chapter 08

868 46 5
                                    

............

Di sebuah kamar yang tidak terlalu besar, Kedua pria manis  itu sejak  tadi bolak-balik ke dalam kamar mandi. Kini keduanya berlutut didepan closet dengan pria yang satunya menahan pria manis didepannya agar tidak ambruk yang sejak tadi memuntahkan semua isi dalam perutnya.

Sih pria manis itu sejak tadi perutnya mules dan tenggorokannya terasa kering, sudah lebih dari setengah jam ia berlutut di depan closet, akhirnya pria   di belakangan yang takalah kecil dari nya, memutuskan untuk berdiri dan memegang kedua bahu sih manis, yang sedang berlutut didepan closet dengan kepala yang ia taruh diatas closet itu.

" ayo bangun, kita kembali ke tempat tidur " - ucap Satang, menarik pelan tubuh si pria manis yang sudah tidak bertenaga, badannya lemes dengan mukanya yang pucat.

" Tang...? " Panggilnya dengan suara yang terdengar sangat lemah.

Ia bangun dan berdiri disamping satang dan menatapnya.

" Ayo. kamu harus istirahat " - ucap Satang menopang tubuh lemah itu untuk segera di baring

Fourth membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang ukurannya tidak terlalu besar sangat pas untuk 1 atau 2 orang, tidak lebih.

Satang menghampirinya dengan gelas di tangan nya.

" Nih loh minum dulu" - satang membantu Fourth bangun dan memberinya air hangat.

" Tang, perut gw sakit..hiks..hikss " - Fourth menangis dan memegang perutnya.

matanya sembab, karena sejak tadi mata cantik itu terus menangis.

Selama beberapa hari ini anak itu selalu menangis, enta apa yang membuatnya sedih dan Satang diam-diam memperhatikan nya.

Dan sejak sore. Fourth selalu mengeluh karena perutnya sakit, entah makanan apa yang anak itu makan, Satang tidak tahu.

Satang menatapnya dan beralih ke perut Fourth, Ia yakin sangat yakin, ada darah yang terkumpul yang mungkin sudah tumbuh satu nyawa didalam sana.

Satang menyimpan gelas diatas nakas, dan beralih menatap Fourth.

Tangannya ia bawakan diatas perut si pria manis, yang tangannya tidak berhenti untuk meremas perut nya sendiri, mungkin sangat sakit pikirnya.

Ia menggeser tangan Fourth dengan sangat pelan dan mengganti posisi tangan Fourth di atas perut pria manis itu.

Ia mengelusnya di setiap permukaan perut Fourth  dengan sangat pelan.

Hal itu membuat pria manis yang sedang terbaring dengan mukanya menahan sakit menatapnya, dengan ekspresi bertanya seperti, "apa yang kau lakukan?".

Tapi sedetik kemudian ia menatap tangan Satang yang mengelus perutnya dengan sangat pelan dan itu membuat perutnya terasa nyaman, tentunya ngga sesakit tadi.

" Besok., pagi-pagi kita ke rumah sakit " - ucap Satang, matanya beralih menatap Fourth

Ucapan Satang membuat Fourth yang awalnya menikmati elusan-elusan dari pria disampingnya, seketika matanya menatap Satang dengan ekspresi bingung.

Ia diam membiarkan pria di sampingnya melanjutkan ucapannya, mungkin ada lanjutannya. pikirnya.

" loh harus diperiksa fot " - tambahnya lagi, setelah beberapa detik pria yang tengah berbaring itu tidak menanggapi ucapannya, yang hanya menatapnya dengan tatapan bertanya.

elusan diperut sudah tidak dirasakan lagi oleh pria manis itu, kalah matanya fokus pada mata pria yang tengah berbaring diatas ranjang.

Fot yang tidak merasakan lagi elusan di perutnya, ia pun melihat kebawah, dan Satang menyadari nya. Ia mengelus kembali perut  yang masi rata itu .

Single Mom (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang