Bab 3. Makan bersama

737 127 9
                                    

Grouuu! 

Ergio terkejut mendengar suara perutnya yang berbunyi keras. Wajahnya memerah, merasa malu di depan pangeran. 

Tapi Eugene, hanya terduduk dengan senyuman kecil, "Pelayan, bawakan hidangan pagi segera" perintahnya sambil melirik ke arah Ergio yang masih malu-malu.

"Baik, Pangeran." Pelayan yang sejak tadi berdiri di sisi Eugene langsung membungkuk dan keluar dari ruangan dengan langkah cepat.

Ergio menghela napas lega, tapi rasa malunya belum hilang sepenuhnya. Memang sejak kemarin dia belum menyantap apa pun dan tadi malam ia langsung tertidur.

Namun, dia tidak pernah membayangkan akan mengalami rasa malu seperti ini, terlebih di depan pangeran kelima.

Eugene berbalik, menatap Ergio sejenak, lalu berkata, "Sebaiknya kita beristirahat terlebih dahulu. Ikuti saya."

Nada suara Eugene terdengar lembut, namun penuh otoritas yang membuat Ergio langsung menurut tanpa mempertanyakan apa pun. 

Eugene mulai melangkah keluar ruangan, diikuti oleh Ergio yang diam-diam bersyukur atas kebaikan sang pangeran. 

Mereka berjalan menyusuri koridor istana hingga sampai di sebuah taman yang penuh dengan bunga mawar yang mekar dengan anggun, membentuk lanskap yang terlihat seperti lukisan hidup.

Diketahui, taman ini, secara khusus permaisuri buatkan untuknya dan setalah mengunjungi taman ini sekali, ia jadi sering kemari ketika sedang stress.

Di sampingnya, Ergio melangkah masuk dan langsung terpesona oleh keindahan taman itu. Matanya berbinar saat menyaksikan bunga-bunga yang tampak seperti permata hidup.

Tanpa disadari, ada batu besar di depannya.

 Bruk! 

Ergio terjatuh, lututnya menghantam tanah dengan keras, mengeluarkan bunyi yang cukup membuat Eugene menoleh dengan cepat. 

"Ada apa denganmu?" 

Ergio segera berlutut, ekspresinya penuh penyesalan. "Maafkan saya Pangeran. Hamba ini... tidak sengaja... merusak taman Anda" 

Eugene hanya menghela nafas kasar, dan melengos begitu saja meninggal Ergio.

"Sumpah, freak banget tu bocah," batinnya mengelengkan kepalanya heran.

Ia segera melangkah menuju kursi, duduk dengan anggun, kemudian melirik ke arah Ergio yang menyusul, tampak kikuk dengan luka memar di pipi.

"Kau tidak ingin makan?" tanyanya sambil mengangkat satu alis dengan nada snatai, hanya saja wajahnya yang garang membuat ergio tertekan.

Ergio hanya menunduk, terdiam seakan membeku. Eugene mendesah, bibirnya mengerucut dengan nada kesal. "Duduklah"

Ergio tetap bergeming, tampaknya tidak berani bergerak. Eugene mendesis lelah.

"Ini orang, disuruh duduk aja nggak mau. Kalau tiba-tiba dia sakit dan nggak bisa kerja, yang repot, ya, gua juga," batinnya sambil menyandarkan tubuh ke kursi.

"Duduk, atau kepalamu akan kupenggal!"  Ucapnya menirukan raja-raja yang biasa ia lihat di sinetron ikan terbang.

Terkejut, Ergio langsung duduk di kursi di hadapannya dengan wajah pucat, seolah-olah benar-benar percaya ancamannya. 

Dalam hati, Eugene menahan tawa kecil, ia mengangguk puas, merasa sedikit terhibur oleh reaksi Ergio seperti anak kucing.

Tak lama kemudian, pelayan datang membawa hidangan, meletakkan piring-piring cantik berukir bunga.

[BL] Be A Figuran PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang