Chapter 12 : Cahaya Merah ditengah Kegelapan

93 16 3
                                    

Psyche menatap langit-langit yang mulai menggelap, ia takuat menahan tawanya beribu kali setelah mengerjai kusir itu dengan merengek dan menyuruhnya berkeliling tanpa arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Psyche menatap langit-langit yang mulai menggelap, ia takuat menahan tawanya beribu kali setelah mengerjai kusir itu dengan merengek dan menyuruhnya berkeliling tanpa arah. Dia pikir, itu sebagai hukuman karena dia yang memangkas waktunya dengan seenak jidat, maka rasakan lah kebaikan hatinya itu.

Chuaks..

Disisi lain, tangannya hanya memeganggi pergelangan tangan Rin dengan gemetaran. Mungkin Rin berfikir bahwasannya ia takut karena telah melewati pertemuan menegangkan dengan Medeia di balkon, tapi sayangnya bukan itu maksudnya.

Aku harus mulai bergerak dengan rencanaku.

Huftt..

Psyche merasa seolah awan kelabu yang selama ini membayangi kehidupannya sedikit mulai terangkat. Namun, dia tahu bahwa ini hanya permulaan dari rencana besar yang akan datang. Dia juga tak bisa memprediksi pergerakan Iaros.

Rin, yang selalu setia di sisinya, merasa bingung dan menyuarakan hatinya, Nona kenapa sampai segemetar itu?

Bukankah seharusnya.. jika ia takut dengan Tuan Putri, Ia harus segera sampai ke rumah? Tapi..

Nona hanya menyuruh kusir itu berputar seolah... dia tak ingin pulang kerumah..

“... Nona baik-baik saja?” ia bertanya dengan hati-hati, jika ia dianggap tidak perhatian juga kepada majikannya akan disebut tidak berperasaan. Dan reaksi Psyche hanyalah tersenyum ke arahnya sembari berkata Aku baik-baik saja Rin.

Tapi tidak mungkin, ia berpikir itu tidak mungkin karena Gerakan tubuhnya berkata jujur, walaupun Nonanya itu tersenyum lembut bagaikan Malaikat, ia tetap saja terlihat ketakutan.

Sebenarnya kali ini Psyche punya rencana. Dia perlu lepas dari pengawasan kusir itu, setidaknya untuk sementara. Mata-mata Iaros itu tak boleh tahu kemana dia akan pergi. “Rin, bisa minta tolong sebentar?” Ia berbisik pelan, anehnya Rin merasa paham akan permintaannya kecilnya itu.

Tok.. tok..

Atas permintaan psyche, Rin membuka jendela di depannya yang menampilkan punggung sang kusir. Pria itu pun melambatkan pacuannya sejenak kemudian beralih menatapnya disertai tatapan kikuk.

Oh. wajahnya keliatan kesal ya. Fftt haha-

“Ada apa, Nona.” sahut kusir itu bingung, matanya penuh siasat seperti biasa.

“Kereta... terasa agak pengap. Aku ingin jalan-jalan sebentar sebelum pulang, Bisa kembali ke sekitar pasar malam di Ibu kota? Aku melihat sesuatu yang menarik disini.” Ia bersuara lembut namun tegas, wajahnya menyiratkan ketenangan yang sudah ia rencanakan sebelumnya.

“Nona—”

“Um aku mengerti Tuan akan mengkhawatirkan saya, tapi kan ada Rin yang pergi bersama saya!” Ia menyuarakannya dengan rasa semangat dan juga antusias. Mata kusir itu sedikit menyiratkan rasa herat untuknya.

Please, I Just Want To Live [I Wanna Be U Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang