Ditulis oleh: FelixClermort
"𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚕𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚑 𝚊𝚠𝚊𝚕 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜, 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜, 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜."─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Malam Jumat, di rumah panggung Nek Rumyah. Andika asyik mendengarkan cerita dari Nek Rumyah, tapi tidak dengan sepupunya, Rafi.
Suara jangkrik terdengar dari luar, disambut dengan hujan yang mulai turun. Nek Rumyah bercerita sembari di temani
secangkir teh, sedangkan Andi dan Rafi lebih tertarik dengan lemang buatan si pemilik rumah."Gaek, palasik itu apa?" tanya Rafi di tengah suara rintik hujan. Gaek merupakan panggilan untuk orang tua dalam bahasa Minang.
"Kenapa kau ingin tahu cerita itu?" Nek Rumyah balas bertanya dengan nada tajam.
"Cerita saja, Gaek," ketus Rafi yang tak mengindahkan pertanyaan Nek Rumsyah.
Sementara Andika lebih banyak mendengarkan, sesekali mencomot lemang yang menggiurkan di depan mata.
Nek Rumyah memperbaiki posisinya, bersiap untuk mulai bercerita. "Palasik itu makhluk yang kepala dan badannya terpisah, mereka sering menghisap darah anak kecil, tapi sebenarnya mereka adalah manusia yang menggunakan ilmu hitam. Dulu, pernah kejadian seorang anak kecil mati karena ulah palasik ini."
Hening, Rafi bergidik ngeri. Mulai ketakutan dengan cerita palasik yang diceritakan Nek
Rumyah. Hujan di luar semakin lebat, air menetes dari genting yang berlubang di rumah panggung Nek Rumyah. Andika menyikut perut Rafi yang memeluknya. Sepupunya itu memang mudah takut terhadap banyak hal."Kamu ngapain, sih? Kan kata Imam kita tidak boleh takut apalagi percaya pada makhluk halus seperti itu," ucap Andika pada Rafi.
"Iya, den tau pulonyo, tapi tetep aja ngeri. Bayangin palasik datang hisap darah kita." Rafi memasang wajah sok dramatis.
Tiba-tiba jendela terbuka ditiup angin, petir dan suara gemuruh terdengar bersahutan. Dari bawah terdengar suara derit tangga yang diinjak. Nek Rumyah sudah berjalan menuju kamarnya sejak tadi, menyisakan Andika, juga Rafi yang setengah mati ketakutan mendengar suara itu.
"BWAAA!!!" kejut Damar dari jendela. Latar gelap malam membuatnya menyeramkan.
Rafi sudah berteriak seraya berlari terbirit-birit menuju kamar ujung. Nek Rumyah yang mendengar keluar dari
kamarnya. "Siapo, tuh, Dika?""Bang Damar, Nek."
Nek Rumsyah ber-oh pelan. "Lalok lah lei kalian!" [Tidurlah kalian.]
Andika mengangguk mengiyakan, berjalan menuju kamar, ia dan Rafi tidur di kamar yang sama. Malam berlanjut ditemani hujan, juga tawa Damar dan teman-temannya di luar rumah.
***
Matahari menerangi seluruh kampung, panas semakin terik, di jalanan Andika dan Rafi sedang di jalan pulang menuju rumah Nek Rumyah. Mereka baru pulang usai bermain di talang bersama anak-anak yang lain. Hari ini merupakan hari ke lima di rumah Nek Rumyah, nenek mereka berdua.
Mereka memang sudah berniat menghabiskan liburan sekolah di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI CERPEN HOROR
HorrorKumpulan cerita-cerita pendek dengan genre horor. Kisah yang akan membuat bulu kudukmu berdiri, dengan setiap baitnya yang membawa suasana mencekam, serta kengerian. Pastikan kamu tidak sendirian. Karena mungkin, 'mereka' ada di dalam kegelapan, di...