Bagian 19

1 1 0
                                    

Jangan lupa follow akun authornya, serta vote dan juga komen. Terimakasih

 Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________

Adya, Frey, dan juga Lois beserta Tia sekarang berada di ruangan kepala sekolah dan menghadap langsung.

"Kenapa kalian bertengkar dengan Brian?" Tanya kepala sekolah. Ia menatap mereka berempat yang sedang diam mematung di hadapannya.

"Ayo, jawab,"

Adya ingin menjawabnya, tapi Lois langsung menyela dirinya.

"Maaf, pak ... tapi ini semua salah saya. Seharusnya saya tidak menentangnya," jawab Lois. Ia Sedikit menunduk.

Tia, Frey, dan Adya tentu saja heran dengan Lois yang menjawab itu. Sudah jelas-jelas dia adalah korban di sini.

"Tidak pak ... Lois tidak bersalah sama sekali. Mereka yang memukuli Lois duluan," celetuk tiba-tiba Tia. Ia membela Lois.

Frey sedikit melirik ke arah Tia. Menghela nafasnya tipis. "Dia begitu membelanya. Apa gue salah, yaah? ... seharusnya gue enggak usah taruh harapan buat diri gue sendiri," ucap batin Frey.

"Sebenarnya, siapa diantara kalian yang memulai duluan?" ucap kembali kepada sekolah. Karena ia benar-benar tak mengerti dengan apa yang terjadi diantara mereka semua.

"Mereka semua bohong, pak ... saya yang melempar batu pada Brian. Yang berarti saya yang bertanggung jawab untuk semua itu," Adya tiba-tiba berbicara yang membuat mereka semua terdiam sesaat.

Lois, Frey, dan Tia langsung menoleh kepadanya.

"Kenapa? ... memang aku yang melempar batu itu, kan?"

"Ta-tapi," ucapan Lois dihentikan oleh Frey.

"Benar!, Adya sama saya pak yang melempar batu itu," celetuk Frey. Ia menepuk pundak Lois.

Dan memberikan kode pada Tia kalau mereka berdua yang akan bertanggung jawab, agar Lois tak mendapatkan hukuman apapun.

Tia terdiam sesaat. Menatap kedua bola mata Frey, yang nampak benar-benar tulus ingin membantu Lois dan juga dirinya.

Perlahan Tia membuang nafasnya tipis, kemudian menoleh kembali ke hadapan kepala sekolah.

"Benar pak ... saya juga menyaksikan itu," ucap Tia. Walaupun sebenarnya ia sangat berat mengatakan itu. Karena dirinya masih terbayang wajah menjengkelkan dari Brian.

ABADIL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang