bloom | Byeon Wooseok - Kim Hyeyoon - Kim RowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang