Boneka Terkutuk

42 3 0
                                    

Ditulis oleh: _alfthaa
Instagram @_alfthaa
TikTok @lovelyalfthaa__
"𝙸 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚖𝚢𝚜𝚎𝚕𝚏, 𝚍𝚘𝚗'𝚝 𝚕𝚒𝚜𝚝𝚎𝚗 𝚝𝚘 𝚙𝚎𝚘𝚙𝚕𝚎 𝚝𝚊𝚕𝚔𝚒𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚍 𝚊𝚋𝚘𝚞𝚝 𝚖𝚢𝚜𝚎𝚕𝚏 𝚘𝚛 𝚢𝚘𝚞𝚛𝚜𝚎𝚕𝚏."

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Mahera, nama boneka itu. Nama yang diambil dari Ma berarti miliku dan Hera dari nama seorang gadis berambut hitam panjang.

Mahera ini menceritakan tentang perempuan bernama Hera yang selama hidupnya selalu dimanjakan oleh kedua orang tua dan satu kakak laki-laki. Selama hidup Hera, keluarganya tak pernah mengatakan tidak kepada dirinya. Hera mempunyai hidup yang berkecukupan dan mewah, kini harus berbanding terbalik 180° Bagaimana bisa? Ayah yang selama ini ia banggakan harus berselingkuh dengan wanita malam di salah satu klub di kotanya, Membuat sang ibu amat kecewa dan sakit hati, lantas memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Hera di usir dari rumahnya bersama sang kakak.

"Dek, jangan pernah tinggalin Kakak, ya. Cukup Ayah sama Mama yang ninggalin kita," ucapnya memeluk Hera dengan erat.
"Iya, kak. Hera gak bakal ninggalin Kakak."

Saat itu kedua kakak beradik saling menguatkan satu sama lain, meskipun badai sedang melanda mereka. Erza, nama kakak laki-laki yang Hera sayang setelah mamanya. Erza Daehwa, seorang mahasiswa semester tujuh yang di mana dirinya akan lulus beberapa bulan lagi. Berbeda dengan Hera gadis itu saat ini telah memasuki kelas sepuluh, hidup yang ia jalani kini harus berbanding terbalik saat ia masih SMP.

Lamunan panjang terjadi sampai guru menegurnya. "Hera, apa yang sedang kamu pikirkan? Jangan main-main, perhatikan saya!"

"I-iya, Buk. Maaf," balasnya dengan kepala menunduk.

Anak-anak yang melihatnya hanya memandang iba kepada Hera, bagaimana tidak? Setiap kali mereka mengajak Hera mengobrol, Hera selalu saja diam dan tampak fokus menulis. Sampai di waktu berbeda mereka mendengar Hera berbicara sendiri atau tertawa sendiri. Hal ini menjadi awal mula Hera mendapatkan cemoohan, makian, hinaan, bahkan penderitaan. Seperti saat ini, Hera yang ingin masuk ke kamar mandi langsung dihadang oleh empat orang anak perempuan, Nadia, Eca, Vira, dan terakhir Lusi.

"Heh, anak aneh!" teriak salah satu dari mereka, sembari menjambak rambut panjang Hera dengan kasar.

"Akh, sakit! lepasin, Ca. Kepala Hera sakit, jangan di jambak," ucapnya memohon, dan tak lama isakan Hera mulai terdengar.

"Guys, hajar dia jangan kasih ampun. Gara-gara dia sekolah kita jadi jelek."

"Tapi, Nad, kalau anak ini mati gimana?"

"Gak bakal mati, anjir. Udahlah hajar aja, capek gue liat mukanya," perintah Nadia membuat tiga antek-anteknya menghajar Hera tanpa ampun.

"Ampun, ampun ... Hera mohon berhenti, ini sakit ...." lirihnya kesakitan.

"Guys, udah tinggalin dia di sini. Cabut," ucapnya pergi, disusul yang lainnya. Meninggalkan Hera yang terkulai lemas.

