Yeona

22 3 0
                                    

Ditulis oleh: widyapr5
Instagram @librasscribbles
TikTok @librasscribbles
"𝙰𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚓𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚞𝚙𝚊𝚔𝚊𝚗, 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚋𝚊𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚒 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑 𝚊𝚐𝚊𝚛 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚝𝚎𝚛𝚔𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊."

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Tik tik tik ....

Yang panjang, tungkai hitam kembali jatuh dari langit setelah sepanjang siang hingga
sore tadi juga sempat turun. Ada dua reaksi yang kutunjukkan begitu rintik-rintik air langit mendarat pada kaca jendela mobil, yaitu huft ... kenapa hujan lagi? dan, sepertinya aku bisa tidur lebih nyenyak dengan cuaca seperti ini.

Kupikir, kalimat kedua adalah yang lebih mendominasi, lantaran tubuhku usai terasa remuk, lemas, dan ingin segera berbaring. Jadi, segera kukemudikan mobil dengan penuh hati-hati selama melintasi jalan raya yang sudah sepenuhnya basah. Melewati seperempat jam perjalanan, kubelokkan setir kemudi menuju lokasi pengisian
bahan bakar. Mobil ini nyaris kehabisan energi.

Kurasa, langit kian gelap. Saat kujulurkan kepala melalui celah jendela mobil,
kutangkap melalui netra bahwa rinai hujan pelan-pelan menjadi lebih reda. Tak sederas sebelumnya. Itu kabar baik karena jalan raya tidak menjadi semakin licin.

Detik selanjutnya, penjaga SPBU yang membantu mengisikan bahan bakar mobilku mengucapkan selesai dan
hati-hati. Kepalaku mencoba menoleh ke arah belakang, memberikan jempol, mengucapkan terima kasih, dan segera menginjak pedal gas. Mobil hitamku kembali merayap, bergabung dengan kawanan pengendara lain. Sambil bersiul merasakan udara sejuk selepas hujan.

Mobilku terus melaju. Tak sampai lima menit, lampu merah dekat jembatan secara
implusif membuat kakiku menginjak pedal rem, menghentikan laju mobil. Delapan puluh lima detik lagi.

Kepalaku menoleh ke arah kiri. Walau samar dan buram sebab kaca jendela mobil yang tak sepenuhnya kering, netraku menangkap sesosok wanita berbalut gaun selutut. Di kepalanya tersemat beanie yang senada dengan warna dari motif gaun berlengan pendek yang dia kenakan, merah. Sedang apa dia? Bahkan dia tak menyeberangi zebra cross di saat beberapa orang lain terburu-buru melintas.

Telapak tanganku menengadah ke atas, merasakan apakah hujan benar-benar sudah reda. Ternyata belum sepenuhnya. Namun, entah ide gila dari mana, tanganku melepas sabuk pengaman dan keluar dari dalam mobil tanpa penutup kepala apa pun. Tak peduli dengan pengendara lain yang mulai membunyikan klakson mereka, mengindikasikan untuk pengemudi
di depan mereka agar bersiap melanjukan kendaraan.

Aku menghampiri wanita yang kulihat tadi. Benar. Dia berdiri tinggal seorang diri.
Netra kami bertemu, sedetik. Aku mengerutkan kening mendapati senyum simpul dilanjutkan dengan kepala menunduk dari wanita itu. "Hai, Anda sedang menunggu apa?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.

Sungguh, rasanya udara sejuk hujan selalu memberiku energi lebih banyak, tak peduli sudah malam atau sedang lelah.

Dia tak menjawab, hanya kembali memberikan seulas senyum simpul.

"Mau pergi ke mana?" tanyaku sekali lagi. Saat ini kami sudah berhadap-hadapan.

"Saya tak tahu." Akhirnya, wanita itu menjawab, suaranya lirih.

ANTOLOGI CERPEN HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang