Psyche duduk di balkon restoran dengan perasaan yang damai. Walaupun tak tahu nyawanya sedang terancam atau tidak, namun setidaknya biarkan pikirannya beristirahat sejenak.
Ia berkata di benaknya berulang kali, aku cukup lelah dengan segala situasi ku yang tidak menguntungkan. Jadi setidaknya.. biarkan aku menikmati kue ini dengan tenang.
Angin sepoi pun menerpa wajahnya dengan lembut membawa aroma manis dari kue-kue yang disajikan di atas meja dengan kain mahal berenda. Suasana kota saat ini terlihat cukup hidup dan makmur, pemandangan yang ia dapatkan dari tempatnya terasa tenang dan damai.
Gadis berambut pirang itu kini menyesap teh hangatnya dengan sikap yang anggun seolah ia telah terbiasa dengan segala etiket bangsawan yang menguras tenaganya itu, ia hanya menikmati di setiap detiknya akan kebebasan yang cukup langka.
Namun dibalik wajah malaikatnya yang selalu menyimpan sebuah kedamaian untuk setiap orang yang memandangnya, pikirannya tetap bergelut memikirkan tentang nasib dari-
Jiwa Original Psyche yang kini entah berada dimana.
“Bagaimana bisa kamu tetap bertahan sampai sejauh itu Psyche..” ia bergumam pelan, sekilas Rin mendengarnya, namun ucapannya tak begitu terdengar dengan jelas.
Gadis itu hanya merasa sedih dengan kenyataan bahwa anak sebaik ‘Psyche’ mendapatkan kehancuran dan penghkhianatan dari semua orang yang ia percayai dengan setulus hati.
Ia juga tak bisa melupakan kata-kata para pelayan di rumahnya tadi. Bagaimana mereka dengan mudahnya membicarakan dirinya dibelakang, bagaimana cara mereka memandangnya, dan juga bagaimana mereka menganggap dirinya bodoh karena memperlakukan semua orang bagaikan keluarga.
Tapi ia juga cukup puas ketika para pelayan menjengkelkan itu merasa iri kepada Rin ketika Psyche memperlakukan pelayan itu dengan cukup spesial.
“Ya.. aku bukan melakukan itu tanpa alasan, ckck.” gumamnya pelan, netra emeraldnya tampak menatap lurus kebawah sana. Ia melihat jalanan kota eperanto yang cukup ramai, tapi pemandangan itu terasa rusak ketika ia mendapati tatapan menusuk dari sang kusir di bawah sana.
“Dasar tak tahu diri. Jika dia seorang kusir rendahan, dia takan berani menatap wajah majikanmu dengan tatapan yang seperti itu.” umpatnya bernada jengkel.
Wink.. wink..
Beberapa saat Rin mengedipkan matanya beberapa kali seolah mustahil seorang “Psyche” mengatakan hal seperti itu.
“Umm.. Nona?” ia bertanya dengan nada yang cukup kaget. Sedetik kemudian Psyche menoleh kearahnya dengan senyuman manis diwajahnya.
Ia bertanya ‘Ada apa, Rin?’ dengan nadanya yang begitu lembut.
Rin pun menggelengkan kepalanya beberapa kali, isi hatinya berkata ‘Itu tidak mungkin. Aku pasti salah dengar. Nona tidak mungkin mengatakan hal seperti itu..’ yakinnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, I Just Want To Live [I Wanna Be U Fanfic]
FanficY/n yang telah dikhianati oleh pacar yang sangat dipercayainya kini menemui akhir tragis ketika ia terjatuh dari tangga. Naasnya setelah memergoki kekasihnya yang selingkuh di depan natanya sendiri, gadis malang itu menemui kematiannya yang menyedih...