Darah berceceran di mana-mana, bahkan rambut dan kulitnya hampir terkelupas dari tubuh Hera, dan hanya boneka Mahera-lah yang ia miliki saat ini, untuk menemani Hera di kamar mandi belakang sekolahnya yang sangat sepi.

Hari pun semakin larut, tak disangka Erza berkali-kali mencari adiknya, dan tak seorang pun yang mengetahui keberadaan adiknya itu. Sampai ia berhenti untuk membeli sebuah warung kopi, dan bertemu kakek-kakek tua yang tiba-tiba memberitahu.

Kakek itu berseru mengatakan, "Cu, adik kamu sudah hampir tiada, cepatlah datangi dia di sekolah bagian kamar mandi belakang. Berikan boneka ini, Cu, untuk menggantikan boneka kecil yang dia bawa saat ini. Letakkan boneka ini dalam kamar mandi, Cu, dan kunci kamar mandi itu."

Erza melamun saat mendengar perkataan sang kakek tua. Saat ia ingin membalas perkataan itu seketika kakek itu
menghilang entah ke mana perginya.

"Ke mana menghilangnya kakek tua itu?" batinnya bertanya sembari keluar dari warung kopi, dan gegas pergi membelah padatnya perkotaan dengan kecepatan tinggi.

Sampai di depan gerbang sekolah, pertama yang Erza rasakan ialah hawa yang sangat mencengkam menusuk pori-pori kulitnya. Ia berusaha masuk ke dalam sekolah yang telah di tutup sejak tiga jam yang lalu. Sampai akhirnya laki-laki itu menemukan jalan menuju belakang sekolah adiknya, lantas mencari keberadaan kamar mandi sesuai perintah kakek itu.

30 menit mencari keberadaan Hera, ia berhasil menemukan adiknya dalam keadaan terkulai lemas dengan berlumuran darah di sekujur tubuh. Laki-laki itu menangis pilu di depan sang adik, tak bisa dipungkiri laki-laki itu jarang bahkan hampir tidak pernah menangis, tetapi kali ini ia tak kuasa menahan tangisannya di depan jasad Hera.

Ia terlambat menyelamatkan Hera. Ezra meluapkan segala emosinya dengan memukul tembok sekolah, berujung kedua tangan mengeluarkan cairan berwarna merah. Bahkan boneka yang ia bawa dari kakek tua itu berubah warna menjadi merah pekat, laki-laki itu terpukul atas kematian sang adik. Tak di sangka ia secara tiba-tiba memberi nama boneka merah itu dengan nama Mahera, boneka milik Hera.

Laki-laki itu tersenyum melihat boneka milik Hera, ia mengingat bagaiamana Hera kecil memeluknya saat pulang sekolah, ia merekam segala memori dengan sang adik, dan ia lega. Tak lama kemudian napas laki-laki itu berhenti.

Ezra juga telah tiada di samping jasad adiknya saat ia merekam segala memori kenangannya dengan memeluk boneka itu. Mereka berdua telah tiada dengan cinta adik kakak yang begitu kuat.

Mulai saat itu boneka bernama Mahera dikatakan boneka terkutuk karena telah memakan dua nyawa sekaligus, dan akan mencari pelaku kematian Hera dan Erza yang sebenarnya. Boneka itu telah dirawat baik setelah seorang pria dan wanita mengambil boneka Mahera.

"Sayang, boneka aku ke mana?" kata seorang gadis yang tak lain adalah Riri.

"Mahera ada di sofa, Sayang. Aku habis pakaikan baju tadi karena baju sebelumnya kotor."

"Oke, Sayangku."

"Kak terimakasih telah merawatku dan kakakku dengan sepenuh hati. Aku berharap orang yang menghabisi nyawaku dan kakakku, mendapatkan hal yang sama dengan ini semua," ucap suara perempuan dari dalam boneka saat Riri memeluknya.

TAMAT.

ANTOLOGI CERPEN HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang