Ditulis oleh: lianjjay
Instagram @fchssleia
TikTok @lianjjay.wp
"𝙻𝚒𝚏𝚎 𝚒𝚜 𝚏𝚞𝚗, 𝚘𝚙𝚎𝚗 𝚢𝚘𝚞𝚛 𝚎𝚢𝚎𝚜!"─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Mata berwarna hazel berhasil terbuka sempurna. Gelap di sekilingnya menjadi hal pertama yang Meliza dapatkan, sebelum setelahnya ia kembali memejamkan mata dan merasakan sakit luar biasa mendera kepalanya.
Bunyi jangkring yang mengerik terdengar jelas. Mengandalkan pencahayaan dari rembulan di atas, Meliza bisa melihat sekitarnya yang hanya ada pohon-pohon tinggi dan pagar ilalang yang tumbuh di mana-mana.
"Awhh!" Lenguhnya saat ia mencoba berdiri, tetapi kakinya tak kuat menumpu.
Memorinya teringat beberapa saat lalu, saat di mana badannya tergelincir dan di sinilah ia sekarang, tidak tahu di mana. Di tengah malam yang gelap dan dingin, Meliza tak tahu arah.
Dengan memaksakan, Meliza berusaha untuk berdiri lagi, menahan sakit di seluruh tubuhnya yang berbenturan dengan tanah dan bebatuan. Terutama di bagian kakinya, Meliza yakin kakinya terluka.
Ia mulai berjalan, menyusuri hutan yang gelap dan sunyi, selain hanya suara binatang seperti jangkrik dan burung yang sesekali terdengar. Dengan langkah tertatih, Meliza terus mencoba berjalan.
Padahal, awalnya ia dan tiga orang temannya yang lain, hanya berniat mengisi agenda liburan panjang akhir tahun, tetapi semuanya berubah tidak sesuai rencana, dan Meliza tidak tahu apa yang telah membuat ia seperti ini, ingatan tentang kejadian itu tiba-tiba lebur dari memorinya. Meliza tak mampu mengingat apa-apa, selain liburan bersama teman-temannya, dan terakhir badannya yang tergelincir.
***
"Akhirnya! Hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Aku sudah membawa banyak daging untuk kita panggang nanti," ucap Hansen antusias.
"Astaga ... Kita ini cuma mau liburan tiga hari, bukan pindah kota." Leona memutar bola matanya jengah, memandang Hansen dengan tiga koper besar yang akan dibawanya.
"Lihat aja nanti, semua yang kalian butuhkan kujamin sudah tersedia." Hansen menepuk-nepuk kopernya bangga.
"Ya ... ya ... terserah kau aja, tapi yang jelas tiga koper besarmu itu bakal membuat bagasi penuh!" Leona berlalu, dengan nada dan tatapan sinisnya yang terhunus kepada Hansen.
Melihat kedua temannya yang selalu saja berseteru, membuat Jake dan Meliza yang sejak tadi memperhatikan jadi tertawa.
Setelah memastikan semuanya aman, dan tidak ada yang tertinggal. Barulah mereka memulai perjalanan, dengan Jake yang menyetir.
Selama perjalanan yang menempuh waktu lima jam, semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Meliza yang fokus memperhatikan pemandangan melalui jendela, Leona yang memilih tidur, Hansen yang sibuk merekam perjalanan menggunakan kameranya, dan Jake yang tentu saja membawa mobil.
"Aku lihat di internet, katanya vila yang akan kita kunjungi itu jarang terjamah orang." Hansen membuka suara, sembari mengunyah camilan rasa cokelat.
Tanpa mengalihkan pandangan, Jake menjawab, "Iya, itu benar. Toh, bukannya bagus kalau sepi? Liburan kita jadi tenang."
Hansen mengangguk-angguk setuju, ia kembali fokus pada camilannya.
"Bagaimana kalau ada hantunya?" celetuk Meliza.
Jake melirik gadis berambut cokelat di samping. "Hantu itu tidak ada," ujarnya santai.
Ia tidak percaya dengan mistis, baginya hal-hal seperti itu tidak masuk akal dan sulit untuk dipercaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI CERPEN HOROR
HorrorKumpulan cerita-cerita pendek dengan genre horor. Kisah yang akan membuat bulu kudukmu berdiri, dengan setiap baitnya yang membawa suasana mencekam, serta kengerian. Pastikan kamu tidak sendirian. Karena mungkin, 'mereka' ada di dalam kegelapan, di...