The Florist's Charm

101 10 6
                                    

Hari-hari Adi terasa berbeda sejak datang ke Toko Bunga Kamelia. Sekarang, pulang sekolah tidak lagi hanya soal menyusuri jalan yang sama menuju rumah. Ada rute lain yang Adi pilih, lebih panjang memang, tapi sebanding. 

Jalan itu melewati toko bunga tempat perempuan itu bekerja. Kadang Adi beruntung bisa melihatnya sedang menata bunga di etalase, atau sibuk melayani pelanggan. Sekadar melihatnya dari kejauhan saja sudah cukup membuat hati Adi berdetak lebih kencang.

---

Suatu sore, sepulang sekolah, langkah Adi terhenti ketika melihat perempuan yang dikenalnya kesulitan mengangkat buket besar bunga dari bagasi mobil yang terparkir depan Toko Bunga Kemala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suatu sore, sepulang sekolah, langkah Adi terhenti ketika melihat perempuan yang dikenalnya kesulitan mengangkat buket besar bunga dari bagasi mobil yang terparkir depan Toko Bunga Kemala. 

Tanpa berpikir panjang, ia menghampiri.

"Sini saya bantu," katanya spontan.

Perempuan menoleh lalu tersenyum lega. "Wah, makasih banget ya!" katanya sambil menggeser tubuhnya untuk memberi ruang. 

"Eh, kamu yang kemarin beli bunga buat ulang tahun ibu kamu kan?"

Adi mengangguk sambil tersipu. Ternyata perempuan itu mengingatnya. "Iya, itu saya."

Meli terlihat terkesan. "Manis banget, kamu ingat ulang tahun ibu. Jarang lho anak muda yang begitu sekarang."

Setelah barang-barang dipindahkan, perempuan itu menawarkan Adi untuk mampir sebentar. "Yuk, masuk dulu. Aku buatin minum sebagai ucapan terima kasih."

Adi canggung tapi tidak bisa menolak. Di dalam toko, aroma bunga yang harum memenuhi udara, dan interior bernuansa clean yang menenangkan langsung membuatnya merasa betah. Mereka duduk di meja kecil yang terletak di sudut ruangan.

"Nama kamu siapa, sih?" tanya Meli penasaran sambil mengaduk segelas teh untuk Adi.

"Rahadian. Panggil aja Adi," jawabnya, merasa sedikit gugup.

"Kamelia. Tapi panggil aja Meli," kata Meli, memperkenalkan dirinya.

Adi mengangguk dan saat itu juga ia merasa ada sesuatu yang berubah. 

Meli terlihat begitu ramah dan hangat, tapi informasi baru yang ia terima membuatnya tertegun. Meli ternyata lima tahun lebih tua darinya. Selama ini, ia mengira Meli mungkin seumuran, atau bahkan lebih muda karena tubuh mungil dan wajahnya yang imut.

"Serius? Kakak lebih tua lima tahun dari saya?" Adi tertawa kecil, mencoba menyembunyikan keterkejutannya.

Meli hanya tersenyum lembut. "Iya, sudah hampir 23 tahun malah. Kok kaget, sih?"

Adi menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, soalnya aku kira kita seumuran" 

Meli mengerucutkan bibir, pura-pura ngambek. "Hah? Apa gara-gara aku pendek, ya?"

Adi hanya terkekeh, menundukkan pandangannya sebentar, seolah mencari kata-kata. "Mungkin."

Meli tertawa dan saat itu Adi merasa semakin nyaman di dekatnya. Entah kenapa, ada sesuatu yang menyenangkan dari kehadiran Meli.

The Second Bloom | Byeon Wooseok - Kim Hyeyoon - Kim RowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang